Menikmati Kesendirian di Bukit Timah Nature Reserve
Wednesday, February 25, 2015Sewaktu tinggal di Singapura, saya paling suka jalan-jalan ke nature park yang ada di sana. Selain gratis, -dan tentu saja inilah yang menjadi alasan utama saya- nature parks yang ada di negeri Merlion itu bersih, nyaman, dan aman. Saya tidak merasa khawatir meski saya sering pergi sendirian. Salah satu yang sering saya kunjungi adalah Bukit Timah Nature Reserve.
Bukit Timah merupakan 1 dari 30 area yang dilindungi oleh pemerintah Singapura. Berada di lahan seluas 3043 hektar, Bukit Timah merupakan 'rumah' bagi 912 jenis flora dan 98 species fauna. Dengan ketinggian mencapai 163.63 mdpl, Bukit Timah merupakan titik tertinggi di Singapura.
Taman yang dibangun sejak tahun 1883 ini secara resmi dilindungi oleh pemerintah melalui Parks and Tree Act 2005. Dan telah dideklarasikan sebagai Taman Warisan ASEAN pada 18 Oktober 2011 yang lalu.
Berada di sini, bisa membuat kita lupa sejenak akan hiruk pikuk kota dan polusi jalanan. Hutannya yang rimbun dan lebat seolah mampu meredam suara-suara dari luar, meskipun Bukit Timah ini berada di tengah-tengah kota. Jalur menuju puncaknya sudah beraspal rapi. Disesuaikan dengan kontur tanahnya, sehingga jalur trekking-nya pun berkelok-kelok. Ada jalur khusus untuk pengendara sepeda Di sepanjang jalan menuju puncak juga sudah disediakan shelter yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat. Salut untuk pengelolanya yang begitu memperhatikan segala fasilitas demi kenyamanan pengunjung.
Dalam kunjungan pertama ke Bukit Timah Nature Reserve ini, saya sempat bingung mencari-cari dimana letak entrance gate-nya. Saya sudah merasa berada di daerah yang benar. Beberapa kali bertanya dengan warga Singapura yang kebetulan berpapasan semua menggeleng tanda tak tau. Sampai kemudian saya ketemu mbak-mbak bule yang menunjukkan dimana si entrance gate berada. Pantes aja gak keliatan dari tadi, lah wong entrance gate-nya ada di belakang apartment mewah, yang sebelumnya sudah sempat saya lewati.
Masuk ke kawasan Bukit Timah Nature Reserve, saya langsung disambut oleh sebuah rumah bertingkat yang ternyata adalah visitor centre. Pusat informasinya lengkap banget. Selain berisi segala macam informasi tentang flora dan fauna yang hidup di Bukit Timah Nature Reserve, juga ada exhibition hall dan counter yang menjual perlengkapan outdoor activity. Dan yang terpenting, untuk masuk dan menikmati rimbunnya hutan di Bukit Timah, tidak dipungut biaya alias gratis.
Saya ingat, dalam salah satu kunjungan saya ke Bukit Timah ini, saya kehujanan dalam perjalanan menuju puncak. Saya memanfaatkan shelter yang ada untuk berteduh sambil menikmati bekal yang sengaja saya bawa dari rumah.
Cuaca di Singapura sama seperti di Batam, sulit ditebak dan tidak mengenal musim. Berangkat dari rumah langit masih cerah, beberapa jam kemudian hujan turun dengan derasnya. Itulah sebabnya, selama tinggal di Singapura, yang namanya payung lipat selalu ada di dalam ransel saya. Lebih praktis.
Setelah bekal saya habis, dan hujan pun sudah tidak terlalu deras, saya memutuskan untuk terus berjalan. Dan siang itu, merupakan kali pertama saya jalan-jalan di hutan sambil berpayung ria. Seru juga! Moment ini perlu diabadikan. Berhubung saya jalan sendiri, dan jaman itu belum ada yang namanya tongsis, jadi saya memanfaatkan tong sampah yang ada di depan shelter sebagai tripod. Hahaha.. kapan lagi bisa begini...
Tertarik berkunjung ke Bukit Timah Nature Reserve juga tapi gak ada temen jalan? Kenapa gak coba jalan sendiri aja? Seru kok.. Coba deh!
Batu penanda puncak
Berada di sini, bisa membuat kita lupa sejenak akan hiruk pikuk kota dan polusi jalanan. Hutannya yang rimbun dan lebat seolah mampu meredam suara-suara dari luar, meskipun Bukit Timah ini berada di tengah-tengah kota. Jalur menuju puncaknya sudah beraspal rapi. Disesuaikan dengan kontur tanahnya, sehingga jalur trekking-nya pun berkelok-kelok. Ada jalur khusus untuk pengendara sepeda Di sepanjang jalan menuju puncak juga sudah disediakan shelter yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat. Salut untuk pengelolanya yang begitu memperhatikan segala fasilitas demi kenyamanan pengunjung.
Jalur trekking yang rapi dan beraspal
Shelternya seperti ini
Dalam kunjungan pertama ke Bukit Timah Nature Reserve ini, saya sempat bingung mencari-cari dimana letak entrance gate-nya. Saya sudah merasa berada di daerah yang benar. Beberapa kali bertanya dengan warga Singapura yang kebetulan berpapasan semua menggeleng tanda tak tau. Sampai kemudian saya ketemu mbak-mbak bule yang menunjukkan dimana si entrance gate berada. Pantes aja gak keliatan dari tadi, lah wong entrance gate-nya ada di belakang apartment mewah, yang sebelumnya sudah sempat saya lewati.
Masuk ke kawasan Bukit Timah Nature Reserve, saya langsung disambut oleh sebuah rumah bertingkat yang ternyata adalah visitor centre. Pusat informasinya lengkap banget. Selain berisi segala macam informasi tentang flora dan fauna yang hidup di Bukit Timah Nature Reserve, juga ada exhibition hall dan counter yang menjual perlengkapan outdoor activity. Dan yang terpenting, untuk masuk dan menikmati rimbunnya hutan di Bukit Timah, tidak dipungut biaya alias gratis.
Visitor centre
Ruang pameran di lantai 2
Informasi lengkap dan penunjuk arahnya jelas
Saya ingat, dalam salah satu kunjungan saya ke Bukit Timah ini, saya kehujanan dalam perjalanan menuju puncak. Saya memanfaatkan shelter yang ada untuk berteduh sambil menikmati bekal yang sengaja saya bawa dari rumah.
Cuaca di Singapura sama seperti di Batam, sulit ditebak dan tidak mengenal musim. Berangkat dari rumah langit masih cerah, beberapa jam kemudian hujan turun dengan derasnya. Itulah sebabnya, selama tinggal di Singapura, yang namanya payung lipat selalu ada di dalam ransel saya. Lebih praktis.
***
Setelah bekal saya habis, dan hujan pun sudah tidak terlalu deras, saya memutuskan untuk terus berjalan. Dan siang itu, merupakan kali pertama saya jalan-jalan di hutan sambil berpayung ria. Seru juga! Moment ini perlu diabadikan. Berhubung saya jalan sendiri, dan jaman itu belum ada yang namanya tongsis, jadi saya memanfaatkan tong sampah yang ada di depan shelter sebagai tripod. Hahaha.. kapan lagi bisa begini...
Narsis sambil berpayung di tengah hutan
Jalur setelah hujan
Tertarik berkunjung ke Bukit Timah Nature Reserve juga tapi gak ada temen jalan? Kenapa gak coba jalan sendiri aja? Seru kok.. Coba deh!
18 komentar
hahahaha....tripodnya pake tong sampah,kreatif banget hehe. bagus ya mbak,seger...kirain bukan di singapura ^^
ReplyDeleteHehehehe... iya mbak, mau ditaroh di bangku kok kerendahan, untung ada tong sampah warna ijo yang agak tinggian, jadi bisa dimanfaatin sebagai tripod :D :D
DeleteDi Singapur lumayan banyak tempat seperti ini, mbak.. enak buat jalan-jalan...
Wah hari ini kita sama-sama bahas tentang Singapore Dee, kalau aku bahas Bandara Changi.
ReplyDeleteIni masih satu komplek dengan Orchid Garden kah?
Kok sepi bingitt ya, apa memang kurang diminati wisatawan?
Eh iya..., dirimu posting tentang social tree ya :)
DeleteBeda, Wan... Orchid Garden itu masuk ke Singapore Botanical Garden. Kalo yang ini mencakup beberapa nature reserve yang ada di Singapura.
Beberapa kali aku ke Bukit Timah ini, emang seringnya sepi kayak gini, gak pernah sampe yang ruame gitu.. paling hanya sesekali berpapasan ama pengunjung yang kebetulan lagi jogging. Makanya aku suka ke sini. Enak tempatnya... :)
Aku juga demen jalan2 ke tempat seperti ini, Mbak. Untungnya deket rumahku deket hutan. Bisa jalan-jalan atau bersepeda di sana. ira
ReplyDeleteIya mbak, lebih bisa merefresh pikiran yaa... :)
DeleteWaah.. asik banget itu mbak, jadi gak perlu jauh-jauh kalau mau jalan-jalan di hutan. Kalau rumahku di sini deketnya ama pantai, hehehe...
Sama. Suka nyinpen payung lipat diransel. kalau naik gunung biasanya ganti Jas Hujan. Seger lihat deretan hijau pohon. keluar dari kebosanan hutan beton Singapura
ReplyDeleteIya, mbak.. biasanya saya lebih suka pake raincoat daripada bawa payung.. Cuma berhubung di Singapur kudu naik turun bus, ribet kalo harus buka pasang raincoat... :D
DeleteWaahhh foto jalanannya kayak di eropa yaaa... Malah blm pernah smpi siniii... TFS mb dee an... Apikkkk
ReplyDeleteJalannya rapi dan bersih ya, mbak.. :) Suka ngeliatnya...
DeleteRumah panggungnya hampir sama modelnya dengan yang biasa ada di Palembang mbak. Rumah-rumah lama biasanya. Kalo sekarang udah jarang ada rumah model begituan.
ReplyDeleteOooh.. i see.. sekarang pastinya rumahnya udah bangunan modern ya... :)
DeletePadahal asik banget kalo model-model rumah lama itu masih dipertahankan...
ternyata singapur punya yang begini ya mba
ReplyDeleteDi Singapur lumayan banyak nature park kayak gini, Zahra..
DeleteSuasananya sangat asri ya, mbak. Terasa sejuknya. Tapi kok sepi ya mbak?
ReplyDeleteIya, mbak.. suasananya enak banget... Beberapa kali saya ke sini, suasananya emang selalu sepi, mbak.. Hanya sesekali saya papasan ama pengunjung yang lagi jogging.
Deleteini di singapura mbak? masih ada lahan hijau yang luas juga ya ternyata
ReplyDeleteIya, Yo... Masih banyak lahan hijau seperti ini di Singapura. Dan salutnya, mereka benar-benar menjaga kelestariannya...
Delete