Mengejar Nirwana Sunrise di Punthuk Setumbu
Tuesday, February 10, 2015
Every sunrise is an invitation to brighten someone's day -
Richelle E. Goodrich
Sunrise. Adalah satu dari sekian banyak pesona
keindahan yang Tuhan ciptakan di alam ini. Bisa menyaksikan detik-detik
munculnya bola jingga di langit timur itu merupakan suatu kenikmatan tersendiri
yang akan selalu menambah rasa syukur kita atas keindahan Mahakarya-Nya. Tapi
sayang, tidak setiap saat aku bisa menikmatinya. Jadi begitu ada kesempatan,
aku tidak akan pernah melewatkannya.
Seperti hari itu. Dalam kunjungan
yang kesekian kalinya ke Jogja, baru kali itu aku berkesempatan menjejakkan
kaki di Punthuk Setumbu. Sebuah tempat berketinggian sekitar 400 mdpl yang
berada di sisi barat Candi Borobudur. Tepatnya di Dusun Kurahan, Desa Karangrejo,
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Dalam Bahasa Jawa, punthuk artinya gundukan. Tepat sekali
kalau tempat ini diberi nama demikian. Karena Punthuk Setumbu hanyalah serupa
gundukan atau bukit kecil dalam rangkaian Pegunungan Manoreh yang membentang di
selatan Jawa Tengah.
***
Perjalanan menuju Punthuk Setumbu memakan
waktu sekitar 1 jam dari pusat kota Jogja. Jadi sekitar pukul setengah 4 subuh kami
sudah harus meninggalkan losmen tempat kami menginap di Jalan Sosrowijayan.
Perjalanan di pagi buta itu sangat
lancar. Aku membuka jendela mobil lebar-lebar, menikmati sejuknya udara pagi di
kota pelajar ini. Sampai di depan gerbang Candi Borobudur, mobil berbelok ke
arah kiri dan terus melaju melewati perkampungan penduduk. Tak perlu khawatir
tersesat, karena penunjuk arahnya sangat jelas.
15 menit setelah melewati gerbang
Candi Borobudur, akhirnya mobil kami berhenti di sebuah pelataran parkir yang
merupakan titik awal pendakian ke Punthuk Setumbu. Hanya ada dua buah mobil
yang sudah terparkir manis di sana.
Hawa dingin langsung menyergap.
Menusuk hingga ke tulang. Perjuangan demi melihat nirwana sunrise ini memang luar biasa. Di saat orang-orang lain masih lelap
dengan tidurnya, kami sudah harus berjalan mendaki bukit dalam kegelapan.
Sebelum memulai pendakian kami harus
membayar tiket seharga Rp 15 ribu per orang. Itu adalah tarif yang berlaku
untuk pengunjung lokal sementara untuk wisatawan asing dikenakan tarif sebesar
Rp 30 ribu per orang.
Jalur menuju sunrise
view point di puncak Bukit Punthuk Setumbu ini sudah cukup baik, didominasi oleh jalan tanah yang
menanjak. Dan di sebelah kiri berbatasan langsung dengan jurang, yang
pastinya akan sulit dilalui bila musim hujan. Untungnya, di beberapa titik yang agak curam, sudah
dibuatkan undak-undakan serupa tangga dengan pegangan yang terbuat dari bambu. Sehingga
akan sangat membantu pengunjung.
Kami berjalan dalam gelap. Jalur
yang kami lewati memang minim penerangan. Cahaya bulan purnama saja rasanya
masih belum cukup. Karena sinarnya terhalang oleh rimbunnya pepohonan. Jadi
kalau berkunjung ke Punthuk Setumbu, sebaiknya jangan lupa membawa senter atau headlamp.
Suara napas kami berpadu dengan
desir angin dan derik serangga. Sungguh serupa harmoni merdu yang menjadi
pengiring langkah-langkah kami yang bersemangat di pagi yang gelap itu.
***
20 menit kemudian, sampailah kami di
puncak Bukit Punthuk Setumbu. Puncaknya berupa sebuah dataran lapang yang tidak
terlalu luas. Ada sebuah gazebo dan beberapa bangku yang terbuat dari bambu. Suasananya
masih asri dan bersih.
Ternyata di sana sudah ramai oleh
rombongan wisatawan asing yang juga ingin menikmati sunrise. Beberapa pengunjung
memilih duduk santai di gazebo sambil menikmati kopi dan teh yang telah
disediakan oleh pengelola. Para fotografer dengan peralatan tempurnya juga
sudah menempati posisi masing-masing. Bersiap untuk mengabadikan matahari
pertama di hari itu.
Pemandangan dari puncak Punthuk
Setumbu ini memang indah. Jauh di sana, tampak Candi Borobudur seolah sedang
berlayar di lautan awan. Benar-benar pemandangan yang spektakuler! Sayang
sekali kamera yang kubawa sudah berkurang kemampuannya dalam menangkap moment,
sehingga hasilnya kurang begitu maksimal membingkai keindahan Candi Borobudur
lengkap dengan bukit-bukit di sekitarnya.
siluet Candi Borobudur
Kami menunggu detik demi detik
munculnya sang mentari pagi dengan harap-harap cemas. Tapi rupanya, awan tebal
memupuskan harapan kami semua untuk menikmati sunrise dari puncak
Punthuk Setumbu. Matahari yang muncul di langit timur hanya menampakkan
sinarnya yang malu-malu dari balik awan. Yah, kami tidak berhasil menikmati
nirwana sunrise dari Punthuk Setumbu.
Kecewa? Tentu saja tidak… Karena ada keindahan lain yang dibawa oleh mentari
pagi itu. Cahaya mentari yang malu-malu itu menghasilkan gradasi warna yang luar
biasa cantik pada bukit-bukit di sekitar Candi Borobudur. Subhanallah!
Rasanya, tak lama lagi tempat ini akan bisa menyamai popularitas Puncak Penanjakan di Bromo sebagai tempat untuk menikmati sunrise yang spektakuler.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Visit Jawa Tengah Periode 1.
18 komentar
Subhanallah...bagus banget mbak sunrisenya. Cahayanya memancar dengan sangat indah.
ReplyDeleteAku suka liat foto ke 8, pemandangannya cakep. Ada bunga-bunga merah gitu..
Pemandangan aslinya jauuuh lebih cakep, mbak..
DeleteItu yang merah-merah itu daun, mbak.. bentuknya kayak daun singkong gitu.. daun apa ya namanya?
Udah lama neh nggak naik gunung, kangen juga liat sunrise seperti di Panderman dulu.
ReplyDeletePanderman.. Dari sulu pengen ke sana gak jadi-jadi.. :D
DeleteAku udah berapa kali ya, saking seringnya mpe lupa :P
DeleteEnak sih ya.. deket... Dulu waktu jaman SMP/SMA aku pengeen banget tinggal di Mslang, Wan... Seneng aja banyak gunung...hehehe...
DeleteJawa Tengah adalah daerah yang harus aku explore sampai habis. Suatu saat nanti :) dulu cuma 'seupil' aja ke Magelang tahun 2005 >.<
ReplyDeleteBener, Yan... Seminggu gak bakalan cukup kalo mau puas explore Jawa Tengah..
DeleteYang siluet Borobudur itu bagus bangeeet. Pernah liat lomba foto Garuda yang pemenang 1-nya ambil foto dari jauh kayak mbak Dee gini
DeleteWaktu aku ke sana, ketemu ama seorang guide yang lagi bawa tamu. Dia bawa album foto isinya foto-foto sunrise di Punthuk Setumbu. Wuiiihhh.. cakep-cakep, Yan...! Candi Borobudurnya beneran keliatan seperti berlayar di lautan di awan...
DeleteSamaaaa... aku juga suka foto Borobudur yang di antara perbukitan dan pepohonan itu. Jadi penasaran ama fto berlayar di atas awannya, Mbak Dee An. :) ira
ReplyDeleteBeneran, mbak... cakep banget...sayaaja sampe speechless ngeliat foto-fotonya. Pengen balik lagi ke sana deh rasanya...
DeleteKalau sore view-nya sebagus pagi nggak Dee? Penasaran.
ReplyDeleteKalo sore sepertinya gak sebagus pagi, teh... Soalnya di sini itu yang bikin bagus adalah efek matahari terbit yang menimpa candi borobudurnya.. Kalo sore, mataharinya kan kena ke candinya..
DeletePemandangannya cantik banget ya. Aku belum pernah kesini nih :)
ReplyDeleteIya mbak cantik banget... Kalo pas main ke Jogja, kudu dimasukin daftar kunjungan niih.. :)
DeleteJauh banget yaaa jarak borobudur nya, jadi terlihat sangat kecil dan aku blm kesampean kesini hahaha
ReplyDeleteUntung2an kalo kesini mb,, hehe,, kalau cuaca pas,, lebih bagus,, tp susah juga,, hehe
ReplyDelete