Jejak Laksamana Cheng Ho di Batam
Wednesday, June 10, 2015Batam termasuk salah satu dari sembilan titik di wilayah Indonesia yang diresmikan sebagai Jalur Samudera Cheng Ho. Delapan titik lainnya adalah Banda Aceh, Belitung, Palembang, Jakarta, Cirebon, Semarang, Surabaya, dan Denpasar. Jalur Samudera Cheng Ho di Batam baru diresmikan pada tanggal 22 Februari 2015 yang lalu oleh Menko Kemaritiman Bapak Dwisuryo Indroyono Soesilo dan Menteri Pariwisata Bapak Arif Yahya.
Di setiap titik tersebut, pengunjung bisa menapaktilasi jejak Sang Laksamana Cheng Ho melalui bangunan-banguan bersejarah yang sengaja dibangun untuk menghormati beliau. Seperti misalnya Klenteng Sam Po Kong di Semarang, yang dipercaya sebagai tempat persinggahan pertama Laksamana Cheng Ho.
Siapa sih Laksamana Cheng Ho itu?
Cheng Ho yang juga dikenal dengan nama Sam Po Kong ini berasal dari bangsa Hui, salah satu bangsa minoritas di Tionghoa. Cheng Ho adalah seorang pria muslim keturunan Tionghoa yang berasal dari provinsi Yunnan.
Laksamana Cheng Ho & Lala :)
Konon, waktu kecil Cheng Ho ditangkap oleh tentara Ming di Yunnan. Karena tertarik melihat Cheng Ho kecil yang pintar, tampan, dan rajin beribadah, akhirnya Cheng Ho diangkat menjadi anak asuh oleh pangeran Chung Ti. Sampai akhirnya Cheng Ho diangkat menjadi admiral utama armada laut untuk memimpin ekspedisi pertama pada tahun 1405.
Misi utama pelayaran Cheng Ho adalah untuk perdagangan, diplomatik, perdamaian, dan persahabatan. Ini yang membuat pelayaran Cheng Ho berbeda dengan apa yang dilakukan pengembara barat seperti Columbus, Vasco da Gamma, juga Magelhaens.
Cheng Ho memulai pelayaran pertamanya dengan 317 kapal dan 27.870 ABK. Daerah yang dilewati pada pelayaran pertama tersebut adalah Champa (Vietnam), Jawa, Palembang, Malaka (Malaysia), Kep. Aru, Lambri (Aceh), Ceylon (Sri Lanka), dan Calicut (India). Total ada 7 ekspedisi pelayaran yang dilakukan oleh Cheng Ho dalam kurun waktu 28 tahun (1405-1433M).
Informasi tentang Jalur Pelayaran Cheng Ho lengkap ada di sini
Dalam setiap ekspedisi pelayaran itu, Cheng Ho banyak menciptakan pembauran melalui bidang perdagangan, pertanian, juga peternakan. Intinya, misi pelayaran Cheng Ho memberikan banyak manfaat bagi negeri-negeri yang dikunjunginya.
Karena itulah, pemerintah Indonesia merasa perlu untuk menghormati jasa Laksamana Cheng Ho melalui Jalur Samudera Cheng Ho di 9 titik di Indonesia. Apalagi, dalam 7 ekspedisi pelayarannya, Laksamana Cheng Ho mengunjungi Sumatera dan Pulau Jawa sebanyak 6 kali.
Kapal Golden Cheng Ho II
Di Batam, lokasi yang dipilih untuk Jalur Samudera Cheng Ho adalah kawasan Golden City di Bengkong Laut. Lokasi ini dipilih karena sebelumnya di salah satu sudut kawasan ini ada sebuah kapal yang namanya kapal Golden Cheng Ho II.
Kapal Golden Cheng Ho II
Didominasi warna merah dan keemasan, kapal sepanjang 30 meter dan lebar 8 meter dengan ornamen-ornamen khas Tiongkok itu terlihat mencolok di salah satu sudut Golden City. Relief besar berbentuk naga berwarna emas di bagian depan memberi kesan mewah pada kapal yang dibuat pada tahun 1991 di Tiongkok ini.
Masjid Muhammad Cheng Ho
Dan untuk melengkapi Jalur Samudera Cheng Ho di Batam, dibangunlah sebuah masjid yang berjarak sekitar 300 meter dari lokasi bersandarnya kapal Golden Cheng Ho II. Sebuah masjid berwarna merah yang juga kental nuansa orientalnya. Masjid ini dinamakan Masjid Muhammad Cheng Ho.
Masjid Muhammad Cheng Ho di Batam
Kalau diperhatikan, masjid Muhammad Cheng Ho yang ada di Batam ini bentuknya mirip dengan masjid Cheng Ho yang ada di Surabaya. Hanya saja yang di Batam ini ukurannya lebih kecil.
Masjid ini juga diresmikan oleh Menko Kemaritiman Bapak Dwisuryo Indroyono Soesilo dan Menteri Pariwisata Bapak Arief Yahya pada tanggal 21 Februari 2015 yang lalu. Pada saat itu masjid belum rampung sempurna. Baru sejak bulan Mei 2015 inilah masjid Muhammad Cheng Ho ini bisa digunakan untuk sholat berjamaah.
Ruang dalam masjid tampak dari luar
Mihrab masjid Cheng Ho di Batam
Bagian dalam masjid Cheng Ho
Ornamen di langit-langit masjid Cheng Ho
Masjid Muhammad Cheng Ho
Sewaktu mengunjungi masjid ini, saya sempat mengobrol dengan imam masjidnya. Namanya pak Haidar. Menurut pak Haidar, masjid Muhammad Cheng Ho ini sengaja dipercepat pembangunannya karena harapannya masjid yang bisa menampung sekitar 150-200 jamaah ini sudah bisa digunakan untuk sholat tarawih di bulan Ramadhan yang akan datang sebentar lagi.
Di halaman masjid terdapat sebuah ruang terbuka yang menurut pak Haidar nantinya ruang terbuka itu disediakan untuk tamu-tamu non muslim yang menunggu rombongannya menunaikan sholat di masjid Muhammad Cheng Ho.
Ruang terbuka untuk tamu
"Nanti di sini akan kami sediakan meja dan kursi juga, biar tamu-tamu yang menunggu bisa nyaman," lanjut pak Haidar menjelaskan.
26 komentar
Udah rampung ya. Ngajak Bang Ical sejak Maret lalu nggak jadi-jadi :D
ReplyDeleteBaru bulan Mei kemaren rampungnya, teh...
DeleteAku suka kalau ada masjid yang desainnya unik kayak gini. Btw, meja dan kursinya kira-kira warana merah menyala juga gak, yah? ira
ReplyDeleteKayaknya meja kursinya warna hitam deh, mbak.. Soalnya kemaren ngeliat ada meja warna hitam di pojokan ruang terbuka itu. Sepertinya itu mejanya...
DeleteIya sama, aku juga suka ama masjid berarsitektur unik kayak gini. Apalagi kalau ada cerita yang jadi latar belakangnya...
Duuuuuh bagus banget masjidnyaaaa, nanti ramadhan bisa makin semangat tarawihnya tuh ya mbak :))
ReplyDeleteIya, Put.. nanti Ramadhan pengen coba sesekali sholat tarawih di masjid ini. Lumayan jauh juga sih kalo dari rumah..
DeleteMasjid Ceng Ho buka cabang dimana-mana ya he3
ReplyDeleteHahahahaha.. bahasamu, Wan.. buka cabang :D Udah kayak warteg aja buka cabang :D
DeleteItu kapalnya mirip yang dinaiki James Bond pas main film di Hongkong ya mbak Dee. Kece abis! di Palembang ada masjidnya tuh, dan aku belom kesempatan ke sana >.<
ReplyDeleteKapalnya cakep yah.. :)
DeleteIya pastinya di Palembang ada jejak peninggalan Cheng Ho, soalnya kalo baca 7 jalur pelayaran beliau selama 28 tahun itu 4 kali beliau singgah di Palembang.
Masjidnya kelihatan beda Dr masjid indonesia pada umumnya, warna ngejreng mendominasi. Kira2 meja kursi nya warns senada ngejrengnggak ya?
ReplyDeleteIya mbak.. ini masjidnya dari jauh udah keliatan :)
DeleteKalo mejanya kemaren sempat ngeliat warnanya item sih.. entah nanti kursinya :)
Nice mas / mba :)
ReplyDeleteMakasih.. :)
Deleteitu kapalnya beneran bisa dinaiki dan berlayar nggak ya? Atau cuma model aja? :D
ReplyDeleteNaaah ini diaa.. katanya bisa dinaikin tapi masih sekitar perairan Batam aja. Tapi beberapa kali aku kesini, selalu ngeliat kapal itu selalu aja bersandar di tempat yang sama.. mungkin dia lelah, kakak... :D
Deleteya, bangsa hui mayoritas muslim. ternyata baru tahun 2015 ya jalur dan masjidnya diresmikan. ini bisa jadi pusat pariwisata batam :)
ReplyDelete317 kapal selama 28 tahuuun... WOW!
Iya Zahra, ini jadi tujuan wisata baru di Batam...
DeleteInfo mengenai jumlah armada itu beda-beda juga, ada yang menuliskan jumlah kapalnya sekitar 200, terdiri dari kapal-kapal besar juga kapal kecil... Info tentang 317 kapal itu aku dapat dari papan informasi yang ada di tempat ini..
bisa di naikin g tuh kapalnya mas
ReplyDeleteBisa kok :)
DeleteAku blm sekalipun nih nelusurin jejak cheng ho, pingiin bgt. :(
ReplyDeleteAku baru pernah ke masjid Cheng Ho yang di Surabaya ama Pandaan, trus ama ini yang di Batam.. Yuk ke Batam, mbak Nurul...
DeleteDi Semarang juga ada Masjid Cheng Ho yang berdampingan dengan Klenteng.
ReplyDeleteMudahan nanti kalo ke Semarang aku bisa mampir sholat di Masjid Cheng Ho yang di Semarang...
Deleteberarti pak cheng ho ini selain ke semarang juga ke batam ya? *buka buku sejarah*
ReplyDeleteKatanya sih, kalo singgah di Batam sepertinya enggak, mbak.. Tapi armada kapalnya melewati perairan Batam. Gitu aja siih.. Kalo di Semarang, juga di Palembang, beliau emang singgah...
Delete