Serunya Nonton JFC 2018, Parade Karnaval Busana Kelas Dunia
Monday, August 20, 2018
Clothes make a statement, costumes tell a story - Mason Cooley
Bisa menonton langsung Jember Fashion Carnival (JFC) sudah ada dalam wishlist saya sejak lama. Tapi sayangnya, tahun-tahun kemaren jadwal mudik saya tidak pernah klop dengan jadwal JFC. Makanya begitu tahun ini ada kesempatan, saya gak mau kelewatan lagi.
Dan mumpung banget mbak Irawati Prillia (www.keluargapelancong.net), travel blogger yang selama ini tinggal di Jerman lagi mudik ke Jember, jadi kami janjian buat reunian.
Nonton Karnaval di Bawah Gerimis, Asyik Juga!
Siang itu (11/8/2018) cuaca di Jember lagi sejuk-sejuknya akibat diguyur hujan sejak semalam. Saya nonton JFC bareng mbak Ira dan mbak Rien (www.travelerien.com). Mbak Ira memarkir mobilnya tak jauh dari kawasan alun-alun, yang dijadikan lokasi start JFC. Penonton sudah bersiap di pinggir jalan, menunggu para model yang akan melintas. Saya, mbak Rien, dan mbak Ira bergabung dengan para penonton. Mencari lokasi yang menurut kami terbaik dan ternyaman untuk memotret.
Pagar pembatas sudah terpasang di sepanjang jalan yang akan dilewati peserta karnaval. Di setiap beberapa meter berdiri penjaga berseragam kaos hitam bertuliskan GUARD. Suasana JFC ini agak sedikit meleset dari apa yang saya bayangkan. Saya ngebayanginnya, ruas jalan ini akan penuh sesak dipadati penonton. Tapi siang itu ternyata penontonnya tidak terlalu ramai. Mungkinkah karena hujan? Atau? Entahlah.. Saya gak sempat tanya-tanya, karena sibuk nungguin peserta karnaval yang gak lewat-lewat.
Baca juga: Parade Budaya di Lampung
Baca juga: Parade Budaya di Lampung
Sesekali gerimis masih turun. Tapi kami tetap berdiri di balik pagar pembatas bersama penonton lain. Nanggung euy, udah sampe sini juga. Apalah artinya basah-basah sedikit, kalau dibandingkan dengan penantian selama bertahun-tahun demi kesempatan menonton langsung acara JFC ini. #tsaaaah..
Etapi beneran deh, saya pribadi justru bersyukur dengan cuaca yang seperti ini. Rasanya jadi adem-adem gimanaaa gitu. Gak kepanasan, dan gak keringetan. Berdiri di pinggir jalan berjam-jam juga jadi gak terasa. Yakin gak terasa? Menurut ngana??
Warna-Warni Indonesia dalam WACI (Wonderful Artchipelago Carnival Indonesia)
Hampir jam 3 sore ketika rombongan marching band yang menjadi pembuka dalam JFC hari ke-5 itu melintas di Jl. Sultan Agung tempat kami berdiri menunggu. JFC ini sudah dimulai sejak tanggal 7 Agustus 2018. Dimulai dengan acara pembukaan, kemudian berturut-turut ditampilkan Pets Carnival, Kids Carnival, juga Artwear Carnival. Dan di hari ke-5 ini akan menampilkan WACI (Wonderful Artchipelago Carnival Indonesia).
Setelah penampilan marching band, barulah satu persatu defile yang menampilkan kostum yang mewakili kekayaan nusantara melintas di depan kami. Ada enam provinsi yang ikut ambil bagian kali ini. Yang pertama kali lewat adalah defile Jawa Timur yang menampilkan tema Asia Light, seperti tema JFC tahun ini. Kostum-kostumnya meriah. Ada yang pakai kostum keemasan bernuansa Thailand, ada juga yang pakai kostum berwarna cerah ceria ala-ala Korea. Trus ada juga yang pakai kostum berkilat-kilat seperti kristal, katanya itu tema Star. Duh, pantes mata saya kok jadi seperti berbintang-bintang ngeliatnya.
Defile Star
Di belakang defile Jawa Timur ada defile dari Bali yang menampilkan tema Pesona Lautan. Kostumnya gak kalah seru. Ada yang pakai kostum kepiting, ikan cupang, juga kostum kuda laut. Ini desainer kostumnya wajib diacungi jempol. Karena kostum yang dipakai oleh model-model itu gak cuma mewah, tapi juga unik dan kreatif. Perintilan kostumnya gak cuma bisa gerak-gerak, tapi ada yang bisa muter-muter. Keren banget!
Kepiting raksasa
Warna-warni kostum defile Bali
Kostum kuda laut
Itu kostumnya bisa gerak-gerak
Setelah penampilan defile Bali, menyusul di belakangnya defile Jawa Tengah dengan Solo Batik Carnivalnya yang mengusung tema Etnik Nusantara. Kostum-kostumnya selain terlihat mewah dan penuh warna, juga terlihat BERAT! Gilak ya, itu model pada kuat-kuat banget. Melenggak-lenggok di jalanan sejauh kurang lebih 3,6 kilometer pake high heels dan wedges yang tinggi banget. Saya ngebayanginnya aja udah ngeri. Ngeri kecengklak, gaes!
Defile Jawa Tengah. Coba perhatiin sepatu yang dipake model paling depan
Kebayang gak jalan kaki 3,6 km pake sepatu kayak gini?
Kalo perintilan kostumnya copot atau bermasalah, ada crew yang sigap bantuin
Kalo perintilan kostumnya copot atau bermasalah, ada crew yang sigap bantuin
Kebayang gak jalan kaki sambil pake kostum seribet itu?
Kemudian ada defile NTB yang mengusung legenda Putri Mandalika. Saya salut dan surprise sewaktu mengatahui kontingen NTB ikut meramaikan JFC tahun ini. Rupanya gempa bumi yang mengguncang Lombok tak ikut mengguncang semangat mereka untuk tetap menampilkan pesona budaya yang dimiliki oleh NTB. Kontingen NTB kali ini tak terlalu menampilkan kostum-kostum yang mewah dan megah. Mereka lebih menampilkan cerita tentang Putri Mandalika yang dikemas dengan tarian dan iringan Gendang Beleq.
Senyum manis model dari defile NTB
Gendang beleq
Penampilan defile Sulawesi Utara yang mengusung Tenun Carnival dan defile DKI Jakarta yang mengangkat tema Abang None juga gak kalah menariknya. Di barisan defile DKI Jakarta ada mobil hias bertema Asian Games. Mungkin sebagai pengingat juga, bahwa Jakarta adalah satu dari dua kota di Indonesia yang beruntung menjadi venue Asian Games 2018.
Penampil dari defile Sulawesi Utara
Penampil dari defile DKI Jakarta
Mobil hias kontingen DKI Jakarta
Grand Carnival Meriah, Cuaca Cerah Penonton Tumpah Ruah
Besoknya (12/8/2018), kami balik lagi ke Alun-alun Kota Jember buat nonton Grand Carnival. Hari itu kami sengaja naik gocar, karena menurut mbak Ira, hari itu pasti bakalan lebih rame. Bener aja. Sewaktu kami sampai, suasananya sudah rame banget. Penjual makanan dan penonton tumplek-blek di sekitar kawasan alun-alun. Atmosfer nonton karnavalnya jauh lebih terasa dibanding kemarin.
Penonton sampai naik-naik ke atap
Bahu jalan di sepanjang jalur yang dilewati peserta karnaval mendadak berubah jadi lokasi piknik dadakan. Para pengunjung menggelar alas duduk dari koran atau plastik yang dijual seharga 5 ribu rupiah. Para pedagang pun gak ketinggalan membuka lapaknya di bahu jalan tersebut. Entah sudah sejak jam berapa mereka ada di sana. Karena sewaktu kami sampai, tempat itu sudah penuh sesak.
Penonton dan pedagang berbagi tempat
Hari itu cuaca lebih cerah dibanding kemarin. Saya menonton bareng mbak Rien, mbak Ira, mbak Zulfa (www.emakmbolang.com), dan Syifa (putri sulungnya mbak Ira). Susah payah kami berjalan melewati kerumuman penonton. Boro-boro mau ngetap posisi yang enak buat motret, wong buat berdiri aja susah. Dan akhirnya, setelah mengerahkan jurus mepet-mepet, kami berhasil juga berdiri di balik pagar pembatas. Tepat sebelum rombongan banser melintas untuk membuka acara.
Barisan panser
Parade Asia Light Memukau Penonton
Tepat jam 1 siang parade dimulai. Tiga orang Putri Indonesia 2018 ikut berparade dari atas jeep dalam iring-iringan pembuka. Mereka adalah Sonia Fergina Citra (Putri Indonesia 2018), Wilda Octaviana (Putri Indonesia Pariwisata 2018), dan Vania Fitryanti (Putri Indonesia Lingkungan 2018).
Putri Indonesia 2018 ikut karnaval
Grand Carnival ini adalah puncaknya Jember Fashion Carnival. Pantas saja kalau penonton hari itu sampai membludak. Ada 10 defile yang akan tampil mempresentasikan negara-negara Asia, sesuai dengan tema JFC tahun ini, ASIA LIGHT.
Ada defile Kujang Pusaka yang merepresentasikan Indonesia. Defile ini menampilkan pusaka kujang meteorit yang beratnya mencapai 17 kg dengan panjang 145 cm. Model-model dalam barisan ini pun menggunakan kostum-kostum yang terinspirasi dari kujang. Presiden JFC, Dynand Fariz juga ikut dalam barisan ini. Belau menggunakan kostum berwarna merah dengan hiasan berbentuk kujang berwarna abu-abu dan keemasan. Naik 'kereta kencana', Dynand Fariz dikawal mas-mas ganteng berbodi atletis.
Dynand Fariz naik 'kereta kencana'
Barisan pengawalnya Dynand Fariz
Kalo dikawal ama yang kayak gini mau gak? 😁😁
Selain defile Kujang Pusaka, ada juga defile Thailand dengan kostum mewah berwarna keemasan. Trus ada defile Silla yang merupakan satu dari tiga kerajaan besar di Korea. Defile ini terlihat cerah ceria, karena kostum-kostum para talentnya didominasi warna merah, pink, dan biru.
Defile Thailand
Penampil dari defile Thailand
Mbak-mbak yang pake kostum Korea manis-manis ya 😊😊
Ada defile Shogun yang merepresentasikan Jepang. Trus ada juga defile Bian Lian yang merepresentasikan China. Bian Lian ini adalah seni mengubah wajah dalam waktu sepersekian detik yang biasanya ditampilkan dalam opera China. Semua model dalam barisan ini menggunakan kostum dengan topeng warna-warni.
Defile Shogun - Jepang
Defile Bian Lian - China
Trus ada juga defile Ottoman Empire yang merepresentasikan Turki. Sayangnya model-model dalam barisan ini jalannya pada buru-buru banget. Entah apa yang mereka kejar, yang jelas mereka jalannya pada cepet-cepet. Cuma beberapa orang aja yang noleh sambil dadah-dadah waktu dipanggil. Tapi ya gitu, jalannya buru-buru. #mungkinmerekalelah
Ekspresinya si mbak itu lempeng banget ya? 😁😁
Eh tapi gak semua model jalan kaki. Ada yang naik kendaraan ala-ala kereta kencana gitu. Bukan ditarik kuda kayak di cerita-cerita dongeng. Yang ini, kendaraannya didorong ama orang supaya bisa jalan. Ada juga yang naik sepeda motor. Tapi sepeda motor dan pengendaranya sama-sama dipakein kostum. Keren banget!
Dorong, mas.. Dorong!
Naik motor enak juga 😃
Itu roknya ada rodanya looh..
Selanjutnya ada defile Babilonia (Irak), defile Saudi Arabia, dan defile India yang melengkapi parade yang merepresentasikan Asia. Ditambah defile Star yang merepresentasikan cahaya, maka lengkaplah wajah ASIA LIGHT yang ditampilkan JFC ke-17 tahun ini. Megah, mewah, dan berkelas.
Centaurus dari Babilonia. Perhatiin sepatunya, gak sakit apa ya? 😁
Saya suka melihat detail dari setiap kostum yang dipakai para model. Semua terlihat mewah dan unik. Dari semua kostum, saya paling suka ama kostum yang dipakai model-model dari defile Star. Kostumnya tuh mewahnya beda. Berkilat-kilat kaya kristal. Cakep!
Suka ama kostumnya 😍😍
Saya juga suka melihat barisan defile Thailand. Barisannya rapi dan teratur. Jarak antara satu model dengan model lainnya berdekatan. Jadi enak ngeliatnya. Kalo defile yang lain, barisannya ada yang kacau. Jarak antar model berjauhan. Malah ada yang kesannya kayak modelnya jalan sendiri, entah itu ditinggal atau malah meninggalkan teman-temannya, hehehe.. Untuk jeda antar defile pun rasanya kelamaan. Jedanya sampai belasan menit.
Defile Thailand barisannya rapi
Tapi secara keseluruhan, saya sangat menikmati parade kostum dalam Grand Carnival JFC 2018 ini. Sampai-sampai, saking asyiknya nonton, tau-tau kaget pas ada rombongan yang lewat bawa spanduk bertuliskan 'See you in the next JFC-2019, 30 Juli sd 4 Agustus 2019'. Huaaa... ternyata acaranya sudah selesai. Gak kerasa loh, ternyata saya sudah berdiri di pinggir jalan selama 5 jam. Perasaan baru sebentar, hehehe..
Sampe ketemu tahun depan 😉
Serunya Nonton di Pinggir Jalan
Kami excited banget selama 2 hari berturut-turut menonton sambil memotret JFC dari pinggir jalan. Meski beberapa kali terhalang ama mas-mas penjaga yang berdirinya terlalu maju ke badan jalan. Udah gitu mas-masnya gerak mulu. Jadi tiap motret, beberapa kali tangannya masuk frame. Kan ngeseliiin.. Waktu nonton WACI sih masih enak. Kalo ada penghalang, kami bisa leluasa pindah-pindah tempat karena penontonnya gak rame. Tapi waktu Grand Carnival, boro-boro pindah tempat, buat gerak di tempat kami berdiri aja susah.
Bapak-bapak polisi yang berdiri di depan kami juga gengges banget. Mondar-mandir mulu di tengah jalan. Ngehalangin banget waktu kita mau motret. Kami sampai bolak-balik neriakin bapak-bapak polisi itu nyuruh minggir. Eh, si bapak polisi malah nyengir.. "waduh, aku diomelin!"
Bapak ini ngehalangin mulu. Maaf ya pak, saya posting di sini. Buat kenang-kenangan 😁😁
Nonton di pinggir jalan gak melulu ngeselin kok. Malah sebenernya lebih banyak nyenenginnya. Yang paling bikin seneng itu, kalau pas modelnya lewat, trus noleh sambil berpose waktu kita panggil. Hasil fotonya jadi cakep, karena modelnya terlihat ekspresif. Buat yang bawa kamera DSLR diuntungin banget nih. Karena seringnya model-model itu berpose kalo yang manggil nenteng kamera DSLR. Saya yang berdiri di sebelah mbak Rien jadi ketiban hoki. Soalnya model-model itu rata-rata pasang aksi waktu ngadep D70-nya mbak Rien.
Paling suka kalo modelnya sadar kamera begini..
Dipanggil langsung pasang senyum 😊
Tahun depan jadi pengen nonton lagi deh. Tapi kayaknya pengen cobain nonton dari Tribun. Coz dari ceritanya mbak Vicky Laurentina (www.vickyfahmi.com), nonton dari Tribun seru juga. Apalagi kalo kebagian kursi paling depan dan gak pas kena sentrong cahaya matahari. Kami gak sengaja ketemu ama mbak Vicky waktu mau jalan pulang. Beliau dan keluarganya lagi nunggu Grab waktu kami lewat. Dengan gerakan cepat, kami pun berusaha mengabadikan pertemuan yang teramat singkat itu. Foto-foto biar gak dibilang hoax kalo ketemuan pas lagi nonton langsung acara JFC di Jember.
Para travel bloggers yang hepi abis nonton JFC
Sedikit Uneg-Uneg Tentang JFC
Uneg-uneg ini kemarin sempat jadi perbincangan antara saya dan teman-teman. Uneg-uneg ini sebenarnya lebih ke masalah keyakinan masing-masing sih. Cuma, setelah dua hari menjadi penonton, kok rasanya ada yang ngganjal ya? Ini tentang waktu pelaksanaan JFC. Kami gak tau sih, kenapa JFC ini waktunya siang sampai sore? Dimana itu melewati dua waktu sholat. Buat kami para penonton muslim dari luar kota, sebenarnya gak ada masalah. Karena kami bisa memanfaatkan keringanan berupa sholat jama'.
Masjid Jami' di seberang alun-alun
Bagi para warga Jember yang menonton pun gak ada masalah. Karena di lokasi JFC ini ada 2 masjid besar, yaitu Masjid Jami' Al Baitul Amien dan Masjid Jami' Al Amien yang lama. Atau ke Masjid Roudhotul Muchlisin juga dekat. Tapi gimana dengan para modelnya? Meski acaranya baru mulai sekitar jam 1 siang, tapi mereka pasti sudah dandan sejak pagi. Dan dengan kostum-kostum segede Gaban begitu, pasti bakalan repot kalo mereka mau sholat ya?
Kalo kostumnya kayak gini, perlu berapa lama buat ganti kostum?
Tapi ya ini balik lagi ke keyakinan masing-masing. Cuma daripada yang ngganjel-ngganjel gini hanya jadi uneg-uneg kami, mending saya tulis di postingan ini. Ya kali dibaca ama pihak penyelenggara, trus ada solusi terbaik untuk hal ini. Siapa tau besok-besok waktunya diubah jadi pagi. Kalo pagi kan enak. Peserta karnaval dan penonton gak kepanasan. Dan pastinya gak kepotong waktu sholat 😊
But overall, buat saya JFC ini menarik banget untuk ditonton. JFC bukan sekadar parade peragaan busana, tapi perpaduan seni dan kreativitas yang digarap dengan sangat apik. Tahun depan, insya Allah saya pengen nonton lagi. Ada yang mau nemenin saya nonton JFC?
Sampe ketemu tahun depan 😉
Note: Semua foto menggunakan smartphone ASUS ZenFone 5
32 komentar
Wahh kereeen mba. Keren eventnya. Keren fotonya juga. Walaupun cuma pake hape tapi hasilnya oke ya. Warnanya keluar semua. Ini faktor fotografernya, objectnya apa hapenya ya ini :D
ReplyDeleteFaktor hapenya ini, Lin 😀😀
DeletePuas banget motret pake ZenFone 5 ya 😍😍
Takjub sama kostumnya jadi inget tokoh dalam game. Dulu ngayal banget coba aja nikahan aku pada pake kayak gini kostumnya. Tapi udah puas banget lihat foto-fotonya Mbak Dian. Make kostumnya apa gak ribet ya? Model-modelnya kerennnnnn...
ReplyDeleteYang pertama kali kebayang waktu ngeliat kostumnya, pasti ribet ya? Makanya aku salut banget ama model-modelnya..
DeleteAkutuh suka kali kalau liat Karnaval ginian, apalagi kelas dunia gini ya duh, beruntungnya yang bisa nonton langsung mba, walaupun gerimis gerimis hujan hujan ya kan tetep semangat. Keren nih Jember dan Indonesia semakin bersaing Wisatanya dan pertunjukkan-pertunjukkan kelas dunia yang kita miliki
ReplyDeleteSensasinya emang beda, Sad kalo bisa nonton langsung. Lebih puas. Tahun depan sempatin ke Jember pas JFC, Sad..
DeleteWahh kereeen banget mba de. Keren eventnya. Keren fotonya. padahal cuma pake hape tapi hasilnya oke ya, aku suka lihatnya
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Makasih, Leh. Aku juga puas banget motret pake ZenFone 5 ini 😊
DeleteKeren banget mbak, jadi terasa berada di sana
ReplyDeleteNext time sempatin nonton langsung, Bai.. Seru!
DeleteEduuunn..pake ZenFone 5 bisa mencling semua fotonya yaaa...
ReplyDeleteUgghh...mau kubawa ke Jember minggu depan aja batal nih. Waktunya ternyata kurang pas utk pergi2 huhuuu...kusedih ga bisa tes Z5 utk jalan2.
Kece2 semua ya kostumnya. Gils bingit desainernya. Sempurna detailnya. Jember keren banget ya bisa tiap tahun bikin JFC. Suatu hari kuharus ke sana.
Iya mbak, sempatin nonton JFC langsung deh. Sensasinya bedaaa.. Lebih puas nonton langsung.
DeleteKalo soal kameranya ZenFone 5, kupuas bangeeeet mbak 😍😍😍
Huaa suka semua. Suka kostumnya, suka fotonya suka tulisannya.
ReplyDeleteTapi saya juga sedih mba dian jika lihat acara2 bagus pas diwaktu sholat. Kepikiran pengisi acaranya. Semoga penyelenggara ada yg baca ya mba.
Itu dia mbak Eka yang kemaren jadi uneg-uneg kami. Iya, moga jamnya bisa diubah ya 😀
DeleteKarnaval di Jember ini pertama kan ya di Indonesia. Sampai akhirnya ngetop dan jadi event tahunan. Padahal bisa dibilang kota kecil. Btw aku suka kostum-kostum super wah begini. Di Kepri juga udh mulai ada
ReplyDeleteIya kak, sekarang udah banyak kota-kota lain yang ngadain karnaval kayak di Jember ini. Tapi emang, JFC ini yang udah punya nama karena dia emang pelopor. Salut ama idenya
DeleteMasyaallah..itu baju nya luar biasa bagus...melongo aku mbak liat baju carnaval mereka... tuh yang merancang busananya benar2 kreatif lah, dan masih jadi mimpi ku juga loh bisa pake baju carnaval..ntah kapan terwujud ? aku pun tak tau..
ReplyDeletedan semoga tulisan mbak dian dibaca oleh penyelenggara, sehingga next time, mereka adakan acara bisa dari pagi, waktunya panjang, dan kewajiban peserta juga tetap bisa dijalankan :)
Iya kak.. Aku pun takjub ngeliat kostum-kostumnya. Apa lagi yang bisa gerak-gerak plus muter-muter itu. Bener2 kreatif ya idenya. Salut.
DeleteAamiin.. Moga pihak penyelenggara juga mikirin hal yang sama tentang waktu sholat ini ya kak 😊
di palembang kemarin sabtu dan minggu ada festival jember fashion ini, cuma aku gak bisa lihat soalnya cuaca hujan deras :((
ReplyDeleteSumpee Mupeng, keren pake banget JFC ini, menarik perhatian wisman dan domestik untuk mengabadikan event kece ini.
ReplyDeleteHayuuu aku temenin,,mao ikoot.
JFC ini udah lama banget ya
ReplyDeleteudah terkenal event ini
penasaran liat langsung keseruannya
spekta banget ya kostumnya
kebayang beratnya itu yang banyak aksesoris
btw benar juga ya tentang waktu sholat yang dilewatkan
semoga diperhatikan panitia kritik sarannya
Kereeennn.... Duh, aku ngebayangin apa rasanya pake kostum2 kayak gitu beberapa lama. luar biasa ya.
ReplyDeletekeren banget ini loh mbak, aq sudah buat reminder di hp buat tahun depan, krn pengen nonton juga kalo memungkinkan.. hahaha *niatbanget
ReplyDeleteuntuk uneg2nya aq juga setuju yah mbak, lebih baik pagi hari jam 7 apa jam 8 gitu kali yah sudah mulai, jadi yang musim tetap bisa melaksanakan kewajiban tepat waktu
Aku nih selalu kagum sama Jember Fashion Carnaval karena menyajikan gaya-gaya yang spektakuler, gak kebayang itu berat kostumnya.
ReplyDeleteWoooooooow, itu totalitas banget ya yang nampil, yang buat kostum juga pastinya total banget sampai hasilnya menakjubkan gitu. Ini penampilan Jember Fashion Carnival sempet mampir di Palembang Minggu kemarin. Ngeliatnya udah super banget, ngalahin costplay
ReplyDeleteKerennya Jember 😍
ReplyDeletePengen nonton langsung parade kelas dunia ini. Dulu pernah nonton pawai pas AAC di Bandung dan dagih pengen lagi. Kapan ya bisa ke Jember?
Keren keren banget kostumnya yaa. Kalau ada tahun depan pengen deh lihat langsung. Btw mbak fotonya kece-kece banget 😊😊
ReplyDeleteAAAAAAHHH BALI, THAILAND, DAN IRAK IDOLAQUUU!!!
ReplyDeleteSoal masukan, perlu berbicara 4 mata sih, mbak. Mungkin ada alasan sendiri kenapa dipilih dari siang sampai sore. Solusinya mungkin bisa dipilih model non-muslim, wkwkwk (kidding(
JFC 2018 meriah banget. Tahun depan insya Allah pengen nonton lagi 😍😍
ReplyDeleteBaca artikel ini, berasa reunian kembali dengan acara nonton Jember Fashion Carnaval lalu. Karnaval itu sangat ngangenin, bikin pingin nonton lagi. Meskipun saya sendiri yang nonton dari tribun tetap lebih merasa bahagia kalau nonton dari jalan. Bukan karena faktor nonton di jalan itu gratis sih, tetapi lantaran kalau nonton dari pinggir jalan itu bisa lebih dekat motret ke modelnya. :)
ReplyDeleteEh ya, aku rasa aku mau protes.. Aku kan sempat nonton WACI yang dari pinggir Jalan Gajah Mada nih. Kayaknya kontingen dari DKI itu nggak lewat depan aku deh :))
Ya ampun sharp dan bagus banget sih hasil foto zen 5 ini.
ReplyDeleteKostum2nya menarik banget deh ngebayangin bikinnya seribet apa.
Seru banget Mbk, fotonya juga menarik hati semua kece deh ya
ReplyDelete