Menelusuri Jejak Pengungsi Vietnam
Monday, September 28, 2015
Boleh jadi nama Pulau Galang menjadi terkenal sejak peristiwa itu. Peristiwa di mana pulau kecil yang berada di ujung Pulau Batam ini menjadi salah satu tempat yang dijadikan 'rumah' oleh para pengungsi Vietnam yang melarikan diri dari negaranya pasca perang saudara di Vietnam pada tahun 1979 yang lalu.
Para pengungsi ini meninggalkan negaranya menggunakan perahu-perahu kayu melintasi Laut Cina Selatan. Sebagian dari mereka ada yang meninggal di tengah lautan dan sebagian lagi berhasil mencapai daratan, termasuk wilayah Indonesia seperti Pulau Galang dan Tanjungpinang.
Gelombang pengungsi ini menarik perhatian Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia. Akhirnya Pulau Galang disepakati untuk digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi tersebut. UNHCR dan Pemerintah Indonesia membangun berbagai fasilitas seperti barak pengungsian, rumah sakit dan sekolah untuk memfasilitasi sekitar 250.000 pengungsi. Di tempat ini para pengungsi Vietnam meneruskan hidupnya sepanjang tahun 1979-1996.
Humanity statue
Karena dianggap bersejarah, maka pemerintah Otorita Batam mengelola tempat seluas kurang lebih 80 hektar ini dan menjadikannya sebagai salah satu tujuan wisata. Galang Refugees Camp atau yang lebih popular dengan nama Kamp Vietnam ini berada di Desa Sijantung, Pulau Galang, Batam.
Di Kamp Vietnam ini pengunjung masih bisa menyaksikan sisa-sisa peninggalan para pengungsi, seperti rumah sakit, pagoda, gereja, barak, bahkan kapal kayu yang dulu mereka gunakan melintasi Laut Cina Selatan. Beberapa bangunan memang sudah hancur dimakan usia, tetapi ada juga yang masih terlihat terawat karena masih dipergunakan hingga sekarang.
Bekas Rumah sakit PMI
Barak yang kondisinya sudah hancur dimakan usia
Pagoda Quan Am Tu adalah salah satu peninggalan yang kondisinya terlihat paling terawat di antara bangunan-bangunan lain yang ada di Kamp Vietnam ini. Hingga sekarang, pagoda yang terletak di atas bukit ini masih difungsikan sebagai tempat peribadatan bagi umat Budha.
Patung Dewi Kwan Im di pagoda Quan Am Tu
Pagoda Quan Am Tu masih difungsikan sebagai tempat peribadatan
Selain pagoda, bangunan gereja katolik juga merupakan salah satu peninggalan yang kondisinya bisa dibilang masih sangat baik. Pada gerbang gereja bertuliskan sebaris kalimat dalam Bahasa Vietnam "Nha Tho Duc Ne Vo Nhiem" Terjemahan dalam Bahasa Inggris yaitu Immaculate Conception Mary Church tertulis tepat di bawahnya.
Gerbang gereja katolik
Jembatan di depan gereja katolik
Gereja berdinding kayu dengan cat berwarna putih ini terlihat cukup terawat. Bangku-bangku panjang juga altar yang ada di dalam gereja pun masih terlihat utuh.
Bangunan gereja katolik
Halaman gereja katolik
Sebuah museum sengaja dibangun di tempat ini guna menyimpan segala benda yang dulu pernah digunakan oleh para pengungsi. Mulai dari peralatan rumah tangga seperti piring, mangkuk, teko, tungku, kompor, pesawat televisi, dan masih banyak lagi. Beberapa barang terlihat sudah berkarat dan tak utuh lagi.
Barang-barang peninggalan pengungsi di dalam museum
Menelusuri kawasan Galang Refugees Camp ini, membuat kita membayangkan sejenak kehidupan mereka pada waktu itu. Bagaimana rasanya terdampar di sebuah negeri yang jauh dari tanah kelahiran? Selama kurang lebih 17 tahun hidup sebagai pengungsi. Kini yang tersisa hanyalah bekas-bekas peninggalan mereka. Sebagai bukti bahwa mereka pernah ada. Tinggal dan merajut hari di tempat ini.
Kompleks makam
Galang Refugees Camp ini berlokasi di Desa Sijantung, Pulau Galang, Batam. Jaraknya cukup jauh dari Bandara International Hang Nadim, sekitar 69 km. Dan untuk menuju ke lokasi tidak ada angkutan umum, kecuali bus Damri tujuan Sembulang, yang masih cukup jauh dari tempat ini. Jadi sangat disarankan apabila ingin berkunjung ke tempat ini, sebaiknya menyewa kendaraan. Harga sewa mobil di Batam mulai dari Rp 200.000 per hari. Bila anda berkunjung ke Kamp Vietnam ini, sebaiknya sediakan waktu 1 hari penuh. Karena kawasan ini juga sejalur dengan banyak tempat wisata lain, seperti Jembatan Barelang yang menjadi ikon Kota Batam, Pantai Mirota, Pantai Melayu, Pantai Zore, agrowisata buah naga, dan masih banyak lagi.
Galang Refugees Camp ini buka setiap hari mulai pukul 07.30 WIB sampai pukul 16.30 WIB. Khusus untuk hari Sabtu, Minggu dan hari libur nasional, kawasan ini tutup lebih lama, yaitu pukul 17.30 WIB. Tiket masuk ke tempat ini sangat murah, hanya Rp 3000 per orang. Untuk sepeda motor Rp 5000 dan mobil Rp 10.000. Sementara tiket masuk untuk bus turis sebesar Rp 50.000.
4 komentar
sekarang mereka masih ada yang disini atau sudah pindah semua ya?
ReplyDeleteUdah gak ada... Tapi keluarga-keluarganya masih pada sering dateng buat ziarah. Kadang juga ngasih sumbangan yang dijadiin biaya pemeliharan tempat ini.
DeleteAku penasaran mba, dari saat mereka terdampar hingga 1996 itu bagaimana cara mereka menghidupi diri mereka sendiri ya. Apakah mendapat bantuan terus menerus dari pemerintah Indonesia?
ReplyDeleteBarang-barangnya masih lengkap. Siapa yang sehari-hari merawat dan membersihkannya mbak?
ReplyDelete