Ija Mit Krui, Negeri Para Saibatin dan Ulama
Wednesday, March 29, 2017
Model: Aries Pratama
Pesawat Garuda Indonesia yang membawa saya dari Batam mendarat mulus di landasan bandara Radin Inten II. Langit cerah menyambut kedatangan saya di Lampung siang itu. Bandara Radin Inten II sudah selesai berbenah. Terlihat megah dan lapang. Saya selalu suka cara Lampung menunjukkan ciri khasnya. Ukiran tapis, siger, atau gajah terlihat di mana-mana. Nah di bandara yang baru selesai direnovasi ini, saya sudah melihat ciri khas itu sejak pertama kali turun dari pesawat. Ada lukisan motif tapis pada tulisan Bandar Udara Radin Inten II. Welcome to Lampung!
Ini adalah kali ke-6 saya ngetrip bareng mbak Rien. Setelah sebelumnya pernah ngetrip bareng ke Semarang, Belitung, Way Kanan, Lampung Krakatau Festival, launching ASUS di Bali, dan kali ini ke Pesisir Barat.
Dengan Yayan, sebelumnya juga sudah pernah ketemu di Batam, dan sempat jalan bareng juga waktu Lampung Krakatau Festival. Sementara dengan Deddy dan mbak Annie, baru pertama kali ini ketemu muka setelah sebelumnya cuma saling sapa di dunia maya.
Tapi ya, yang namanya kenal di dunia maya itu, meskipun baru pertama kali ketemu, rasanya kayak udah kenal lama. Obrolan udah nyambung aja. Ya mungkin ini karena hobi kami juga sama ya, traveling dan ngeblog.
Menuju Pesisir Barat
Mas Ardy, staf dari Dinas Pariwisata Pesisir Barat yang menjemput kami sudah menunggu di luar pintu kedatangan. Jam 1 dini hari beliau sudah berangkat dari Krui. Menempuh 5 jam perjalanan seorang diri menuju Bandar Lampung. Dan sekarang harus balik lagi ke Krui mengantar kami. Duh! Gak kebayang gimana capeknya. Makasih ya, mas Ardy :)
Karena sudah masuk waktu makan siang, kami pun memutuskan untuk makan dulu. Ajakan mbak Rien untuk singgah makan di Kantin Encim Gendut langsung kami setujui. Saya pernah baca postingan mbak Rien tentang Encim Gendut ini, dan jujur langsung ngiler penasaran. Jadi begitu ada kesempatan untuk mencoba langsung, tentu gak akan disia-siakan. Cerita tentang makan-makan enak di Kantin Encim Gendut nanti akan saya posting terpisah ya. Yang jelas, rekomendasi mbak Rien tentang rumah makan yang satu ini gak salah. Makanannya enak banget! Sekarang kita lanjutkan perjalanan menuju Krui, ibukota Kabupaten Pesisir Barat.
Makan siang di Kantin Encim Gendut
"Ada yang mabukan gak?" Tanya mas Ardy sewaktu mobil baru meninggalkan Kantin Encim Gendut.
"Insya Allah aman, mas." Jawab kami kompak.
"Emang jalannya muter-muter ya, mas?" Tanya saya.
"Hehe lumayan... Karena kita nanti memutari bukit." Mas Ardy menjawab sambil senyum-senyum.
Jarak dari Bandar Lampung ke Krui kurang lebih sekitar 250 km. Normalnya bisa ditempuh dengan berkendara selama 5 sampai 6 jam. Melewati Kabupaten Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus, dan melintasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Sewaktu melewati TNBBS, dengan noraknya saya langsung check in location di FB. Sekadar pengingat (baca: pamer) bahwa saya sudah sampai di salah satu Taman Nasional yang ada di Indonesia. Meskipun cuma lewat dan tidak singgah. *grin
Saya yang waktu itu duduk di samping mas Ardy cukup menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Gunung Tanggamus yang berdiri malu-malu di balik awan. Jalan yang berkelok-kelok naik turun sewaktu melewati pegunungan. Truk-truk sarat muatan yang berpapasan dengan kami. Masjid-masjid besar yang dibangun dalam jarak berdekatan. Semua menjadi pemandangan menarik sore itu.
Bertemu Indra di Gisting
Kami bercanda dan mengobrol sepanjang jalan. Sehingga jarak 250 km itu jadi tak terasa jauh. Eh itu bagi saya dink, yang cuma duduk manis di kursi penumpang. Gak tau lagi kalo bagi yang nyetir, hehehe.. Apalagi sepanjang jalan itu saya gak berenti nyanyi-nyanyi mengikuti mp3 yang diputar oleh mas Ardy. Wah koleksi mp3 nya komplit pisan euy! Segala genre musik ada. Mulai dari Dewa, Adele, MLTR, sampai Inka Christy. Pokoknya lengkap! Tapi kata Yayan, selama belum ada lagu Tum Hi Ho sih berarti belum lengkap, hahaha...
Wefie setelah personil lengkap
Kondisi jalan yang dilewati cukup bagus, meski di beberapa bagian ada yang berlubang. Tapi ngeri-ngeri sedap juga kalau berpapasan atau ketika mobil kami berada tepat di belakang truk sarat muatan. Terutama sewaktu berada di jalan yang menanjak atau menurun. Bukan kenapa, khawatir itu truk merosot aja. Jadi amat disarankan untuk selalu berhati-hati dan jaga jarak aman kalau melewati daerah ini.
Oiya, dari Bandar Lampung ke Krui ada angkutan sejenis travel kok. Ongkosnya Rp 100.000/orang. Beroperasi setiap hari. Angkutan paling akhir biasanya sampai di Krui selepas isya.
Di Pesisir Barat juga ada bandara loh. Namanya Bandara Muhammad Taufiq Kiemas. Lokasinya berada di Pekon Seray, Kecamatan Pesisir Tengah. Bandara ini melayani penerbangan tujuan Bandar Lampung juga Palembang. Satu-satunya maskapai yang beroperasi di bandara ini adalah Susi Air. Sayangnya sejak November 2016 lalu kontrak Susi Air sudah habis, sehingga penerbangan di Bandara Muhammad Taufiq Kiemas berhenti untuk sementara.
Kami singgah di Bandara Muhammad Taufiq Kiemas, Krui
Welcome to Krui
Hari sudah gelap sewaktu kami memasuki Kabupaten Pesisir Barat. Mas Ardy langsung mengajak kami ke rumah makan Sari Rasa, sebuah tempat makan lesehan yang menyediakan menu utama ikan nila dan ikan mas bakar. Di sini kami bertemu dengan Aries, staf dari Dinas Pariwisata Pesisir Barat yang akan menemani kami selama tiga hari ke depan.
Ready for dinner at RM. Sari Rasa
Kami makan dengan nikmat. Selain karena perut memang sudah menunggu untuk diisi, makanan di RM. Sari Rasa juga enak. Saya makan sampai nambah loh. Laper atau doyan, mbak? Anggep aja saya emang laper ya, hehehe.. Dan satu lagi yang gak boleh ketinggalan, kopi Lampung. Ke Lampung tanpa ngopi itu rasanya bagaikan GIGI perform tanpa Armand Maulana. Bayangin aja gimana hambarnya...
Akhirnya ketemu kopii... Foto by: Katerina
Menu makan malam di RM. Sari Rasa
Setelah kenyang, kami pun diantar ke penginapan.
"Lapangannya luas ya.. Kayaknya enak kalo besok kita main bola, Yan." kata Deddy sewaktu mobil memasuki area penginapan.
"Itu yang kelap-kelip lampu kapal loh. Bukan lampu jalan" sahut mas Ardy.
"Haah?! Jadi ini laut, mas? Bukan lapangan?" Deddy masih tak percaya.
"Iya laut. Coba lihat besok.." Mas Ardy menjawab sambil senyum-senyum.
Lamat-lamat barulah kami mendengar suara deburan ombak. Rupanya efek dari kekenyangan dan mata yang mulai mengantuk ditambah kondisi sekitar yang minim penerangan bikin kurang fokus. Eh kurang fokus atau halusinasip sih, Ded? Hahaha.. Cuma Deddy yang tau jawabnya.
Malam itu kami menginap di villa milik Dinas Pariwisata Pesisir Barat. Ada dua buah rumah panggung, dan kami menempati satu di antaranya. Satu rumah itu ada dua kamar. Jadi saya, mbak Rien, dan mbak Annie menmpati salah satu kamar. Sementara kamar lainnya untuk para lelaki. Malam itu kami tidur ditemani suara debur ombak.
Oiya, penginapan milik Dinas Pariwisata Pesisir Barat ini juga disewakan untuk umum kok. Ratenya Rp 275 ribu/malam/kamar.
Penginapan milik Dispar Pesisir Barat
Sarapan di Pantai Labuhan Jukung
View dari penginapan
Ini Pantai Labuhan Jukung yang sering saya lihat di instagram. Pemandangan di depan penginapan kami terlihat cakep. Gradasi warna biru dari Gunung Pugung dan bebukitan di sekitarnya berkolaborasi dengan birunya air laut. Bikin mata jadi adem ngeliatnya. Dan pastinya pantai ini bisa lebih cakep lagi, kalau saja pengunjungnya sadar untuk menjaga kebersihan pantai dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Kami masih asik foto-foto sewaktu Aries datang membawa bungkusan nasi uduk untuk sarapan. Pagi itu kami sarapan nasi uduk dengan lauk ikan tuhuk atau ikan marlin sambil menikmati lautan. Ditambah segelas kopi, maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?
Sarapan di pantai
Ngupi pay!
Oiya, ikan tuhuk atau ikan marlin ini merupakan ikon dari Kabupaten Pesisir Barat. Kalau kamu melintas di Jalan Merdeka - Krui, kamu bakal melihat si tuhuk ini diabadikan dalam wujud tugu. Bersanding dengan damar yang merupakan salah satu komoditas unggulan Pesisir Barat. Kata Aries, namanya Tugu Datuk, alias Damar Tuhuk. Jadi rasanya kurang afdal berkunjung ke Pesisir Barat kalau belum mencicipi ikan tuhuk atau marlin ini.
***
"Wah celana mbak Dian bagus. Cocok banget warnanya sama pelampung!” Kata mas Ardy yang ternyata sudah datang menjemput kami.
Saya yang hari itu sengaja memakai celana berwarna orens ngejreng cuma ketawa cengengesan. Hari itu kami akan menyeberang ke Pulau Pisang. Supaya hasil foto-foto kita cetar membahana, mbak Rien mengusulkan kita pake baju berwarna cerah seperti merah atau orens sebagai dress code. Nah berhubung baju saya selemari warnanya item semua, biar terlihat kompak saya pake aja celana warna orens ngejreng yang kata mas Ardy warnanya cocok ama pelampung, hahaha..
Sesi pemotretan di Labuhan Jukung. Foto by: Aries Pratama
Pulau Pisang belakangan ini mulai dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat sebagai destinasi wisata unggulan. Pulau seluas sekitar 200 hektar ini memiliki keindahan alam yang luar biasa. Pantai-pantainya pun masih alami. Cerita lengkap tentang jalan-jalan kami di Pulau Pisang nanti saya tulis terpisah ya. Soalnya banyak banget yang pengen diceritain.
Bukit Selalaw yang Instagramable
Di Krui, kami diajak oleh Aries dan mas Ardy mengunjungi beberapa destinasi menarik. Selain Pantai Labuhan Jukung tempat kami menginap di malam pertama, kami juga diajak ke Bukit Selalaw.
Menuju Bukit Selalaw
Bukit Selalaw ini merupakan bukit kecil yang memisahkan Pantai Kuala dan Pantai Labuhan Jukung. Lokasinya berada di samping pelabuhan jukung Kuala Stabas. Bukit ini instagramable banget. Apalagi kalo cuaca cerah, dan Gunung Pugung terlihat mengintip malu-malu di kejauhan. Cakep!
Bukit Selalaw
Menginap di Krui Mutun Walur Surf Camp
Puas menikmati pemandangan dari Bukit Selalaw, kami pun diajak ke Pantai Walur. Di sini kami akan menginap semalam lagi. Tepatnya di Krui Mutun Walur Surf Camp. Sebuah penginapan bernuansa alami yang berada persis di tepi Pantai Walur. Suasana di penginapan ini cukup asik kalau siang. Apalagi kalo duduk-duduk sambil ngobrol di gazebo yang menghadap ke laut. Angin sepoi-sepoinya bikin mager.
Krui Mutun Walur Surf Camp
Dalam kamar Krui Mutun Walur Surf Camp
Toiletnya pake pancuran dari bambu
Kamar-kamar di Krui Mutun Walur Surf Camp ini bentuknya berupa cottage dengan dinding dan perabotan dari bambu. Saya suka halamannya. Dengan rumput-rumput terpangkas rapi yang menyegarkan mata. Untuk menginap di sini, kamu perlu merogoh kocek sebesar Rp 300 ribu/malam/kamar. Kalau tambah extra bed biayanya Rp 50 ribu/kasur. Sudah termasuk sarapan pagi. Sayang waktu nginap di sana kami check out jam 3 dini hari karena ngejar balik ke Bandar Lampung. Jadi kami gak sempat icip-icip menu sarapannya.
Mbak Annie nyantai di teras
Siang itu, sementara mbak Rien dan mas Arif sibuk pemotretan di setiap sudut penginapan, saya, mbak Annie, Yayan, dan Deddy asik ngobrol sambil ngopi di gazebo dekat pantai. Tema obrolan kami siang itu cukup berat, sodara-sodara. Sampai-sampai mbak Rien yang ngajakin selfie pun dicuekin, hahaha...
Cuekin yang selfie, hahaha...
Menikmati Ombak di Pantai Tanjung Setia
Salah satu destinasi wisata andalan di Pesisir Barat adalah Pantai Tanjung Setia. Pantai ini setiap tahunnya selalu menjadi tujuan para wisatawan dunia penggemar olah raga surfing. Memasuki bulan Maret seperti ini, para penggemar surfing biasanya mulai berdatangan. Para wisatawan asing itu rela menempuh jarak ribuan kilometer hanya demi berselancar di kawasan Pantai Tanjung Setia.
Surfing di Pantai Tanjung Setia. Foto by: Aries Pratama
Pantai Tanjung Setia ini berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, tak heran kalau ombaknya sangat besar. Ada beberapa spot yang menjadi andalan para surfer di sini. Ombaknya bisa mencapai 10 meter dan panjangnya mencapai 200 meter. Wow!
Untuk mengakomodir para wisatawan penggemar surfing, di kawasan Pantai Tanjung Setia banyak dibangun penginapan-penginapan, mulai dari kelas melati sampai dengan resort berfasilitas lengkap. Aries mengajak kami singgah di salah dua penginapan yang ada, yaitu Ujung Bocur Bungalow dan Sumatra Surf Resort. Keduanya merupakan jujugan wisatawan yang sengaja datang ke Krui untuk mencari ombak.
Foto bareng di Ujung Bocur Bungalow. Foto credit: Aries Pratama
Pantai Tanjung Setia ini juga merupakan tempat yang tepat untuk menikmati matahari terbenam. Tapi sayang, sore itu awan tebal memupuskan harapan kami untuk menikmati sunset dari Pantai Tanjung Setia. Akhirnya sesorean itu kami cuma nongki-nongki manja aja di lobi Sumatra Surf Resort yang nyaman.
Hutan Damar di Pekon Rawas
Tak hanya menyuguhkan wisata pantai, Pesisir Barat juga dikenal sebagai penghasil getah damar. Salah satu yang kami kunjungi adalah hutan damar atau repong di Pekon Rawas, Krui. Ini pertama kalinya saya melihat langsung pohon damar lengkap dengan getah yang telah disadap. Sekilas getah damar terlihat seperti lem. Bening, kental, dan lengket.
Getah damar
Secara alami, pohon damar menghasilkan getah yang keluar dari kulit pohon yang telah mengelupas. Getah-getah itu lama-lama akan mengering dan bentuknya menjadi seperti kristal. Karena permintaan getah damar semakin banyak, para petani mulai menyadap getah pohon damar dengan membuat lubang-lubang pada batang pohonnya.
Lubang pada pohonnya dibuat berbentuk segitiga, sehingga getah yang keluar dengan sendirinya akan tertampung dalam lubang segitiga yang telah dibuat sebelumnya. Pada saat panen, petani daman tinggal mencongkel getah-getah damar yang telah mengering tersebut dan memindahkannya dalam ember.
Getah damar yang dikumpulkan
Siang itu kami beruntung bisa melihat langsung proses panen damar atau yang dikenal dengan istilah Ngunduh Damar. Caranya cukup unik. Pengunduh damar melilitkan ambon, sejenis tali yang terbuat dari anyaman rotan di batang pohon damar dan pinggangnya. Tali itulah yang mereka gunakan untuk memanjat pohon damar sambil sesekali berhenti untuk mencongkel getah-getah damar dari dalam lubang.
Pak Irawan sedang ngunduh damar
Foto model hutan damar, huahahaha...
Pesona Krui 2017
Terima kasih kepada Dinas Pariwisata Pesisir Barat yang telah memberi kesempatan pada saya dan teman-teman blogger untuk lebih mengenal keindahan alam Pesisir Barat dalam rangka menyambut event bertajuk Pesona Krui 2017. Event yang diselenggarakan dalam rangka menyambut hari jadi Kabupaten Pesisir Barat yang ke-4 ini akan diisi dengan berbagai kegiatan menarik, di antaranya:
• Krui Pro 2017 WSL QS1000 Surfing Competition pada tanggal 15-20 April 2017
• Aneka perlombaan seperti lomba tari adat, lomba tari kreasi, lomba ngunduh damar, lomba pidato bahasa Inggris, lomba pidato bahasa Arab, lomba pidato bahasa Mandarin, lomba layang-layang, lomba lagu Lampung, lomba mawalan, lomba foto wisata, lomba ngukur kelapa yang akan digelar pada tanggal 13-22 April 2017
• Pencatatan rekor MURI 1001 orang Ngunduh Damar pada tanggal 13 April 2017
See? Banyak banget kan kegiatan menarik dalam Pesona Krui 2017. Tunggu apa lagi? Ija mit Krui tek!
***
Baca juga tulisan teman-teman seperjalan saya:
1. Katerina
Jelajah Keindahan Pulau Pisang Pesisir Barat
Keliling Krui Jelajah Pesona Pesisir Barat
Wisata Kaliber Dunia di Pesisir Barat Lampung
2. Haryadi Yansyah
24 Jam Bermanjah di Pulau Pisang
3. Annie Nugraha
Hatiku Tertambat di Pulau Pisang
Sejuta Pesta di Pesisir Barat Lampung
4. Deddy Huang
Jelajah Pesona Pulau Pisang bagian 1
Jelajah Pesona Pulau Pisang bagian 2
43 komentar
Hari udah malam dan lelah membuat mataku salah lihat lampu hias .. kirain itu beneran lapangan luas :))
ReplyDeleteHahaha untung gak langsung kesana sambil bawa bola ya, Ded :D
Delete"Haah? Jadi ini laut, mas? Bukan lapangan?" Deddy masih tak percaya.
ReplyDelete*Halusinasi melanda travel blogger sikok itu :))))
Kekenyangan makan ikan bakar dia, mbak :D
DeleteTulisan ini bisa jadi rekomendasi buat pelancong yang ingin liburan ke Krui dan butuh info tentang penginapan, tempat makan, dan tempat2 yang bisa dikunjungi di Krui. Lengkap mbak Dian. Aku suka.
ReplyDeleteFoto model hutan damar itu kece lho. Daunnya cantik ((((daun))))
Eh yang pada lompat pager ga diceritain? wkwkwkw
Hahaha.. Yang lompat pager ga ada fotonya :D
DeleteMakasih udah difotoin ya mbak.. Aku suka banget hasilnya. Kereeen!
Ya salam, ada fotoku lagi autis #tepok_jidat
ReplyDeleteHahaha... Sambil mbayangin indomi goreng ya mbak :D
DeleteJadi lebih mengenal Krui lebih jauh dengan tulisan ini.
ReplyDeleteLihat damar jadi ingat waktu kecil dulu, paling suka lihat itu getah trus diglung2 di kayu buat lem :))))
Ayo ke Krui, mbak..
DeleteAku baru pertama kali ngeliat getah damar. Pertama kali ngeliat langsung terbayang lem tembak :D
Heh, 5000 lagu belom bisa dibilang lengkap KALAU GAK ADA LAGU INDIA!
ReplyDelete*muahahahaha, mas Ardy, baca, kan? hihihihi.
Itu mukaku sinis banget ya pas ngeliatin raja arab foto dua-duaan. *trus inget pose aku meluk pohon, muahahaha JANGAN DIPOSTING YANG ITU. Aku masih jomblooo ntar turun pasaranku di bursa dedek emesh mbak Deee hahaha, ntar kalo udah gak jomblo aku sendiri yang akan posting muahahahaha.
Next jalan-jalan keliling Palembang ya sama akoooh.
omnduut.com
Hahaha... Abis ini mas Ardy langsung donlot lagu-lagu India, Yan :D
DeleteKudoain segera ketemu jodoh ya, Yan.. Gak sabar rasanya pengen posting foto itu.. Huahahahaha..
Duh baru tahu nih daerah namanya krui, dan tempatnya sepertinya recomended buat dikunjungi nih, pantainya keren bahkan ada tempat surfing juga wah kerenlah nih.
ReplyDeleteRecommended banget, Sad. Yuk kapan kita jadiin rame-rame main ke Lampung? :D
DeleteIni infonya lengkap banget mbak, dan yang paling saya suka penginapanya gk mahal, kalo patungan pasti ringan ini.
ReplyDeleteLiburan disini bisa jadi ide bagus kalo ke Lampung.
Iya bener. Rame-rame lebih asik. Bisa patungan sewa mobil, juga penginapan.
DeleteAku yang baru pulang dari sana aja pengen balik lagi.. :D
Surfing kayaknya seru neh ...
ReplyDeleteYuk cobain langsung kang di Tanjung Setia...
DeleteAkhirnya Mbak Dian ke Pesisir Barat setelah beberapa bulan yg lalu di racun dengan Sunrise dan Sunset di Pulau Pisang.. hehehe
ReplyDeleteAh Tanjung Setia emang terkenal dengan surfing nya. Apa lagi kalau ada bule emesh nya Mbak.. hehehe
Keren dah pokoknya Mbak
Iya, Jrin... Hepi bangeeeet! Makasih yaa udah rajin ngeracunin ttg Pulau Pisang. Bener seperti yg kalian bilang waktu itu, Pulau Pisang ngangeniiin!
DeleteEh kemaren di Tanjung Setia ada dedek emesh looh.. Tapi bawa bodyguard dia..
waaah jauh juga ya mbak 5 jam perjalanan dar lampung menuju krui....***sambilgaruk2kepala***
ReplyDeleteHehehe iya kak.. Tapi sepanjang perjalanan seru banget siiih.
DeleteSeru banget ihh. Jadi pingin nginap di cottage pakai bambunya deh. Trus bangun pagi lihat sunrise di pantai. Duhhh syahdu... pasnagan mana pasangan. ^^
ReplyDeleteKalo yang cottage bambu itu cocoknya buat liat sunset, Lim.. Semoga segera ketemu ya ama si pasangan :)
Deleteasik banget kalau rame-rame ya.
ReplyDeleteBanget, Roy :)
Deletenikmat pantainya...... kapan lagi ya bisa ngopi disana
ReplyDeletedekipanic.com
Bangeeet.. Ngopi di rumah ama ngopi di tepi pantai rasanya beda loh :D
DeleteMbak Dian gak ikutan surfing? Hehe
ReplyDeleteSepertinya pantainya masih sepi ya mbak? Bisa ditingkatkan lagi kunjungan wisatawannya kalau fasilitas dan akses ke sananya udah ok.
Aku aja bru tau soal Krui dari dirimu dkk yg ke sana. TFS yaaaa :D
Tamu yang kesini rata-rata wisatawan asing, Pril.. Karena tujuan utama mereka ya memang untuk surfing..
DeleteSuka ama bukit selalaw dan foto ala model hutan damar. hahaha
ReplyDeleteHahaha model hutan damarnya itu dateng dari jauh looh :D
DeleteLihat bandaranya kece ya di Lampung. trus ongkos daratnya ternyata murah cuma 100 ribu untuk jarak segitu jauh 250 km. Berkat postingan mb Dian ini jadi tahu kalo di Lampung banyak permata tersembunyi yang memang perlu diekspose biar semua orang tahu.
ReplyDeleteLampung jadi list tempat yang harus dikunjungi nih selama beberapa tahun ke depan. Aamiin!
Yuk main ke Lampung :)
DeleteAku juga takjub ama Lampung. Banyak banget tempat kecehnya..
Mantap banget Mbk, pemandangan yang indah sekali. Semoga makin banyak wisatawan ke Lampung ya
ReplyDeleteAamiin mbak.. Lampung keceh mbak. Mau cari wisata jenis apapun udah tersedia di sini.
DeleteLiat postingannya...spertinya mnyenangkan y?apalgi ga harus k luar negeri..
ReplyDeleteHmm kebayang nginap d panginapannya,,adeeem bngeet
Iya mbak.. Nyenengin banget. Eh itu penginapannya kalo pas mati lampu gerah juga siih hehehe
DeleteLiat postingannya...spertinya mnyenangkan y?apalgi ga harus k luar negeri..
ReplyDeleteHmm kebayang nginap d panginapannya,,adeeem bngeet
Iiiiiih, kok Lampung keren sih? jujur aja nih, pas orang bilang Lampung. Dalam hati cuma bilang, oh.. Lampung. Eh taunya tuh tempat keren. Dinas pariwisatanya udah melek dan terus promosiin daerahnya.
ReplyDeleteSemoga surga di Kepri juga nasibnya bisa sama, makin berkembang dikemudian hari dan dikenal khalayak ramai, lewat tulisan dan foto, aamiin.
Iya Eka. Dulu aku pun begitu. Tapi pas didatengin, ternyata langsung jatuh cinta..
DeleteYuk kapan kita ke Lampung rame-rame? :D
Foto ala model damar, super cetarrrr!
ReplyDeleteWaktu baca ini, anganku langsung terbang ke masa lalu, Way Kanan dan Festival Krakatau...
Semoga bisa bolang bareng lagi.
aku cemburu padamu mbak, foto3nya keren pakai banget.... berasa mengikuti kisah perjalananmu deh.... jadi baper eh mupeng menjajakan tiap sudut daerah maupun negara tetangga hihi
ReplyDelete