Malaysia Trip | 6. Nature Discovery Tour
Sunday, August 10, 2014
Kalau datang berkunjung ke Cameron Highlands, sebaiknya memang
menggunakan jasa tour operator. Karena jarak antar tempat yang satu dengan yang
lain cukup berjauhan. Dan lagi, di Cameron Highlands ini tidak ada angkutan
umum seperti bus atau angkot. Jangan khawatir, karena yang namanya tour
operator bertebaran di Cameron Highlands. Anda bebas memilih yang sesuai dengan
keinginan dan budget anda.
Setelah menjemput kami bertiga, mobil tour Titiwangsa ini masih harus
menjemput tamu ke dua hotel lagi. Tamu terakhir adalah pasangan suami istri
berkebangsaan India dengan anak perempuannya yang masih kecil.
Mobil kami melewati daerah Kampong Taman Sedia, Brinchang, kebun-kebun
strawberry, dan beberapa nama yang cukup familiar bagi saya dalam beberapa hari
terakhir ini. Ya, selama browsing informasi tentang Cameron Highlands, mata
saya sudah cukup akrab dengan nama-nama seperti Smoke House, Time Tunnel
Museum, Cactus Valley, hingga tempat diselenggarakannya pasar malam Brinchang
yang terkenal itu. Saya sangat menikmati perjalanan ini.
Tapi rupanya tidak demikian dengan suami saya. Karena jalur yang kami
lewati berkelok-kelok khas daerah pegunungan, ditambah dengan posisi duduknya yang
berada di tengah-tengah, suami saya akhirnya mabuk perjalanan. Dan ketika mobil
berhenti di BOH Tea Plantation, yang merupakan pemberhentian pertama dalam tour
ini, suami langsung muntah-muntah di samping mobil. Setelah merasa agak enakan,
barulah kami bergabung dengan peserta tour lainnya untuk menikmati hamparan
kebun teh sambil menyimak penjelasan dari Mr. Ravi, driver yang sekaligus merangkap
sebagai tour guide kami kali ini.
BOH Tea Plantation
BOH Tea Plantation ini adalah produsen teh hitam terbesar di Malaysia. Kebun tehnya terhampar seluas 3200 hektar. Pantas saja kalau disebut sebagai kebun teh yang terbesar di Malaysia, bahkan se-Asia Tenggara. BOH ternyata merupakan singkatan dari Best on Highlands, hehehe.. padahal awalnya saya mengira BOH ini adalah nama pemilik dari kebun teh ini, ternyata singkatan tooh :D
Hamparan kebun teh inilah yang pertama kali saya lihat di halaman
internet, yang membuat saya mengubah rencana perjalanan dari rencana awal
pengen ke Genting Highlands menjadi ke Cameron Highlands.
Mr. Ravi menceritakan tentang awal mula berdirinya BOH Tea Plantation ini. Kebun teh ini didirikan pada tahun 1929 oleh seorang pengusaha asal Inggris yang bernama John Archibald Russel. Russel yang sebelumnya adalah pengusaha di bidang pertambangan melihat prospek yang bagus pada bisnis kebun teh.
BOH Tea Plantation yang pertama adalah di Habu, yang juga merupakan
kebun teh pertama di Cameron Highlands. Dan saat ini BOH Tea Plantation
terdapat di tiga kawasan, yaitu Habu, Fairlie Garden, dan Sungai Palas. Yang
kami kunjungi pagi itu adalah yang berada di Sungai Palas. Sampai pada hari
ini, BOH Tea Plantation dikelola oleh keturunan ketiga dari J.A. Russel.
Setelah puas menikmati hamparan kebun teh, kami pun siap melanjutkan
perjalanan. Mr. Ravi mengijinkan suami saya yang ingin pindah duduk di bangku
depan yang kebetulan memang kosong. Jadilah sisa perjalanan selanjutnya, suami
saya dan Lala duduk di depan, sementara saya tetap duduk di bangku tengah
seperti sebelumnya. Gak papa, yang penting saya duduk dekat jendela, biar bisa
puas melihat pemandangan :)
Gunung Brinchang (2032 mdpl)
Destinasi selanjutnya adalah Gunung Brinchang, yang merupakan gunung
tertinggi kedua di Cameron Highlands ini. Sementara gunung tertingginya adalah
Gunung Irau (2110 mdpl)
Setelah melewati jalanan yang berkelok-kelok, sekitar 30 menit
kemudian, Mr. Ravi memarkirkan mobilnya di depan sebuah bangunan pos polisi
yang pintunya tertutup rapat. Pak polisinya mungkin lagi liburan ya :)
Saya memandang berkeliling, mencoba menebak-nebak, kira-kira yang mana
ya, jalan setapak yang merupakan jalan masuk menuju Gunung Brinchang? Soalnya
saya tidak melihat ada jalan setapak di sekitar situ. Selain jalan kecil untuk
menuju tower observation atau menara pandang yang berada tak jauh dari situ.
Dan ternyataaaa... Di tempat saya berdiri itulah, puncak tertinggi kedua di Cameron Highlands. Gubrak! Pantas banyak bilang kalau di Gunung Brinchamg mobil bisa naik sampai ke puncak. Ya memang benar sih, nyatanya mobil yang kami naiki juga bisa parkir di atas puncak ini :) Dan kami pun segera naik ke atas tower observation untuk lebih leluasa menikmati pemandangan sekitar.
Suami memilih duduk di depan pos polisi bersama Lala. Masih mual
katanya. Jadi saya naik ke atas tower sendirian. Lumayan juga. Tower ini
tingginya sekitar 30 meter, terdiri dari 3 lantai. Dan begitu saya sampai di
puncak tower, subhanallah... pemandangan dari atas tower memang cantik banget.
Dan rupanya, suami saya merasa penasaran juga ingin melihat
pemandangan dari atas tower. Akhirnya dia pun menyusul saya. Si Lala malah gak
mau digendong, jadi ayahnya megangin tangannya sambil jalan pelan-pelan meniti
tangga menara. Alhamdulillah, sampai di anak tangga teratas Lala naik sendiri
tanpa digendong.
Ruangan di puncak tower tidak terlalu besar, hanya muat untuk beberapa
orang saja. Sehingga kalau ramai pengunjung, pasti harus antri untuk bergantian
naik. Beruntung saat kami datang, tidak ada rombongan lain, sehingga kami tidak
perlu mengantri untuk naik, dan juga tidak harus buru-buru turun.
Setelah merasa puas menikmati pemandangan dari atas menara, kami pun
turun. Turunnya terasa lebih sulit daripada waktu naik, karena posisi anak
tangganya memang hampir vertical.
Mossy Forest
Perjalanan kami lanjutkan ke Mossy Forest. Mr. Ravi memutar mobilnya
ke arah tadi kami datang. Dalam perjalanan menuju Gunung Brinchang tadi kami
sudah melewati gerbang Mossy Forest. Jaraknya tidak terlalu jauh.
Di depan gerbang Mossy Forest rupanya masih ada beberapa mobil yang parkir. Mr. Ravi akhirnya memarkir mobilnya agak jauh dari gerbang. Tidak langsung menuju ke gerbang Mossy Forest, Mr. Ravi justru mengajak kami berjalan kaki ke arah yang berlawanan. Beliau masuk ke dalam hutan dan mengambil sehelai daun yang kemudian dibagikannya kepada para peserta tour. Itu adalah daun sirih hutan. Mr. Ravi menjelaskan tentang manfaat daun sirih hutan, salah satunya yang sudah familiar adalah untuk menghentikan mimisan (pendarahan pada hidung).
Selain daun sirih hutan, masih banyak lagi jenis tanaman herbal yang
ditunjukkan oleh Mr. Ravi. Seperti ceri hutan. Saya baru tau, kalau ternyata
ceri ini berkhasiat sebagai obat tidur alami dan juga bisa menurunkan kadar
lemak dan kolesterol. Masih banyak lagi jenis tanaman lain yang dijelaskan oleh
Mr. Ravi. Satu yang menarik perhatian saya adalah kantong semar, atau bahasa
kerennya pitcher plant. Mossy Forest rupanya merupakan tempat tinggal yang
nyaman bagi tanaman pemakan serangga ini. Sayang saya tidak beruntung melihat
tanaman anggrek hutan, yang katanya juga banyak tumbuh di dalam Mossy Forest
ini.
Para peserta tour terlihat sangat antusias menyimak setiap penjelasan
beliau. Perjalanan ini selain menambah pengalaman baru, juga menambah pengetahuan
baru.
Akhirnya Mr. Ravi mempersilakan kami semua untuk trekking di dalam
hutan. Yess! Inilah acara yang saya tunggu-tunggu dari tadi. Sekali lagi, suami
saya memilih menunggu di shelter yang ada di gerbang Mossy Forest bersama Lala.
Yaaa..., padahal saya ingin kami bisa sama-sama menikmati perjalanan ini. Tapi
biarlah, mungkin suami saya masih kurang enak badan. Jadi biar saya aja deh
yang mewakili mereka...
Jalur trekking di Mossy Forest sudah sangat baik. Terbuat dari
bilah-bilah papan yang terususn rapi. Sebagai pegangan dan juga pengaman, di
kanan kiri terpasang tali. Asik juga jalan-jalan di sini. Hutannya rimbun. Jadi
kesannya adem. Dan karena kami datang bukan pada musim penghujan, jadi
penampakan lumut di sini tidak terlalu tebal. Belum menyerupai karpet hijau seperti
yang ditulis oleh situs-situs pelancongan ke Cameron Highlands :)
Di beberapa tempat saya terpaksa harus menunduk, karena ada batang
pohon yang melengkung. Jadi kayak ngelewatin gapura gitu deh... Di tengah-tengah jalan, banyak terdapat plang yang bertuliskan Perak -
Pahang. Rupanya daerah ini sebagian adalah milik negara bagian Perak, dan
sebagian lagi milik Pahang. Serasa trekking lintas negara bagian nih, hehehe...
Akhirnya saya sampai pada satu tempat dengan papan penanda bertuliskan
"Aras Ketinggian 2000m/6561ft" Sepertinya ini adalah titik tertinggi
dari Mossy Forest ini. Pemandangan dari tempat ini cantiiik banget. Beruntung
ada rombongan keluarga yang juga sedang berfoto di situ, jadi saya bisa minta
tolong mereka untuk mengambil gambar saya berlatar plang tanda ketinggian ini.
Sayang suami dan Lala dan gak ikut, seharusnya kami bertiga bisa bikin foto
keluarga yang keren di sini :)
Dari situ saya masih melanjutkan perjalanan lagi sampai akhir batas
jalur trekking yang berpapan. Selebihnya adalah jalur tanah. Katanya, kalau
kita terus melewati jalur itu, kita akan sampai di puncak Gunung Irau. Sekitar
2-3 jam perjalanan...
Saya memilih balik ke gerbang. Total saya menghabiskan waktu sekitar 20 menit untuk berjalan dari gerbang Mossy Forrest sampai ke batas jalur trekking berpapan sampai balik lagi ke gerbang. Sampai di gerbang saya menunjukkan foto-foto di kamera kepada suami, suami langsung bersemangat. Dan begitu tau jarak dari gerbang ke tempat tertnggi di Mossy Forest yang ada plangnya itu dekat, dia langsung merebut kamera saya dan berlari meniti jalur trekking. Hahahaha.. ngiler juga kan dia akhirnya... Gantian saya yang nunggu di shelter sama Lala.
Satu per satu peserta rombongan sampai di gerbang Mossy Forest,
termasuk suami saya. Kemudian Mr. Ravi membagikan refreshment, berupa air
mineral dan snack (muffin dan roti strawberry). Waktunya berpisah dengan Mossy
Forest dan melanjutkan perjalanan ke destinasi terakhir kita, yaitu BOH Tea
Factory.
BOH Tea Centre
Yang biru-biru itu adalah rumah para pekerja kebun teh |
Di BOH Tea Centre ini terdapat kafe yang sangat menarik. Dimana
pengunjung bisa menikmati teh sekalian menikmati hamparan kebun teh yang ada di
bawahnya. Selain itu di sini juag ada ruangan yang memutar film dokumenter
tentang BOH Tea Plantation. Disediakan sofa yang empuk bagi anda yang ingin
menonton film dokumenter di dalam ruangan ini.
Di sini juga dipajang mesin-mesin yang digunakan dalam proses
pembuatan teh. Ketika kami sedang asik mengamati mesin pemetik daun teh, Mr.
Ravi menghampiri kami, dan menjelaskan kalau proses memetik teh di BOH sudah
menggunakan mesin, sehingga hasil yang diperoleh bisa jauh lebih banyak. Dengan
menggunakan mesin, seorang pemetik teh bisa menghasilkan 300 kg daun teh dalam
sehari.
Siang itu BOH Tea Centre dipenuhi pengunjung. Kami ingin menikmati
sensasi meminum teh di tempat ini, tentu saja sambil menikmati pemandangan
kebun teh yang menghampar di bawah sana. Tapi antrian untuk membeli teh dan
camilan sangat panjang, dan kursi-kursi pun terisi penuh. Akhirnya kami bagi
tugas, saya yang mengantri, sementara suami yang ngeplot tempat duduk. Kalo gak
gitu kami gak bakal kebagian tempat duduk, sementara jumlah pengunjung di
tempat itu terus saja bertambah.
Sambil menunggu giliran antri, mata saya menyusuri deretan menu yang
terpampang di tembok. Macem-macem jenis teh yang ditawarkan. Jadi bingung,
pengen semua.. hehehehe... Kue-kue yang terpampang di etalase pun terlihat
sangat menggoda. Hmmm....Akhirnya pilihan saya jatuh pada BOH tea original, lemon
lime ice tea, dan cake-nya saya memilih butter lemon cake. Total 11 RM untuk
semua pesanan saya itu.
Suami saya mendapat kursi tepat di tengah-tengah kafe, sehingga kami
tidak bisa sambil menikmati hamparan kebun teh yang membentang di bawah sana.
Pemandangan bagi kami adalah antrian panjang dari tamu-tamu yang ingin memesan
minum dan kue :D
Di setiap meja disediakan gula pasir satu gelas besar, tapi kami
justru lebih suka rasa original dari teh itu sendiri. Lebih enak. Jadi segelas
besar gula pasir itu tidak kami sentuh sama sekali. BOH tea originalnya enak,
lemon lime ice tea-nya juga enak. Tapi sayang butter lemon cake-nya tidak
selembut yang saya bayangkan. Tapi rasanya saya suka, karena tidak terlalu
manis.
Setelah menikmati teh dan cake, kami foto-foto di teras kafe. Bahkan untuk
foto di situ pun kami harus antri.. :) Si Lala jadi pusat perhatian mbak-mbak
bule. Pada gemes ngeliat Lala, akhirnya mereka 'meminjam' Lala buat diajak foto
bareng.
Kunjungan ke BOH Tea Centre itu menutup perjalanan Nature Discovery
Tour kami dengan manis. Mr. Ravi mengantarkan kami semua ke hotel
masing-masing. Kami bertiga adalah tamu yang diantar paling akhir. Thank you
very much, Mr. Ravi...
Lebaran Tanpa Ketupat dan
Opor Ayam
Jam sudah menunjukkan pukul 03:00 waktu Malaysia. Karena merasa lapar,
kami pun memutuskan untuk keluar cari makan. Makan siang yang sudah kesorean. Kami
mencoba ke restoran lain yang ada di seberang jalan. Masih restoran India juga.
Restoran Sri Brinchang namanya.
Suami memesan nasi+sup tomat, dan saya memesan naan set with chicken
tikka. Minumnya saya pesan jus strawberry, dan suami seperti biasa memesan teh
o. Inilah menu lebaran kami hari ini, tanpa ketupat, rendang, dan opor ayam...
:)
Kami menikmati sore terakhir di Cameron Highlands dengan
berjalan-jalan menyusuri ruas jalan utama Tanah Rata yang masih tetap ramai
ini. Sayang kami belum berkesempatan mengunjungi kebun strawberry, cactus
valley, dan beberapa air terjun yang berada tak jauh dari pusat kota Tanah
Rata. Lain waktu kalau kami berkunjung lagi kesini, kami akan mencatat
baik-baik, bahwa kami tidak akan berkunjung ketika musim liburan. Susah cari
hotel yang murah euy... :D
Saya tergoda ingin mencicipi scone, cake yang katanya mesti dicoba kalau berkunjung ke Cameron Highlands. Saya membelinya di Restoran Bunga Suria. Scone adalah sejenis roti yang sangat populer sebagai teman minum teh di Inggris dan Skotlandia. Seperti apa rasanya? Kalo kata saya sih mirip muffin, tapi teksturnya lebih lembut. Enak dimakan hangat-hangat dengan butter dan selai strawberry.
Saya tergoda ingin mencicipi scone, cake yang katanya mesti dicoba kalau berkunjung ke Cameron Highlands. Saya membelinya di Restoran Bunga Suria. Scone adalah sejenis roti yang sangat populer sebagai teman minum teh di Inggris dan Skotlandia. Seperti apa rasanya? Kalo kata saya sih mirip muffin, tapi teksturnya lebih lembut. Enak dimakan hangat-hangat dengan butter dan selai strawberry.
Pengeluaran hari kedua di Cameron
Highlands :
- Sarapan di Highlanders = 8 RM
- Teh & cake di BOH Tea Centre = 11 RM
- Makan siang di Restoran Sri Brinchang = 23 RM
- Scone & tea = 6 RM
Total pengeluaran = 48 RM
Bersambung...
10 komentar
Enak benar kalau bisa jalan-jalan ke sana Mba, tempatnya indah sekali.
ReplyDeleteSalam
Iya mas Indra, pengen balik lagi ke sana.. Kemaren belum puas rasanya :)
Deleteuwaaaa..bagus banget ya mbk,aplagi mossy forestnya,sejuk banget..itu mah bukan trekking,jalannya cantik hehehe...
ReplyDeleteJalan-jalan cantik namanya ya mbak :)
DeleteSekilas pemandangan hutan, kebun teh dan gunung-gunungnya kayak di salabintana Sukabumi. Salam kenal Mbak Dee.
ReplyDeleteSalam kenal juga Mas Gunadi... Iya, mirip juga ama pemandangan di kebun teh Lawang, Jatim...
Deletesaya baru tahu mbak kalau di malaysia juga ada hamparan kebun teh, saya kira cuma gedung2 tinggi doang, hehehehe
ReplyDelete:D
Hehehe.. Kalo Malaysia, alamnya cenderung sama kayak Indonesia kok :)
DeleteAda info bagus nih untuk kafe-kafe...
ReplyDeleteBagi kafe yg ingin mengadakan menu makanan dan memiliki dus makanan yang bagus untuk promosi bisa coba lihat di sini : http://www.greenpack.co.id/
keep utk melalak ke cameron ah...
ReplyDelete