Gedogan Coffee, Specialty Turkish Coffee di Bandung
Saturday, June 24, 2023Sewaktu sedang asyik menyusuri Jalan Braga, ada satu kedai kopi yang menarik perhatianku, Afit, dan mas Eko. Gedogan Coffee namanya. Tertulis di sana Specialty Turkish Coffee. Sekilas sih kedai kopi ini sama saja dengan kedai-kedai kopi lainnya. Yang membuat kami tertarik adalah hamparan pasir panas yang digunakan untuk merebus kopinya.
Tapi siang itu rasa penasarannya kami simpan dulu karena kami masih ingin berjalan-jalan. Jadi aku, Afit dan mas Eko pun sepakat untuk kembali lagi nanti malam.
Demi menuntaskan rasa penasaran pada kopi yang direbus menggunakan pasir panas, malamnya, aku Afit, dan mas Eko pun bersiap melipir lagi menyusuri Jalan Braga. Meskipun saat itu kami baru saja selesai dinner di Savoy Homann Hotel, tapi selalu ada tempat untuk secangkir kopi. Dan ternyata temen-temen lain juga pada mau ikutan. Jadi deh kami jalan kaki rame-rame menikmati malam Minggu yang macet di Kota Bandung.
Suasana Gedogan Coffee malam itu cukup ramai. Hampir semua kursi terisi oleh pengunjung yang tak hanya asyik menikmati kopi, tapi juga riuh bermain aneka permainan board atau kartu yang memang disediakan.
Aku memesan kopi robusta dengan metode brewing V60. Jadi, meskipun café ini mengusung tagline Specialty Turkish Coffee, tapi kopi-kopi yang disajikan di sini tetaplah kopi-kopi Indonesia. Ini menarik. Jadi, kopi-kopi Indonesia disajikan dengan metode brewing ala Turki, yaitu direbus menggunakan pasir panas. Hasilnya? Sebuah kolaborasi yang unik dan menarik. Penasaran? Dateng langsung aja ke Gedogan Coffee di Bandung.
Aku duduk semeja dengan mas Eko dan Tyar. Kami asyik dengan pikiran dan lamunan masing-masing. Sementara di meja sebelah, rombongan teman-teman kami asyik dan ribut bermain kartu UNO. Di meja lain lagi, Deddy dan seorang temannya sedang asyik membicarakan hal penting.
Di Gedogan Coffee, kami asyik menikmati malam Minggu dengan cara kami masing-masing. Karena sejatinya, meskipun bersama, setiap orang pasti ingin menikmati malam dengan caranya sendiri. Untungnya Gedogan Coffee paham betul akan hal ini.
Kami masih asyik dengan kesibukan masing-masing di Gedogan Coffee hingga waktu hampir menunjukkan pukul 12 malam. Dan sebelum semua yang ada di ruangan itu berubah jadi kodok, kami pun memutuskan untuk kembali ke hotel.
0 komentar