Melunasi Mimpi Pulau Pisang
Monday, April 17, 2017Sekitar 8 bulan lalu, di sebuah kedai mie Aceh paling hits di Bandar Lampung, 4 orang teman menebarkan 'racun' pada saya. Mereka adalah mas Yopie Pangkey (@yopiefranz), Fajrin Herris (@fajrinherrisgembel), Indra Pradya (@duniaindra), dan Teguh Prasetyo (@masteguh78). Mereka-mereka ini adalah para penggiat wisata di Lampung yang memang cukup aktif mempromosikan potensi yang ada di daerah tempat mereka bermastautin. Dan 'racun' yang mereka tebar malam itu bernama Pulau Pisang.
Itu adalah pertama kalinya saya mengenal Pulau Pisang. Mendengar dari cerita-cerita mereka. Tentang keindahan alam Pulau Pisang, tentang suasananya yang damai, tentang penduduknya yang ramah, tentang rumah-rumah tuanya, dan masih banyak lagi yang mereka ceritakan malam itu. Merasa belum cukup 'meracuni' saya hanya lewat cerita, mereka pun 'meracuni' lewat foto-foto yang tersimpan dalam HP masing-masing. Fixed! Malam itu juga, mereka sukses 'meracuni' saya.
Merekalah yang menebarkan racun Pulau Pisang
Naik Jukung ke Pulau Pisang
Pagi itu, 17 Maret 2017. Setelah menikmati nasi uduk dengan lauk ikan tuhuk dan secangkir kopi di tepi Pantai Labuhan Jukung, kami pun bergegas menuju Pelabuhan Kuala Stabas. Meski saat ini Pelabuhan Kuala Stabas merupakan pelabuhan utama di Pesisir Barat, namun pagi itu tak terlihat adanya aktivitas layaknya di sebuah pelabuhan.
Baca juga tulisan saya sewaktu jalan-jalan di Krui, Pesisir Barat, Lampung.
Hanya terlihat beberapa lelaki duduk di warung sambil ngopi. Puluhan jukung tampak berayun manja mengikuti buaian ombak. Sebelum melompat ke jukung yang akan membawa kami ke Pulau Pisang, baju pelampung harus sudah terpasang rapi. Tidak peduli jauh atau dekat, yang namanya standard keselamatan tidak boleh diabaikan. Safety first.
Siap berangkat. Foto by: mas Ardy
Pagi itu langit berwarna biru cerah. Seolah ingin bersaing dengan birunya laut. Jukung kami bergerak meninggalkan Pelabuhan Kuala Stabas. Berlayar lincah mengikuti gelombang. Jukung yang kami naiki ini ukurannya lebih besar daripada jukung yang pernah saya naiki di Kiluan. Jukung yang ini berkapasitas hingga 10 orang. Tapi pagi itu hanya terisi 9 orang, jadi terasa lebih lega. Kami bisa duduk bersila dengan nyaman di atas jukung.
Naik jukung dari Pelabuhan Kuala Stabas ke Pulau Pisang ongkosnya Rp 600.000/jukung PP, sudah termasuk tur lumba-lumba. Bisa juga ikut penyeberangan lokal dengan tarif Rp 25.000/orang. Penyeberangan lokal ini adanya cuma pagi hari, dan baru menyeberang kalau kapal sudah penuh. Waktu tempuh dari Pelabuhan Kuala Stabas ke Pulau Pisang normalnya sekitar 30 sampai 60 menit. Tergantung ombak. Tapi kalau menyeberang dari Desa Tembakak di Kecamatan Karya Penggawa, Pesisir Barat, hanya perlu waktu sekitar 15 menit.
Naik jukung ke Pulau Pisang. Foto by: Katerina
Mbak Annie yang duduk di haluan bersama Aries dan Doni sudah basah kuyup. Kami yang duduk di belakang pun sudah berbasah-basah ria karena terkena tempias ombak. Namun tak ada yang peduli. Semua wajah terlihat berseri-seri. Cuaca cerah bikin suasana hati jadi gembira. Di awal-awal perjalanan, kami bahkan masih sempat-sempatnya live di medsos. Kebahagian dan momen seperti ini sayang untuk dilewatkan begitu saja. Tak lama. Selebihnya kami memilih duduk menikmati perjalanan. Membiarkan air laut membasahi celana dan baju yang kami pakai.
Saya sudah mengantisipasi hal ini. Makanya sengaja pake celana berbahan quick dry. Basah-basahannya dinikmati aja. Nanti sampai darat, celana ini kena angin bentar juga udah kering, hehehe.
Welcome to Pulau Pisang
Pulau Pisang terlihat memesona. Hamparan pasir putihnya terlihat menggoda. Gradasi warna air laut di sekelilingnya pun tak kalah menggoda. Pohon-pohon kelapa yang berbaris rapi di sepanjang pantainya melambai-lambai seolah mengucap selamat datang. Juga Menara Rambu Suara yang tampak menjulang di tengah pulau. Secara keseluruhan, pulau seluas kurang lebih 231 hektar itu terlihat menyenangkan. Gak sabar rasanya pengen buru-buru menjejak pasirnya.
Pulau Pisang
Begitu jukung merapat di pantai Pulau Pisang, kami bergegas melompat ke atas pasir. Ombak di sekitar pantai seolah ingin segera menarik jukung kembali ke laut. Makanya kami harus cepat-cepat melompat. Bayangin aja gimana rasanya, waktu baru sebelah kakimu yang menjejak pasir, tau-tau jukung sudah terseret lagi ke laut. Sensasinya seru dan mendebarkan!
Awalnya saya mengira jukung akan merapat ke dermaga. Karena saya melihat ada sebuah dermaga beton. Belakangan baru saya ketahui kalau dermaga itu sudah rusak. Tepat di sebelah dermaga beton itu ada floating dock dari plastik berwarna orens. Namun sulit untuk merapat kesana. Jadi jukung-jukung lebih memilih mendarat di atas hamparan pasir pantai.
Pasirnya bikin pengen lari-larian manjah...
Sebuah kayu bertuliskan 'Welcome to Pulau Pisang' seolah memang disediakan untuk menyambut siapa pun yang datang ke pulau ini. Ada perasaan bahagia yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Rasa penasaran saya pada Pulau Pisang terjawab hari ini. Alhamdulillah. Tuhan yang Mahabaik mewujudkan salah satu mimpi saya dengan cara yang indah. Saya di sini, bersama teman-teman seperjalanan yang menyenangkan.
Welcome to Pulau Pisang. Foto by: mas Arif
Aries mengajak kami menuju penginapan, yang ternyata berada tak jauh dari pantai. Homestay Bang Jon namanya. Di Pulau Pisang ini tidak ada hotel. Tapi jangan khawatir, karena di sini banyak warga yang menyediakan rumahnya untuk dijadikan homestay. Harganya sekitar Rp 200.000/malam/orang, sudah termasuk makan 3 kali sehari. Plus kopi atau teh kapanpun kita mau..
Homestay tempat kami menginap
Di Homestay Bang Jon, rombongan kami mendapat dua kamar. Satu kamar untuk para lelaki, yaitu Yayan, Deddy, Aries, dan mas Arif. Sementara satu kamar lagi untuk saya, mbak Rien, dan mbak Anie. Satu buah kasur lagi dihamparkan di ruang tengah untuk Doni.
Sambil menunggu waktu shalat Jumat dan makan siang, kami yang sudah gak sabar mau main-main di pantai langsung buru-buru keluar lagi setelah nitip tas di homestay. Tujuan kami adalah pantai yang ada di depan homestay, tempat tadi kami turun dari jukung.
Pemandangan di depan homestay. Laut terlihat jelas dari rumah
Hari itu kami sengaja menjadikan warna merah dan orens sebagai dress code. Hasilnya emang cakep sih. Idenya mbak Rien emang gak salah. Traveler satu ini, meski berhijab tapi tetep fashionable. Warna pakaian kita keliatan kontras banget ama warna latar alami yang serba biru. Aneka kain yang memang kami bawa untuk melengkapi sesi pemotretan kali ini mulai dikeluarkan. Dijadikan selendang, dipakai sebagai ikat kepala, sebagai sarung, dan entah apa lagi..
Model nyasar di dermaga Pulau Pisang. Foto by: Aries Pratama
Model video klip. Foto by: Aries Pratama
Macem-macem gaya dijabanin. Mulai gaya levitasi, lari-lari manjah, sampai pose ala-ala model video klip. Semua terabadikan manis dalam jepretan kamera. Kapan lagi bisa bergaya ala model. Iya kan? Sampai-sampai kami jadi tontonan warga Pulau Pisang, termasuk anjing pemilik homestay yang dikasih nama Ogik oleh Deddy.
Deddy dan Ogik
Kenapa Namanya Pulau Pisang?
Mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa sih kok dinamain Pulau Pisang? Apa benar karena bentuk pulaunya seperti pisang? Saya coba cek di Google Maps bentuk pulaunya gak seperti pisang kok. Karena saya juga penasaran, saya coba tanya ke Aries.
Peta Pulau Pisang dari Google Map
Menurut Aries, ada dua versi cerita yang berkembang di masyarakat yang menjadi asal muasal nama Pulau Pisang ini. Versi pertama menyebutkan, bahwa dulu di pulau ini banyak ditumbuhi pohon pisang hutan. Meski sekarang sudah berkurang jumlahnya. Versi yang ini seperti dugaan saya sebelumnya.
Pohon pisang di Pulau Pisang
Tapi ada lagi versi yang lain. Versi kedua ini mungkin terdengar lebih heroik. Konon katanya, jaman dahulu warga pulau ini menggunakan rakit dari pelepah pisang untuk menyeberang ke Krui. Bagi mereka, pohon pisang terutama pelepahnya, adalah sesuatu yang berharga. Hingga akhirnya diabadikan menjadi nama pulau ini. Entah versi mana yang benar. Yang jelas kisah tentang asal muasal suatu tempat selalu menarik untuk disimak dan diceritakan kembali.
Makan Siang Istimewa
Setelah para lelaki usai menunaikan shalat Jumat di masjid tak jauh dari homestay, makan siang pun dihidangkan. Pas banget. Perut rasanya udah krucuk-krucuk minta diisi. Saya berharap bisa mencicip sesuatu yang khas Pulau Pisang.
Aneka hidangan terhampar di atas tikar. Ada ikan bakar, sayur lodeh daun katu, sambal goreng kentang, sayur buah kelor, petai rebus, lalapan, juga sambal. Buah kelor atau klenthang dalam bahasa Jawa inilah yang khas dari Pulau Pisang. Bagi teman-teman seperjalanan saya, makan sayur kelor merupakan pengalaman pertama.
Menu makan siang istimewa di Hoestay Bang Jon
Kalo saya sih, waktu di Surabaya sering makan sayur kelor. Mama yang sering masak. Biasanya dimasak sayur asam. Tapi sejak pindah ke Batam, saya udah gak pernah nemu sayur kelor. Jadi bisa makan sayur kelor lagi, dan makannya jauh dari rumah, adalah sebuah nikmat tak terkira bagi saya. Jadi jangan heran kalo saya sama excited-nya seperti mereka.
Rumornya sih, kelor ini adalah peluntur susuk. Jadi buat yang pasang susuk, biasanya jauh-jauh dari yang namanya kelor ini. Sehabis makan kecantikan dan kegantengan kami gak ada yang berkurang kadarnya. Menandakan kalo susuk kami belum lepas, eh maksudnya kecantikan dan kegantengan kami semua alami, tanpa susuk. Tsaaah!
Kami duduk bersila di lantai, dan menikmati makan siang dengan lahap. Saya sampe nambah saking nikmatnya. Makan siang dengan menu istimewa, di tempat istimewa, bersama orang-orang yang juga istimewa.
Mari makaaaan! Foto by: Mas Arif
Naik Motor Keliling Pulau Pisang
Tepat ketika kami selesai makan, empat buah sepeda motor yang sengaja disewa Aries diantar ke homestay. Ya, kali ini kami akan naik motor keliling Pulau Pisang. Harga sewa sepeda motor di sini Rp 60.000/motor. Bisa dipakai keliling seharian. Sampe puas.
Siap untung keliling Pulau Pisang. Foto by: Katerina
Siang itu saya berboncengan dengan Yayan, Deddy membonceng mbak Annie, Aries berboncengan dengan Doni. Dan mbak Rien tentu saja dibonceng oleh Pangeran Arab, eh maksudnya mas Arif. Ber-delapan kami menyusuri ruas-ruas jalan di Pulau Pisang yang cenderung sepi.
Jalanannya sepi...
Kondisi jalan yang kami lewati sudah cukup baik. Mulus karena sudah disemen. Di beberapa tempat malah jalannya sudah dipaving. Semakin ke dalam, kondisi jalannya naik turun mengikuti kontur tanah. Doni yang sepertinya sangat mengenal jalan mengajak kami lebih blusukan keluar dari jalan yang disemen. Inilah untungnya bepergian dengan ditemani penduduk lokal. Saran saya, kalau mau explore Pulau Pisang, lebih baik minta ditemani oleh penduduk setempat. Percaya deh, selain bakal ditunjukin banyak spot-spot keren, kalian juga bakal dapet banyak cerita menarik.
Model rumah tua. Foto by: Katerina
Pulau Pisang ini merupakan satu kecamatan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Di Pulau Pisang terdapat enam pekon atau desa, yaitu Pekon Labuhan, Pekon Pasar, Pekon Sukadana, Pekon Suka Marga, Pekon Lok, dan Pekon Bandar Dalam.
Secara geografis, pulau seluas kurang lebih 231 hektar ini bagian Barat dan Selatan-nya berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Sementara bagian Utara dan Timur berbatasan dengan Pulau Sumatra.
Sekolah Tua Peninggalan Belanda
"Di Pulau Pisang juga ada sekolah tua kayak SD Laskar Pelangi loh, mbak.." Kata Fajrin 8 bulan lalu sewaktu mulai menebarkan racun Pulau Pisang. Fajrin pun menunjukkan foto-foto yang tersimpan dalam memori smartphonenya.
Baca juga cerita saya bertemu dengan Ibu Muslimah di Belitung
Dan siang itu, bangunan sekolah tua peninggalan jaman Belanda yang dulu sempat saya lihat di layar smartphone milik Fajrin, kini ada di depan saya. SD Negeri Pasar Pulau Pisang. Sebuah bangunan dengan arsitektur khas peninggalan Belanda, berwarna abu-abu dengan pintu-pintu tinggi yang di bagian atasnya terbuat dari kaca yang beberapa di antaranya sudah mulai retak. Entah karena faktor usia, atau karena ulah tangan-tangan jahil.
SD peninggalan jaman Belanda
Separuh dinding bangunan SD ini terbuat dari kayu. Separuhnya lagi terbuat dari besi yang dibuat seperti jaring-jaring besar sebagai tempat keluar masuk udara. Bangunan sekolah yang terdiri dari 5 ruang kelas ini masih dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar hingga sekarang. Bangunan SD ini sudah pernah direnovasi, namun renovasinya tidak mengubah bentuk aslinya.
Murid bandel yang gak boleh masuk kelas. Halah! Foto by: Mas Arif
Gimana saya gak langsung jatuh cinta ama pulau satu ini. Baru beberapa jam berada di sini aja saya udah disuguhi macam-macam pesonanya. Saya suka suasananya yang tenang, penduduknya yang ramah, kulinernya, rumah-rumah tuanya yang mulai banyak ditinggalkan penghuninya. Di mata saya, semua itu menarik.
Tapi masih banyak yang akan saya ceritakan tentang Pulau Pisang. Tentang Menara Rambu Suara, kerajinan tapis, pantai-pantai berbatu karang yang merupakan spot untuk menikmati sunset, juga atraksi lumba-lumba. Tunggu di postingan selanjutnya ya..
Baca juga cerita tentang Pulau Pisang versi teman-teman seperjalanan saya:
1. Katerina
2. Haryadi Yansyah
3. Annie Nugraha
4. Deddy Huang
54 komentar
Yeaaaah, tim orange in action. Setelah baca beberapa blog mengenai Pulau Pisang, baru disini ada foto pohon pisang di Pulau Pisang, wkkkk. Mba Dian detail deh.
ReplyDeleteHehehe iya Eka, di Pulau Pisang ini pohon-pohon pisangnya ngumpet di tengah-tengah pulau. Yang keliatan dari luar justru pohon-pohon kelapa..
Deleteduh pasir putih sama kulinernya bikin mupeng kesana
ReplyDeleteDijamin betah kalo kesana, Sad... Pasir putihnya itu bikin pengen lari-lari manjah..
Deletemasih kategori mahal ya kak guest housenya permalam per orang 200rb, karena meski dapat makan3 x, belum tentu saat itu selera kita cocok dengan masakannya..hehehe btw kalo tak ada pilihan lain..no choice la ya...
ReplyDeletecuma paket tour liat lumba2 nya ini bikin menggiurkan, karena itungannya per jukung... jadi bisa share..hahahah ( perhitungan x aku ya... )
Makanannya cocok di lidah kok kak.. Makanan rumahan. Justru ini serunya, kita bisa sekalian ngerasain nikmatnya makan di rumah penduduk setempat
DeleteAsyik ada wajah aku disini.. 😂😂
ReplyDeleteAlhamdulillah akhirnya racun itu memberikan yg berarti ya Mbak untuk singgah ke Pulau Pisang..
Pulau yg banyak rumah" tua, sekolah zaman belanda, bisa menikmati suasana yg nyaman..
Hahaha... Makasih racunnya yaaa...
DeleteSayang rumah-rumah tuanya banyak yang ditinggal begitu aja ya, Jrin.. Tapi beneran deh, aku suka banget suasana pulaunya. Masih alami, tenang, dan nyaman...
Wah keren banget mba, sayang purwokerto lampung lumayan jauh, hihi dari ceritanya kayaknya layak masuk list, duh bayak inginku tapi harus fokus satu satu dulu,
ReplyDeleteseneng ya punya teman teman yang aktif nulis gitu, bisa bercerita di blognya masing masing...
Iya mas, kudu masuk list nih Pulau Pisang.. :)
DeleteAlhamdulillah kemaren jalan bareng ama temen-temen yang menyenangkan, saling support untuk rajin nulis hehehe...
Wah baru tau ada pulau namanya pisang, unik dan menarik tempatnya ya, mbak. Pengin suatu hari nanti mampir ke pulau pisang. :D
ReplyDeleteSemoga segera kesampaian ya ke Pulau Pisang.. Awas gak mau pulang kalo udah kesini hehehe
DeleteUntuk ukuran pulau kecil, keren lho pulau pisang ini. Soalnya lumayan serius menggarap potensi wisata krn ada warga yang menyiapkan homestay + dapat makan pula. Semoga pulau2 lain di Kepri bisa niru ya mbak Dian.
ReplyDeleteIya.. Beberapa tahun belakangan, Pulau Pisang mulai dijadikan pariwisata unggulan di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.. Jadi emang mulai dibenahi fasilitas yang ada di sana..
DeleteAamiin.. Pulau-pulau di Kepri udah mulai juga kok dikelola :) Semoga semua lebih baik ya...
pulau pisang namanya yang unik. tapi jika lihat di foto banyakan pohon kelapanya. foto pantainya keren
ReplyDeleteHahahaha.. itulah uniknya pulau ini, Roy.. Pulau Pisang dengan banyak pohon kelapa :D
DeleteMantap sekaleh ini mbak airnya jernih banget nget nget ...
ReplyDeletenamanya juga unik PULAU PISANG baru tau lohh ... wahh infonya menarik sekali ini mbak jadi penasaran juga nih pengen kesana ..
Yuk ke Lampung! Banyak tempat keceh di sana.. Pulau Pisang ini cuma salah satunya aja looh ;)
DeleteFotone cakep2, Mbak Dee. Apalagi pas langite cerah..
ReplyDeleteIya mbak Ira.. Kebetulan banget siangnya cerah. Jadi langitnya bisa biru gitu.. Tapi sayang pas sore langsung mendung, jadi gak bisa liat sunset..
Deletewah pantai, wah lautnya biru, asyiknya
ReplyDeleteIya mbak.. Pasir putih dan laut biru selalu menarik ya :)
DeleteLunas satu mimpi untuk perjalanan penuh kesan ya mbak Dian. Seru dan tak terlupakan. Pulau Pisang emang cihuy...para model pun tak kalah cihuy bergaya hihi
ReplyDeleteIya mbak Rien.. Alhamdulillah banget. Apalagi perginya bareng ama temen-temen yang asik. Bikin perjalanan jadi lebih berkesan...
DeleteLampung makin banyak aja nih tempat wisatanya. Jadi mupeng :3
ReplyDeleteIya banyak bangeet! Jadi pengen datengin semuaaa..
DeleteGak ada foto-foto berenang atau snorkeling ya? Kondisi bawah lautnya bagaimana?
ReplyDeleteOmbaknya gede banget, teh.. Kurang cocok buat snorkeling. Daerah Pesisir Barat sini surganya surfing
DeleteMba Dian ih, bikin pengen jalan-jalan.
ReplyDeleteAku nggak suka pisang, tapi pulau pisang? Kece gitu tempatnya juga jauh ya mba.
Makan siangnya bener-bener istimewa
Iya mbak, makan siangnya istimewa banget. Di tempat istimewa, bareng teman-teman istimewa :)
DeleteTinggallah aku di sini, masih mendekap mimpi.
ReplyDeleteTapi,
Aku percaya, suatu hari nanti, mimpiku bukan cuma ilusi.
Someday, kakaaaak....
DeleteYuk ah kapan kita jalan kemana bareng-bareng lagi? Kangeeen!
Suka deh dengan tema orangenya... BTW makanannya sungguh menggoda....
ReplyDeleteHehehe orangenya jadi keliatan kontras banget ama pasir dan lautnya yaa :D
DeleteKeren banget ya.. masih alami gitu.. Pengalaman seru mba Dian ini, membacanya seolah saya ikut ada disana.. seruuu
ReplyDeleteIya Chay.. Suasananya yang alami itu bikin betah...
DeletePulau Pisang istimewa banget mba, dian. Pemandangannya, kulinernya, dan orang-orangnya juga keliatannya ramah-ramah semua.
ReplyDeletePadahal pulau tapi prasarana kayak jalan-jalannya bagus dan terawat gitu ya, mba.
Iya bener. Kondisi jalannya sudah sangat baik. Satu-satunya yang masih jadi masalah di sini mungkin keterbatasan listrik.
DeleteHuhuhuu aku belum kesampaian ke Lampung nih mba Dee
ReplyDeleteMoga kesampaian ya mbak Rahmi.. Lampung itu kulinernya bikin nagih :D
DeleteMupeeng..masuk list moga bisa kesanaa
ReplyDeleteYuk mbak Dew.. Rame-rame kayaknya seru deeh..
DeleteKece ya pantainya. Ini mengingkatkan saya dengan pulau subang mas di Batam.
ReplyDeletePohon-pohon kelapanya ya?
Deletedan pulau ini tetap jadi impian bagi akuh hhuhuhuuhuhuhuuhuh
ReplyDeleteKalo mudik sempatin mampir kak..
DeleteSuka bangeeeeet :) kangen bangeeet, soalnya belom kesampean main air di Krui hahaha. Itu foto2 bikin senyam senyum dan lapar (iya pas foto lagi makan haha).
ReplyDeleteomnduut.com
Aku masih penasaran ama sunset di Krui dan Pulpis. Abis ngeliat foto-fotonya Aries bikin mupeng gitu..
DeleteWAh pulaunya beautiful banget :-)
ReplyDeleteMasya Allah...
Bukan cuma beautiful, tapi juga menyenangkan :)
Deletejadi karena banyak pohon pisang namanya pulau pisang ya kak?
ReplyDeleteIya Mer.. Katanya dulu karena banyak pohon pisang. Tapi sekarang sih tinggal dikit..
DeletePulaunya kelihatan alami ya?
ReplyDeleteBtw menu makan siangnya, lekker kayaknya..?
Iya mas. Semua masih serba alami di sana. Wah.. Sampean kudu nyoba itu menu makan siangnya. Bikin nagih!
Delete