Bertemu Malin Kundang di Pantai Air Manis
Monday, August 03, 2015Siapa yang tak kenal Malin Kundang? Si anak durhaka yang dikutuk oleh sang ibu menjadi batu ini merupakan salah satu legenda paling populer di Sumatra Barat. Kisah tentang Malin Kundang ini sudah saya dengar sejak saya masih duduk di bangku SD. Dongeng yang sering dipakai oleh orang-orang tua dulu untuk menakut-nakuti anak-anaknya
Gara-gara sering dicekoki cerita tentang Malin Kundang, lama-lama saya jadi penasaran juga, pengen ketemu langsung ama si Malin, pengen silaturahmi, huehehe... Makanya, dalam kunjungan pertama ke Ranah Minang kali ini, mengunjungi Pantai Air Manis tempat si Malin Kundang berada, sudah pasti masuk dalam daftar saya.
Setelah nitipin tas plus ngerebahin badan sebentar di Grand Zuri, kami pun berjalan keluar hotel. Macem-macem ekspresi dari orang-orang yang berpapasan dengan kami begitu tau kalau kami mau ke Pantai Air Manis sore itu.
"Ngapain ke Pantai Air Manis? Gak ada apa-apa di sana.."
"Pantai Air Manis jelek, mbak.. kotor! jorok! Gak usahlah kesana.. Daripada menyesal nanti!"
"Gak ada angkutan umum ke Pantai Air Manis, kalau mau naik taxi 300 ribu"
"Dari pada ke Pantai Air Manis, mending ke Pantai Padang, yuk saya antar.."
Begitu ungkapan-ungkapan yang terlontar dari supir taxi maupun supir angkot begitu kami bilang kalau mau ke Pantai Air Manis. Aduuuh.. bapak-bapak supir itu pada gak tau ya, kan kami jauh-jauh datang kemari niatnya emang mau silaturahim ama si Malin Kundang, hahaha..
Lagian dengar ungkapan-ungkapan begitu bukannya malah bikin kami mengurungkan niat untuk ketemu ama si Malin Kundang, justru kami makin penasaran. Apa iya, 'tempat tinggal' si Malin Kundang di Pantai Air Manis yang udah terkenal sejak jaman saya masih bocah itu bener-bener gak layak untuk dikunjungi?
Gak jauh berjalan kaki dari Grand Zuri, kami ngeliat ada pangkalan ojek. Ketika kami menyebut Pantai Air Manis, bapak-bapak ojek yang ada di situ bersedia mengantar kami. Awalnya mereka minta 80 ribu PP untuk 1 ojek. Katanya sih, pantainya lumayan jauh dari situ. Setelah tawar menawar, akhirnya kami sepakat di angka 50 ribu PP untuk 1 ojek. Jadi 100 ribu untuk 2 ojek. Deal!
Perjalanan menuju Pantai Air Manis lumayan juga ternyata. Kalo diliat di peta sih, jaraknya cuma sekitar 10 kilometer aja. Cuma jalannya gak lurus aja gitu, tapi naik turun dan berkelok-kelok. Pas udah nyampe atas, keliatan hamparan laut, pantai, juga pulau kecil yang namanya Pulau Pisang. Menurut Pak Anto, bapak ojek yang membonceng saya, kalau pas surut bisa jalan kaki ke Pulau Pisang.
View dari atas bukit
Dalam perjalanan, beberapa kali kami berpapasan dengan orang-orang yang bersepeda bahkan trekking mengitari bukit menuju Pantai Air Manis.
Pantai Air Manis
Setelah melewati pemukiman penduduk, akhirnya kami pun sampai di Pantai Air Manis. Pasir pantai berwarna kecoklatan dan air laut yang mulai pasang menyambut kedatangan kami. Sore itu pengunjungnya tak terlalu ramai.
Lewat jembatan ituuu...
Setelah memarkir sepeda motor, kami pun melewati sebuah jembatan kemudian melewati kiso-kios yang menjual kaos anak dan dewasa. Kios yang menjual pakaian itu tetap buka, sementara warung-warung yang menjual makanan dan minuman semua tutup. Entah karena menghormati bulan Ramadhan, atau memang sudah tidak ada lagi yang berjualan karena sepi pengunjung.
Kios-kios penjual pakaian
Warungnya tutup
Akhirnya kami 'ketemu' juga ama si Malin Kundang. Entah sudah berapa puluh tahun bocah malang itu terdiam dalam pose tersungkur seperti itu. Entah kisah tentang Malin Kundang ini hanyalah sebuah dongeng atau nyata, yang jelas kisahnya sudah menjadi satu kesatuan dengan pantai ini. Apapun itu, ambil hikmahnya aja. Dengan alasan apapun juga, seorang anak memang tak boleh durhaka kepada orang tua, terlebih pada ibu.
Si Malin Kundang
Pantai Air Manis
Bocah itu seneng banget ketemu pantai
6 komentar
Biasanya kalau ke pantai gini aku beli kaos anak buat najin biar bisa main basah basahan di pantai. Nggak mau rempong bawa bawa dari rumah, sekalian baju kenangan dari pantai yang kami kunjung
ReplyDeleteWah kalau sore ternyata kelihatan bagus ya Mbak, berkesan hangat kena matahari sore :)
ReplyDeleteIya ya batunya mirip sekali dengan seorang lelaki memakai kopiah yg sedang bersujud
ReplyDeleteKata suamiku yang lama di Padang, emang pantai ini kotor dan pada males mau ke sana. Benar kata Zulfa. Enak juga kalau anak basah2an bisa langsung beli kaos gantinya di sana.
ReplyDeletebeneran sekilas mirip manusia yaa....
ReplyDeleteRasanya sampe SD deh aku nyebutnya "Maling Kundang" hehe trus ngeh ternyata MALIN. Katanya orang bisa denger degub jantungnya. Bener gak mbak Dee?
ReplyDelete