Di Balik Love Journey#2 Mengeja Seribu Wajah Indonesia
Saturday, February 08, 2014
Berawal dari Sebuah Komen
Berawal dari sebuah komen di
salah satu postingan tentang buku Love Journey #1: Ada Cinta di Tiap
Perjalanan, yang intinya dia berharap ada kelanjutan dari Love Journey, tapi
isinya harus lebih tebal. Karena dia merasa kurang puas hanya membaca 18 kisah
yang ada dalam Love Journey #1
Ahaa..! Siang itu kebetulan aku
dan Lalu Abdul Fatah sedang sama-sama menghadap komputer, sehingga kami berdua bisa
langsung menanggapi komentar tersebut. Obrolan kami berlanjut di gtalk juga
sms. Entahlah, mungkin ini adalah satu kesamaan antara aku dengan Fatah,
sehingga kami berdua masih bisa berkolaborasi dengan baik hingga detik ini.
Kami berdua adalah tipikal orang yang tidak bisa menganggap remeh sebuah ide.
Ide itu merupakan anugerah dari Sang Pencipta. Jadi pantang rasanya untuk
mengabaikan ide yang terlontar, sesederhana apapun ide itu.
Menikmati Proses Penggarapan
Ide itu berkembang menjadi luar
biasa bagi kami berdua. Kami berencana menjadikan Love Journey sebagai serial
seperti Chicken Soup. Tentu saja, dengan tema yang berbeda di setiap edisinya. Sounds
great! Siang itu juga, kami berdua langsung menggodok ide untuk mengadakan
audisi naskah Love Journey yang ke-2. Bagian mencari tema mungkin merupakan
salah satu bagian paling menarik bagi kami dalam menyusun buku ini.
Aku ingat..! Hari itu adalah hari
Jumat. Tepat setelah sholat Jumat usai, Fatah mengabari lewat sms, bahwa selama
sholat Jumat tadi pikirannya dipenuhi dengan ide kami tentang tema buku kedua
ini. Hahaha... Bukan hanya Fatah, karena aku pun juga demikian. Rasanya ingin
berteriak gembira detik itu juga, ketika kami sampai pada kesepakatan tentang
tema yang akan kami angkat dalam buku kedua ini.
Dalam buku kedua ini, kami
sepakat untuk TIDAK akan mengungkap keindahan Indonesia. Bagi kami berdua, ide
ini sungguh luar biasa. Di tengah maraknya buku-buku traveling yang
berlomba-lomba menceritakan tentang keindahan sebuah destinasi wisata, kami
justru memilih tema yang bertolak belakang. Kami ingin mengajak para pembaca
untuk menikmati Indonesia dari sisi lain. Dari sisi yang mungkin kerap diabaikan
saat kita melakukan perjalanan. Sisi lain yang lebih riil dan apa adanya
tentang Indonesia.
Seperti layaknya sebuah
perjalanan, kadangkala melakukan preparationnya terasa jauh lebih menyenangkan
dibandingkan dengan perjalanan itu sendiri. Hal itu juga yang kami rasakan dalam
dua kali proses penyelenggaraan Love Journey. Kami sangat menikmati setiap
tahapan prosesnya. Karena bagi kami, menjadi seorang PJ antologi, bukan hanya
sekadar mengumpulkan naskah kemudian mengirimkannya ke penerbit yang berminat. Menjadi
PJ antologi itu penuh proses pembelajaran.
Setelah pengumuman audisi kami
publish, kami harap-harap cemas menunggu. Akankah ada yang tertarik dengan
audisi ini? Beberapa berkomentar bahwa temanya berat. Sempat ada perasaan
galau, ketika sudah sampai pertengahan masa audisi, tapi jumlah naskah yang
'klik' di hati kami belum ada setengah dari jumlah kuota yang kami targetkan.
Kegalauan kami terobati, ketika
menjelang akhir masa audisi, email kami diserbu oleh naskah-naskah yang luar
biasa. Sumpah! aku excited banget. Ini gila! Beberapa nama penulis yang
karyanya sudah tersebar ikut meramaikan audisi kami. Sungguh ini sebuah
apresiasi yang luar biasa bagi kami berdua. Semangat yang sempat sedikit
meredup di awal-awal masa audisi sontak menyala kembali. Bahkan nyala semangat
kali ini jauh lebih terang daripada sebelumnya.
Hingga tiba saatnya kami
melakukan penjurian dari total 68 naskah yang masuk ke email kami. Ada yang
membuat takjub, ada juga yang bikin nyengir. Bahkan ada juga yang membuat kami
bingung. "Ini maksudnya apa ya kok kirim puisi begini?" Sumpah! aku
dan Fatah sampe bingung banget dikirimi puisi yang sayangnya sedikit pun tidak
ada hubungannya dengan tema yang kami lemparkan.
Akhirnya kami menemukan 20 naskah
terbaik yang kami rasa bisa mewakili seribu wajah dari Indonesia yang kami
cari. Naskah-naskah yang luar biasa! Tapi tahapan proses yang harus kami lalui
masih panjang. Kami masih harus menyunting ke-20 naskah ini. Kami bagi tugas,
masing-masing kebagian 10 naskah untuk disunting. Meski pada akhirnya aku hanya
menyelesaikan 8 naskah dan Fatah melanjutkan 12 sisanya.
Kami mengajak para kontributor
untuk ikut menyunting dan membenahi kembali naskah mereka. Ini idenya Fatah.
Ide yang bagus banget. Karena dengan begini, kita semua bisa sama-sama belajar
tentang di mana letak kekurangan naskah kita. Pelajaran yang bagus banget bagi
para penulis, agar tidak terbiasa menyerahkan 100% urusan editing kepada sang
editor.
Proses Penerbitan yang Bikin
Galau
Sambil menyunting naskah demi naskah,
kami berdua mulai membahas masalah penerbitan buku. Awalnya, kami berencana
menerbitkan buku ini secara indie melalui penerbit yang telah membidani
lahirnya Love Journey#1, yaitu MozaikIndie Publisher. Tapi yang membuat kami sempat menimbang cukup lama adalah,
kami tidak ingin membebankan biaya penerbitan buku ini kepada teman-teman
kontributor seperti pada Love Journey#1. Di mana kami, para kontributor urunan
untuk biaya cetak dan pendistribusian.
Karena kami menginginkan buku kami bisa nangkring manis di toko
buku.
Sementara Love Journey#2 ini
merupakan proses audisi. Dan kami tidak ingin merepotkan para kontributor
dengan urusan biaya cetak dsb. Kami diskusikan hal ini dengan pihak Mozaik. Sarannya
adalah, kami bisa mencoba mencari dana lewat wujudkan dot com atau patungan dot net.
Sungguh, diskusi mengenai hal ini memakan waktu yang cukup lama. Kami berdua
menimbang-nimbang lagi. Akhirnya kami sepakat untuk tetap menerbitkan secara
indie dengan sistem cetak print on demand.
Kami meyikinkan diri, kalau
setiap tulisan pasti punya takdirnya masing-masing. Jadi sambil menyelesaikan
urusan sunting-menyunting naskah, mencari penulis tamu dan endorser, kami
pasrahkan saja nasib tulisan-tulisan ini agar memilih takdirnya sendiri.
Siapa sangka, ada dua penerbit
mayor yang tertarik untuk menerbitkan Love Journey#2. Prosesnya pun tidak kami
duga. Satu tawaran datang lewat pesan di facebook-ku. Dan satu lagi datang
lewat obrolan tak terduga dengan Fatah. Kami senang, tentu saja. Di tengah
kegalauan kami tentang urusan penerbitan, tiba-tiba Tuhan membukakan jalan.
Ketika kami menyampaikan hal ini
kepada pihak Mozaik, alhamdulillah mereka justru mendukung langkah kami.
Akhirnya kami mantap untuk menerima pinangan Diva Press, satu dari dua penerbit
mayor yang tertarik dengan naskah kami.
Satu masalah terpecahkan.
Semangat kami kembali menyala. Begitu pun dengan teman-teman kontributor yang
lain. Semua menyambut gembira kabar ini. Kami semakin bersemangat. Ternyata,
takdir tulisan kami ada di sini, di bawah naungan Diva Press.
Endorser, Penulis Tamu, dan Kata
Pengantar
Kami berdua kembali melobi
nama-nama yang sebelumnya telah kami hubungi, baik yang akan menjadi penulis
tamu, para pemberi testimoni, juga pemberi kata pengantar. Sebenarnya ada rasa
segan juga, tatkala kami harus menagih pada mereka. Kami pun juga mafhum akan
kesibukan mereka. Tapi mau gimana lagi? Kami juga punya tenggat waktu dari Diva
Press yang harus kami patuhi.
Menjelang akhir waktu tenggat
yang diberikan oleh Diva Press, belum semua naskah dari penulis tamu,
endorsement, dan kata pengantar yang kami terima. Kami harus segera mengambil
sikap. Sekali lagi menebalkan muka untuk menagih para calon penulis tamu,
pemberi testimoni, dan pemberi kata pengantar. Dan hasilnya? Well..., tidak
berjalan mulus sebagaimana harapan kami :) Ada yang langsung mengirimkan
testimoni juga naskahnya, ada yang menyatakan tidak bisa memenuhi permohonan
kami karena alasan kesibukan, ada juga yang terus memberikan janji akan segera
mengirimkan naskah, bahkan ada juga yang tidak memberi jawaban sama sekali.
Untuk yang menyatakan tidak bisa,
kami tidak mempermasalahkannya, kami langsung mencari penulis tamu pengganti.
Tidak mudah memang, apalagi waktu yang kami punya semakin sempit. Sementara
untuk yang masih berjanji akan segera mengirimkan naskahnya, kami masih setia
menunggu. Meski pada akhirnya, janji itu tinggallah janji :)
Sampai pada akhir tenggat waktu
yang diberikan oleh Diva Press kami belum bisa memenuhi target. Endorsement
beres, tapi kami hanya mendapatkan dua tiga penulis tamu yang kami incar,
sementara kata pengantar akhirnya harus kami tulis berdua karena beliau yang
sebelumnya bersedia memberikan kata pengantar hingga detik itu tidak lagi
memberi kabar.
Di saat-saat terakhir, dalam
sebuah obrolan di Whatsapp, aku coba menawari om Dody Johanjaya (founder acara
Jejak Petualang Trans TV) untuk menjadi penulis tamu. Alhamdulillah, beliau
bersedia. Girang banget rasanya. Awalnya, sewaktu kami mencari endorser, aku
sudah sempat ingin menawari om Dody. Tapi ketika coba menanyakan pada Kohan, temanku
yang bukunya diendors oleh om Dody, rasanya aku pesimis. Soalnya Kohan bilang,
dia perlu waktu sebulan lebih untuk mendapatkan endorsement dari om Dody,
mengingat kesibukan beliau. Tapi memang, kalau rejeki gak bakalan kemana.. :) Dan
akhirnya, kami pun mendapatkan ijin untuk mempublikasikan tulisan om Dody di
buku Love Journey#2.
Fatah langsung mengirimkan berkas
naskah yang sudah lengkap dengan foto-foto pendukung cerita, testimoni dari
para endorser, dan kata pengantar yang kami tulis berdua. Untuk saat ini, tugas
kami berdua selaku PJ sudah selesai. Urusan selanjutnya kami pasrahkan pada
Diva Press. Kini kami hanya tinggal menunggu buku kami terbit.
Love Journey#2 Terbit!
Hingga pada tanggal 20 Desember
yang lalu, Fatah mengabari lewat Whatsapp, buku Love Journey#2 kami sudah
terbit. Huaaa.... girang banget rasanya. Mumpung lagi ngadep komputer, langsung
deh browsing di website-nya Diva Press, mencari penampakan cover buku yang
sangat kami nanti-nantikan ini. Nihil. Di website Diva tidak ada.
Beralih ke fanspage Diva Press di
facebook, ternyata Love Journey#2 sudah dijadiin photo profil di sana. Melihat
warnanya yang ijo royo-royo, mata ini langsung seger. Meski jujur, pertama kali
melihat cover buku ini, yang terpikirkan adalah poster gerakan penghijauan :D
Tapi kesan itu langsung terhapus
ketika aku sudah memegang bukunya. Sumpah! Rasanya excited banget melihat
tampilan buku Love Journey#2 yang eye catching banget. Covernya terlihat luks
dengan kertas glossy dan judul yang huruf-hurufnya timbul. Bukan hanya tampilan
covernya, tapi juga tampilan dalamnya. Halamannya full colour, pun foto-foto
pendukung cerita yang kami lampirkan, semua berwarna. Sumpah! Ini kereen...!
Buku setebal 368 ini benar-benar keren..!
Gak percaya kalau buku ini keren?
Buruan ke Gramedia atau toko-toko buku lain di kota kamu, dan bawa Love
Journey#2: Mengeja Seribu Wajah Indonesia ke kasir. Dan buktikan sendiri...
Makasih banget buat my best
partner, Lalu Abdul Fatah,
temen-temen kontributor buku ini (Dinar, Huzer, Uni Dina Y Sulaeman, M Saipul,
Bustomi, Uni Dian Onasis, Farchan, Mbak Dwi AR, Teh Lina, Meinilwita, MbakHelene, Feni, Arabia, dr. Prita, Mbak Katerina, Mbak Arini, Lomar Dasika, Eaz,
Bu Manik, dan Viola), para penulis tamu (Om Dody Johanjaya, Mbak Ary Amhir, dan
Adis Takdos), para endorser (Marischka Prudence, Ihwan Hariyanto, dan Azzura Dayana),
juga pihak Diva Press. Makasih banget buat semua.
Selamat Mengeja Seribu Wajah
Indonesia... Semoga kita semakin mencintai Tanah Air ini, Indonesia...
Foto-foto by: Lalu Abdul Fatah
14 komentar
uwah,selamat mbk....keren^^
ReplyDeleteMakasih mbak Hana :)
DeleteSudah terbit lagi ya Mba untuk love journey 2 nya ? keren banget.......
ReplyDeleteSelamat ya Mba.
Salam
Iya mas Indra, sudah beredar looh di toko-toko buku...
DeleteMonggo dibeli kalau mau menikmati Indonesia dengan cara yang lain :)
Menulis buku, menerbitkan, hingga mempromosikannya sampai detik ini pun, adalah sebuah perjalanan ya, Mbak. Tahap demi tahap. Prosesnya yang tak mudah. Tapi kalau sepanjang perjalanan kita menikmatinya, sungguh kebahagiaan hidup. Bekerja sambil bermain :)
ReplyDeleteKita bikin sukses juga Love Journey berikutnyaaaa :D
Iyaaaa..., dan itu adalah perjalanan yang menyenangkan ya, brother.. Karena kita sungguh menikmati perjalanan itu :)
DeleteYuhuuuu...!! gak sabar pengen segera mem-publish Love Journey berikutnya :D
Iya, Mbak. Pengin tahu rupa naskah-naskah untuk edisi LJ berikutnya. Hahaha... Karena itu bagian yang juga mengasyikkan. Ketika e-mail dari peserta muncul di inbox, rasa penasaran itu menggelegak :)
DeleteHehehehehe... iya bener, siapa tau ada yang kirim lebih dahsyat dari sekadar puisi kan? :D
DeleteIya kereeeen. N I'm happy participate in this happiness and enjoyfull of antology process :D ⌣•̸Ϟ∂∂ќќaaaŚíih Dee n Lalu yg memilih naskah uni menjadi salah satu dr 20 naskah tsb :)
ReplyDeleteUniiii...., makasih juga atas sumbangan naskah kerennya. Makasih juga karena dari uni, Dian belajar untuk jadi PJ antologi :)
DeleteMakasih ya Dee dan Fatah, sudah menjadikan tulisan saya bagian dari buku keren ini.
ReplyDeleteMakasih juga teteh, atas sumbangan naskahnya yang kereeen... :)
DeleteNunggu yang Love Journey selanjutnya :) Pingin ikut nimbrung disana :)
ReplyDeletebagi bukunya dong, hehee
ReplyDelete