Mengejar Matahari di Bukit Lendongara
Tuesday, June 05, 2018
Blessed are those who see beautiful things in humble places where other see nothing - anonymous
Dari kaca spion mobil saya bisa melihat meronanya langit Sumba sore itu. Kak Arto memacu mobilnya dengan laju. Sesekali matanya melirik kaca spion, seolah ingin memastikan bahwa matahari sore itu berada tetap di tempatnya dan tidak buru-buru turun ke peraduannya. Diam-diam, saya pun berharap begitu...
Sore itu rencananya, setelah menjemput teman-teman seperjalanan saya di Bandara Tambolaka, kami akan langsung berburu sunset di Bukit Lendongara. Tapi karena pesawat yang ditumpangi teman-teman saya delay di Denpasar, ditambah lagi ada sedikit drama tentang cargo yang nyasar entah dimana? Jadinya kami baru bisa meninggalkan bandara setelah matahari semakin condong ke ufuk barat.
Cerita tentang drama cargo yang nyasar bisa dibaca di sini.
"Semoga masih terkejar ya.." ujar kak Arto sambil mengemudikan mobil.
"Emang jauh ya, kak?"
"Tidak juga..."
Tak lama kemudian mobil berbelok melewati jalan setapak yang sempit yang kanan dan kirinya ditumbuhi semak-semak. Saking sempitnya, kalau sampai berpapasan dengan mobil lain, terpaksa salah satunya harus melipir ke semak-semak. Untungnya sore itu kami tak berpapasan dengan kendaraan lain. Kecuali beberapa ekor babi yang terlihat nyelonong menyeberang jalan, dan kemudian menghilang di balik semak-semak.
Bayangin gimana kalo ada 2 mobil berpapasan
Mengejar Sunset
Sewaktu kak Arto akhirnya menghentikan mobil, langit sudah berangsur gelap. Langit di ufuk barat hanya menyisakan sedikit semburat berwarna pink keunguan. Dalam gelap yang belum sempurna itu, kami masih bisa menyaksikan keindahan Bukit Lendongara. Hamparan rumputnya bikin pengen guling-guling, hehehe.. Udah gelap begini aja cakep, gimana kalo terang ya? Kayaknya bakal guling-guling beneran deh..
Mataharinya sudah terbenam | Dok. Choty
Merasa sudah kepalang tanggung karena sudah sampai di situ, kami pun memutuskan turun menyusuri bukit. Kami tidak berjalan terlalu jauh. Karena memang suasananya sudah gelap. Yaaa, hanya sekadar memuaskan rasa untuk menjejak hamparan rumputnya yang rebahable dan guling-gulingable itu.
Sudah gelap | Dok. Ririe
***
"Besok pagi mau dijemput jam berapa?" Tanya kak Arto sewaktu kami sudah sampai di Hotel Sumba Sejahtera.
"Sunrise jam berapa kak?"
"Jam 6. Tapi kalau mau ngejar sunrise harus berangkat jam 5."
Entah kenapa kami kompak nyengir ndengernya. Jam 5 WITA, itu artinya jam 4 WIB. Dan jam segitu tuh enak-enaknya buat tidur, hehehe.. 😁😁😁
"Atau mau lihat sunrise di tempat tadi? Kalau di tempat tadi gak perlu berangkat jam 5. Jam 5.30 aja dari sini." Kak Arto coba memberi alternatif. Dan kami pun sepakat.
Mengejar Sunrise
Setelah kemarin sore kami gagal mengejar sunset, pagi itu pun kami gagal mengejar sunrise. Kak Arto cuma geleng-geleng kepala sewaktu kami akhirnya keluar dari hotel jam 7 pagi, sambil senyum-senyum bego. Mungkin pikirnya, ini cewek-cewek kok pada pemalas ya bangun pagi? Huahaha... 😆😆😆
Berhubung sudah sangat terlambat untuk mengejar matahari terbit di Bukit Lendongara, jadi acara pagi itu diubah judulnya jadi Mandi Matahari di Bukit Lendongara. Yang penting, tujuannya tetep, ke Bukit Lendongara. Kami masih penasaran ama keindahan bebukitan yang tertutup hamparan rumput rebahable itu.
Viewnya nyegerin mata banget
Benar saja. Di bawah cahaya matahari pagi, Bukit Lendongara atau yang juga dikenal dengan nama Bukit LDR itu terlihat jauh lebih indah. Gundukan-gundukan bukitnya mengingatkan saya pada film Teletubies. Tau kan? #berpelukan
Kami pun gak sabar untuk cepat-cepat turun, dan berjalan sampai ke puncak bukit. Dari puncak, pemandangannya jauh lebih aduhai. Pokoknya dilihat dari sisi manapun, gak ada yang jelek. Semua indah. Kami berlarian di antara ilalang seperti anak kecil yang dapat mainan baru. Hepi banget!
Awas, Ada 'Ranjau!'
Sampai di puncak bukit, kami pun asik foto-foto dan bikin video. Tapi tak seorang pun yang jadi guling-gulingan di hamparan rumput seperti rencana semula. Karena ternyata, banyak 'ranjau' (baca: pup kuda dan sapi) yang ngumpet di balik rerumputan. Tapi pagi itu, tak seekor kuda pun yang terlihat. Sepertinya mereka sedang jalan-jalan ke sisi lain bukit.
Karena banyak 'ranjau', batal deh bikin pose sok asique sambil tidur goleran di atas bukit. Yang ada, kami jalan hati-hati. Karena semakin jauh kami berjalan, semakin banyak pula 'ranjau' tersebar. Huahaha.. 😆
Karena banyak 'ranjau', batal deh bikin pose sok asique sambil tidur goleran di atas bukit. Yang ada, kami jalan hati-hati. Karena semakin jauh kami berjalan, semakin banyak pula 'ranjau' tersebar. Huahaha.. 😆
Di puncak bukit
Tapi tentu saja, keberadaan 'ranjau-ranjau' itu tak sedikit pun mengurangi keindahan Bukit Lendongara. Apalah artinya seonggok pup kuda, bila dibandingkan dengan keindahan yang ada di sekitar kami. Saking indahnya, kami pun lupa waktu. Lupa bahwa srmula, niatnya cuma mau main sebentar di Bukit Lendongara demi menuntaskan rasa penasaran.
Bukit Lendongara
Kami baru nyadar kalo hari sudah semakin siang ketika merasakan sinar matahari sudah semakin panas. Pantesan kok sinarnya sudah bukan hangat-hangat lembut membelai wajah, tapi sudah masuk dalam fase panas yang menampar-nampar pipi. Kami pun bergegas turun, karena ingat perjalanan hari itu masih sangat panjang.
Kalo kamu sedang berada di Sumba Barat Daya, mengunjungi Bukit Lendongara ini teramat sangat saya sarankan. Lokasinya dekat dengan Bandara Tambolaka. Naik mobil cuma sekitar 5-10 menit. Bagusnya sih kalo kesini sore hari sambil nunggu sunset. Kalo siang panas beut! Kamu gak akan kuat. Dilan juga belum tentu kuat. 😀😀
Dan satu lagi, kalau ingin berkunjung ke sini, sebaiknya minta ditemani penduduk lokal. Karena selain tidak ada angkutan umum, kata kak Arto, jalanan ke sini juga masih cukup rawan.
Dan satu lagi, kalau ingin berkunjung ke sini, sebaiknya minta ditemani penduduk lokal. Karena selain tidak ada angkutan umum, kata kak Arto, jalanan ke sini juga masih cukup rawan.
Mau traveling ke Sumba? Sempatkan untuk singgah di Bukit Lendongara yang ada di daerah Loura, Sumba Barat Daya ya 😉
32 komentar
mbak bagus banget bukitnya.. sore maupun pagi hari tetep cantikkk.. duh kapan yah ke sumba ??
ReplyDeleteIya emang cakep banget. Tapi kalo siang panaaaas.. Hehehe. Moga kesampaian ke Sumba ya mbak. Biar bisa menikmati langsung
Deletewuih... jadi pingin pulang, tapi masih ada ngga ya bukit dekat rumah ortu saya... hehe..
ReplyDeletebtw, pup kuda dan sapi itu bikin makin subur rumput disana kali kak... makin cantik dan hijau, makin senang #berpelukan...
Waaaah mbak Evi asli Sumba? Sumbanya mana mbak? Bukit yang deket rumah ortunya namanya bukit apa? Bukit-bukit di Sumba itu cakep-cakep banget yaa..
Deletememang moment yang bagus sore atau pagi sekali ya mbak kesini...aku bisa bayangkan panasnya kalo dah diatas jam 8 pagi... walau view kece..tapi muke juge kece gosongnya..hahaha kok bisa banyak pup kuda mbak ? apa hewan hewan disana sengaja dibiarkan lepas disana ?
ReplyDeleteIya kak.. Kuda-kuda di sana dilepas begitu aja di bukit-bukit. Tapi kemaren pas di Bukit Lendongara gak ketemu ama kudanya. Cuma ketemu pupnya hahaha
DeleteKapan ya hamba bisa kesni :(
ReplyDeleteUdah lama pengen ke Sumba tp belum keturutan. Syedih :(
Sempatin ke Sumba, Han.. Cakep banget!
Deletebangug banget bukitnya mbak Dee. keren. apalai ambil pake drone dengan kecondongan 90 derajat. ajib banget
ReplyDeleteIya Zack.. Aku lihat foto2 Sumba pake drone di ig cakep2 bangeeet..
Deletebukitnya keren banget ya mbk, andai tak ada ranjau pastinya asik guling-guling di sini.
ReplyDeletengk ketemu sunrise aja keceh nya begini.
hijau di mana-mana
Hahaha iya Eka.. Padahal udah niat pengen guling2 di rumput, eh gak jadi.. 😀😀😀😀
DeleteWow, pemandanganya bukitnya memukau dan membuai. Mau guling-guling tapi takut kena ranjau ya!!! lol
ReplyDeleteHahaha iya bang.. Bisa berabe kalo sampe kena ranjau 😀😀
DeleteSerunya baca cerita perjalanan Mbak Dee, pengeeen deh...
ReplyDeleteMoga suatu hari bisa kesampaian kesana yaa.. 😊😊
DeleteWah... satu hal yang kuperhatikan adalah photonya keren banget dan mengejar matahari itu sangat menyenangkan ya
ReplyDeleteIya nyenengin banget ngeliat perubahan warna langitnya..
DeleteLansekap Sumba itu emang luar biasa keren ya Mbak Dian. Kalau musim basah hijau semua permukaan tanah. Kalah musim kering berubah jadi coklat kekuningan. Apapun musimnya, tanah Sumba selalu kece untuk foto-foto :)
ReplyDeleteIya bener.. Mau bukitnya hijau ataupun coklat tetep cakep diliat. Kalo coklat justru terlihat eksotis..
Deleteberasa lagi di luar negeri mbak, keren banget landscapenya...
ReplyDeleteIya cakep banget.. Bikin speechless 😊😊
DeletePemandangannya juara banget. Lebih indah dari yang ada di lukisan-lukisan. Rasanya pengen gelar tiker trus makan bekal di sana
ReplyDeleteIya, selama ini ngeliat foto2nya udah takjub. Pas ngeliat langsung lebih takjub lagi.. 😊😊
DeleteSumba, dari dulu pengen banget jalan2 kesini tp sampe skrg masih blm kesampaian. liat foto2 nya mba jadi tambah pengen kesananya. bagus bgt bukitnya, hamparan bukit hijaunya menyegarkan mata.
ReplyDeleteMoga segera kesampaian ke Sumba ya 😊😊 Sumba itu alamnya indah banget, bikin betah
DeleteBagus banget Sumba. Idaman ku banget bukitnya. Moga ada rejeki ke sana. Aamiin
ReplyDeleteYuk kesana mbak.. Aku pun pengen balik lagi kesana
DeleteWuu.. Keren bukitnya.. Ijo-ijo yang mendamaikan hati..
ReplyDeleteFavorit kalau pemandangan bukit hijau trs di kejauhan lautnya kelihatan..
Bikin seger mata ya ngeliatnya 😊😊😊
DeleteKeren bangett pemandangannya, pasti suasananya juga tenang dan alami bangett
ReplyDeletecocok di buat liburan bersama keluarga dan acara kemping yahh..
Jumat sore besok saya akan berada di sana, tidak sabar ketemu sama ranjaunya yeah!
ReplyDelete