Malaysia Trip | 3. After Midnight in Kuala Lumpur
Thursday, August 07, 2014
Minggu, 28 July 2014
Jam sudah menunjukkan pukul 10:30
pm waktu Malaysia sewaktu bis yang kami naiki bergerak meninggalkan Terminal
Bus Larkin. Perjalanan dari Johor Bahru ke Kuala Lumpur lancar jaya. Bus
Meridian yang kami naiki juga cukup nyaman meski kami mendapat seat paling
belakang. Semua kursi terisi penuh. Meskipun demikian, bus tidak terkesan
sumpek. Karena memang pembagian kursinya 1 seat di sebelah kiri dan 2 seat di
sebelah kanan. Kursinya empuk, reclining seat dan dilengkapi dengan sandaran
kaki. Jarak antar bangkunya juga lumayan lega.
Ada untungnya kami mendapat seat
paling belakang seperti ini, karena sandaran kursi bisa direbahin sampe mentok,
tanpa khawatir mengganggu penumpang di belakang kami. Jadi si Lala bisa enak
juga tidurnya. Dan satu lagi, bus di sini tidak dilengkapi toilet. Jadi buat
yang kebagian seat di belakang aman deh dari aroma yang kadang tercium dari
toilet seperti yang biasa terjadi di bus antar kota di Indonesia.
Jangan membayangkan bus antar
kota di sini akan melaju seperti bus antar kota di Indonesia. Bagi yang
terbiasa dengan bus malam di Indonesia, gaya nyetir sopir bus di Malaysia
justru terkesan lambat. Dan karena bus di sini juga tidak dilengkapi dengan
toilet, biasanya setiap 1 atau 2 jam, bus akan berhenti di rest area sekitar 15
menit untuk memberi kesempatan pada para penumpangnya untuk ke toilet atau
sekadar melemaskan otot-otot tubuh.
Dan malam itu, bus yang kami
naiki berhenti di rest area di daerah Yong Peng. Hanya suami saya yang turun
untuk ke toilet. Pas balik ternyata bawa beberapa bungkus otak-otak.
Otak-otalnya seprti yang biasa kami beli di Tanjungpinang. Otak-otak ini terbuat dari daging ikan atau sotong yang digiling halus dan dicampur
dengan bumbu-bumbu kemudian dibungkus daun kelapa setelah itu dibakar di atas
bara api. Rasanya enak banget, perpaduan rasa gurih dan sedikit pedas. Paling
enak dimakan hangat-hangat sewaktu baru selesai dibakar. Lumayan buat cemilan..
:)
Setelah berhenti di Yong Peng, bus yang kami naiki tidak berhenti lagi
sampai akhirnya memasuki Kuala Lumpur. Pemberhentian terakhir adalah Terminal
Puduraya. Dengan mata yang masih mengantuk kami pun turun dari bus. Welcome to Kuala Lumpur! Jam sudah
menunjukkan pukul 2 dini hari.
Welcome to Kuala Lumpur!
Beberapa supir taksi langsung menyerbu penumpang yang baru turun dari
bus. Seorang sopir perempuan menghampiri kami. Saya menyebutkan KLCC sebagai
tempat tujuan kami. Ibu sopir membuka tarif 40 RM yang langsung saya sambut
dengan gelengan kepala. Mahal amat buu.... Emang sih, ini juga udah after
midnight. Taksi yang lewat pun sudah jarang. Tapi biarlah, nanti saja.
Kami menyeberang jalan. Ada sebuah mini market yang buka 24 jam. Saya
membeli beberapa camilan dan air minum untuk bekal sahur kami. Ini malam
Ramadhan terkahir. Kami ingin mengisinya dengan i'tikaf di Masjid Asy-Syakirin
yang ada di area KLCC. Sekalian mewujudkan keinginan suami yang ingin berfoto
dengan si kembar Twin Tower :)
Kami berjalan terus ke utara. Setau saya, dulu ada counter tiket
Alisan di sebelah KFC. Kalau ada, saya ingin sekalian memesan bus tujuan
Cameron Highlands untuk nanti pagi. Tapi ternyata counter tiket itu sudah tidak
ada. Dan KFC yang dulu buka 24 jam itu pun sudah tutup.
Sebuah taksi berhenti menawari kami. Saya menyebutkan tujuan kami.
Sopir taxi menyebut angka 35 RM. Saya tawar lebih murah, beliau hanya bersedia
menurunkan harga 5 RM. Ya sudahlah, meski itu kemahalan banget, tapi kami terima
saja tawarannya. Kami ingin buru-buru sampai di masjid untuk menunaikan sholat
maghrib dan isya' sekalian teraweh. Biarlah 30 RM itu menjadi rejeki beliau
malam ini.
Sampai di KLCC, suami sudah tak sabar ingin segera berfoto dengan si
kembar Menara Petronas. Suasana di sekitar KLCC sudah sangat sepi. Hanya ada
sepasang muda-mudi yang duduk di pelataran Suria KLCC. Kami pun segera berfoto
dengan latar Menara Petronas. Si Lala pun masih terlihat ceria. Tidak ada
tanda-tanda kelelahan di wajahnya. Alhamdulillah...
Semoga perjalanan ini membuatmu kuat dan tegar di setiap keadaan, sayang...
Puas berfoto dengan si kembar, kami melanjutkan perjalanan menuju
Masjid Asy-Syakirin. Suasana di sekitar KLCC sungguh senyap. Tak ada seorang
pun yang berpapasan dengan kami. Saya mengajak suami menuju bagian belakang
Suria KLCC yang melewati kolam. Dari situ bisa langsung masuk ke Masjid
Asy-Syakirin. Tapi ternyata sedang ada perbaikan. Jalan masuk ke masjid tertutup.
Kami berjalan terus, tapi justru semakin menjauhi masjid. Akhirnya kami
memutuskan untuk kembali ke pelataran KLCC.
Ternyata kami melewatkan sesuatu. Tak jauh dari tempat kami berdiri
tadi, ada penunjuk berupa kertas dengan gambar masjid lengkap dengan anak panah
penunjuk arahnya. Rupanya karena sedang ada perbaikan, jadi kami harus berjalan
memutar untuk menuju masjid.
I'tikaf di Masjid
Asy-Syakirin
Alhamdulillah.. Sampai juga kami di Masjid
Asy-Syakirin. Berbeda dengan suasana di KLCC yang sunyi senyap, suasana di
masjid ini cukup ramai. Rupanya banyak juga jamaah yang memanfaatkan malam
terakhir Ramadhan ini untuk ber i'tikaf di masjid ini. Ada sholat tasbih
berjama'ah.
Masjid Asy-Syakirin ini cukup luas. Ruangan sholatnya bertingkat.
Ruang sholat untuk jamaah laki-laki ada di lantai atas, sementara jamaah
perempuan di lantai bawah dalam sebuah ruangan yang tertutup. Ruang sholat
untuk jamaah perempuan sangat nyaman. Ber-AC pula. Di dalam ruang sholat sudah
banyak jamaah perempuan yang sedang ber i'tikaf. Malah ada yang sengaja membawa
selimut dan bantal. Di depan ruang sholat jama'ah perempuan ada 3 kursi pijat.
Sayang ketiga kursi itu gak pernah kosong, jadi saya nggak punya kesempatan
untuk mencobanya. Padahal kan lumayan tuh, bisa pijat sebentar di situ...
Hidangan untuk sahur pun sudah tersedia di dua meja besar. Melihat banyaknya
makanan dan tumpukan piring yang ada, awalnya saya tidak percaya. Apa iya
makanan segitu bakal habis? Masa sih, jamaah i'tikaf masjid ini sebanyak itu?
Pertanyaan saya terjawab ketika sholat tasbih berjama'ah selesai.
Berbondong-bondong jama'ah turun dari lantai atas. Jamaah masjid ini terdiri
dari bermacam-macam suku bangsa. Subhanallah...
Kami memilih tidak ikut mengantri mengambil makan sahur di situ. Bukan
kenapa-kenapa, cuman karena emang gak ada seorang pun yang menawari kami,
hehehe.. Jadinya kami sungkan sendiri.. Padahal musafir-musafir lain juga gak
ada yang nawarin sih, pada cuek aja langsung ikutan antri ambil makan. Cuma
kami aja yang ngerasa gak enak.. Budaya sungkan itu masih ada ya :D
Jadi kami berdua sahur dengan roti, kurma, dan camilan yang tadi saya
beli di mini market. Si Lala juga ikutan sahur dengan kami :) Alhamdulillah... sejauh ini Lala masih
semangat, gak rewel sedikit pun. Kalo dia lari-larian kesana-kemari itu sih
masih wajar, namanya juga bocah :D
Setelah sholat subuh berjama'ah, kami menumpang membersihkan diri di
toilet masjid. Toiletnya cukup nyaman, ada ruang untuk mandi. Tapi pagi itu
rasanya masih malas untuk mandi, jadi cukup dengan cuci muka dan gosok gigi
saja ya :D Saya sendiri pernah menumpang bersih-bersih di sini dalam perjalanan
ke Thailand beberapa tahun yang lalu. Ceritanya ada di
sini.
Rejeki si musafir cilik
Sewaktu suami dan Lala menunggui saya yang sedang membersihkan diri di
toilet, ada seorang jama'ah yang memberi Lala uang 2 RM sambil mengucapkan
"Selamat Raya..." Si Lala seneng banget.
"Nda, uam dari Oom..." Lala memamerkan uangnya.
Si Lala ngomongnya
udah lumayan lancar, cuma untuk kata-kata yang berakhiran 'ng' sama dia pasti
berubah jadi berakhiran 'm'. Seperti kata uang yang berubah menjadi uam :D
Di teras masjid, waktu Lala memakai sandalnya, ada lagi seorang
jama'ah yang tiba-tiba memberinya uang 10 RM. Sambil mengusap rambut Lala,
bapak baik hati itu mengucapkan "Selamat Raya..."
"Acih, Oom..." jawab Lala malu-malu...
Rejekimu, nak.. Alhamdulillah... Sampai keluar dari masjid, si Lala
gak mau ngelepas uangnya. Hehehe....
Sekali lagi bersama si
kembar
Keluar dari masjid, sekali lagi kami mengambil jalan memutar untuk
sampai di KLCC. Kami ingin berfoto lagi dengan si kembar Menara Petronas. Pengen
punya foto versi pagi, hehehe... Kami menuju ke jembatan yang memang merupakan
spot terbaik untuk berfoto bersama si kembar Menara Petronas.
Pagi itu suasana di sekitar jembatan belum terlalu ramai. Hanya ada
sekelompok lelaki India yang juga sedang berfoto di sana. Dan ketika kami mulai
berfoto, mereka pun melanjutkan perjalanan. Padahal kami mau minta bantuan
mereka untuk difotoin bertiga :D
Tapi gak perlu khawatir, selalu ada orang yang lewat di jembatan itu.
Entah memang ingin berfoto atau pun sekadar jogging dan berjalan santai. Kawasan
ini memang tidak pernah sepi pengunjung. Errr.. setidaknya bukan after midnight seperti kedatangan kami
semalam, tentu saja :D
Jam digital di atas gedung Maxis menunjukkan pukul 07:45, waktunya
kami meninggalkan KLCC Park untuk berburu tiket tujuan Cameron Highlands.
Kami menyetop sebuah taksi berwarna merah. Ketika saya menanyakan
tarif, pengemudinya mempersilakan kami langsung naik, karena beliau akan
menggunakan argo. Wuikkkss.., jarang-jarang nih sopir taksi di Malaysia yang
kayak gini. Selama ini biasanya justru saya yang meminta menggunakan argo, tapi
selalu ditolak dengan berbagai alasan. Jadinya ya tawar-tawaran...
Berburu tiket to Cameron
Highlands
Dan ternyataaa.. Ongkos taksi dari KLCC ke Terminal Puduraya cuman 7
RM menggunakan argo, sodara...! Nyesel bayar taksi 30 RM semalem? Ya
enggaklah... kan emang udah diikhlasin sebagai rejeki pak sopirnya :)
Sampai di Terminal Puduraya, kami bergegas menuju counter penjualan
tiket. Beberapa lelaki menghampiri kami berusaha menanyakan kemana tujuan kami,
tapi kami menolak dengan halus. Tujuan kami adalah counter tiket, bukan calo.
Titik.
Di counter pertama, Alisan, tiket ke Cameron Highlands tersisa untuk
keberangkatan pukul 01:30 pm. Waduuh.. Bakal mati gaya kami harus nunggu selama
5 jam di terminal. Kami menuju counter berikutnya, Unititi. Sama. Yang tersisa
hanya untuk keberangkatan pukul 01:30 pm. Tapi penjualnya meminta kami menunggu
sebentar, kemudian dia terlihat sibuk menelepon seseorang. Katanya, ada orang
booking 5 seat untuk jam 8:30 am, tapi sampai sekarang gak ada kabarnya. Kalau
mereka cancel, maka kami bisa langsung berangkat. Sambil menunggu dia mendapat
kabar dari si pemesan tiket, kami dipersilakan untuk mencari tiket di counter
lain, siapa tau masih tersedia. Tapi rupanya tiket untuk jam 8:30 am memang
sudah habis terjual.
Kami kembali ke counter Unititi. Nasib baik berpihak pada kami.
Rupanya orang yang telah membooking 5 seat itu cancel. Jadi kami bisa langsung
berangkat saat itu juga. Yess! Harga tiketnya 40 RM per orang. Harga yang masih
terbilang normal untuk peak season seperti sekarang ini.
Kami bergegas menuju platform 14, dan ternyata bus-nya sudah menunggu.
Tak lama setelah kami duduk manis di bangku nomor 8B dan 8C, bus yang kami
naiki bergerak meninggalkan Terminal Puduraya. Horeee....!! See you soon, Cameron Highlands.....
Bus Unititi tujuan Cameron Highlands |
Pengeluaran selama di Kuala Lumpur :
- Roti dan camilan = 5 RM
- Taksi dari Puduraya ke KLCC = 30 RM
- Taksi dari KLCC ke Puduraya = 7 RM
- Bus dari Puduraya ke Cameron Highlands (2 adult) = 80 RM
Bersambung...
4 komentar
duh,ngiler..semoga berjaya bisa menapakkan kaki ke malaysiye hehehe
ReplyDeleteAamiin... Mumpung masih tinggal di Batam, mbak... Lebih deket ke negeri jiran. Ongkosnya pun kalo diitung lebih murah, hehehehe....
DeleteBEEEHH NGIKLASIN 23 RM....UTK tujuan puduraya ke KLCC...tak apalah ya...kan sikiting juga dapat rejeki..hehhehe
ReplyDeleteoww..berarti ke cameron bisa dari pudu raya juga ya..kirain hanya dari tbs... oke keep lagi tulisan mbak dee :)
ReplyDelete