Belajar Lebih Mencintai Bumi Lewat Buku Dalam Dekapan Zaman Karya Amanda Katili Niode, Ph.D

Friday, November 15, 2024

Dalam Dekapan Zaman

Jam baru menunjukkan pukul 9. Tapi langit cerah yang nyaris tanpa awan pagi itu sudah nampak begitu menyilaukan. Mentari yang condong dari arah timur pun seolah telah mengerahkan seluruh kekuatan lidah apinya untuk memanaskan bumi. Benar-benar terik. Hingga meski baru jam 9 pagi namun panasnya serasa jam 12 siang.

Hari itu kebetulan aku dan suami baru saja mengurus beberapa keperluan di salah satu kantor instansi pemerintah yang ada di Kota Kediri, Jawa Timur. Merasa cuaca saat itu sangat panas, aku pun mengutarakan keinginan pada suami untuk cari tempat ngadem yang asyik. Tanpa bertele-tele, suami langsung kasih solusi, “Yuk, kita ngadem dekat-dekat sini aja! Pasti kamu suka!” Aku langsung girang campur penasaran!

Cukup berkendara lima menit, akhirnya kami tiba di suatu tempat. Hutan Joyoboyo - Kota Kediri. Wah, gak nyangka suami bakal ngajakin ke sini. Selama ini aku cuma melihat tempat ini sambil lalu saja. Penasaran sih, cuma belum sempat untuk singgah. Maklum, hutan kota ini lokasinya memang di pinggir jalan raya. Jadi ya keliatan banget. Dan ternyata tempatnya asyik juga!


Begitu masuk ke dalam, terasa betul perbedaan suasana, suhu, serta kualitas udara yang aku rasakan. Cuaca panas terik yang sebelumnya kurasa seketika berubah jadi hawa sejuk, dengan hembusan semilir angin yang membelai, aroma alam yang menyegarkan, serta suara-suara alam yang sangat menenangkan.

Setelah berjalan-jalan menjelajahi seisi taman hutan kota ini, kami menemukan satu spot yang mantap buat jadi tempat ngadem tujuan kami. Ada sebuah bangku kayu besar di bawah pohon yang rindang yang cocok buat bersantai.

Aku segera duduk di bangku itu. Sambil menyandarkan kepala dan menyelonjorkan kaki. Beberapa kali kuhirup nafas dalam-dalam, mumpung stok oksigen di tempat ini sangat berlimpah.

Segera saja ketenangan merasuk dalam pikiranku serta memenuhi setiap aliran darah tubuhku. Ngadem selonjoran di bawah pohon rindang, sambil baca buku sepertinya akan sangat mengasyikkan. Segera saja kukeluarkan sebuah buku dari dalam tas yang aku bawa.

Dalam Dekapan Zaman - Memoar Pegiat Harmoni Bumi - Sebuah Bacaan Untuk Lebih Menyayangi Bumi

Kebetulan sekali saat itu aku sedang membawa satu buku baru di dalam tas. Sebuah buku berjudul “Dalam Dekapan Zaman - Memoar Pegiat Harmoni, karya Amanda Katili Niode, Ph.D.


Hanya dengan melihat desain sampulnya saja, aku sudah bisa menginterpretasikan bakalan seperti apa isi buku setebal 420 halaman ini. Sampul buku ini didominasi warna biru langit dengan sebuah gambar surealisme yang memberi keleluasaan bagi siapa saja yang melihat untuk berimajinasi dalam menterjemahkan arti gambar tersebut sesuai pemikiran masing-masing. Dalam lukisan tersebut tampak seorang wanita muda (mungkin digambarkan sebagai Ibu Amanda Katili) sedang duduk bersantai beralas bantal yang tersusun di atas sampan pelepah pohon kering yang mengapung di atas air dan ditopang sosok dua tangan fantasi. Di belakangnya tampak bunga-bunga yang bermekaran, serta anak tangga berwujud pohon kering yang menjulang tinggi ke cakrawala.

Makna yang aku tangkap dari lukisan sampul tersebut adalah bahwa dalam buku ini, sosok Amanda Katili Niode ingin membagi seluruh ilmu, pengetahuan, serta pengalamannya selama ini kepada khalayak luas, tentang pentingnya usaha menyelamatkan bumi yang saat ini berada pada kondisi yang sangat kritis. Pesan moral yang terkandung di dalamnya adalah bahwa bumi kita sedang tidak baik-baik saja saat ini. Selamatkan bumi dari kerusakan! Maka bumi juga akan menyelamatkan hidupmu (manusia) agar tidak tenggelam dalam bencana.


Lha.. hadeeuh kok aku malah jadi sibuk mengartikan lukisan sampul buku ini sambil tebak-tebak manggis apa isi bukunya sih?! 😁 bukannya langsung baca aja… hahaha!!

Mengenal Nilai dan Nasib Bumi. Tempat Hidup Terbaik Bagi Semua Makhluk

Semua orang tentu mengetahui dengan pasti apa itu bumi. Bahkan mungkin akan memberikan jawaban dari berbagai sudut pandang. Bumi sebagai salah satu planet dalam tata surya yang terdapat kehidupan di dalamnya, bumi sebagai tempat kita lahir, hidup, dan mati di kemudian hari, bumi sebagai tempat semua makhluk hidup memanfaatkan kekayaan hasilnya demi kelangsungan hidup. Mungkin itulah garis besar jawaban yang akan diberikan. Namun sejauh mana kita mengenal nilai-nilai bumi itu sendiri, bahkan pernahkah dalam hidup kita memikirkan bagaimana nasib bumi yang kita tempati bersama milyaran spesies mahluk hidup lain? Bagaimana nasibnya hari ini? Akankah nasibnya bertambah buruk esok hari?

Bab Pertama buku Dalam Dekapan Zaman - Memoar Penggiat Harmoni Bumi langsung mengajak kita untuk merenung, berpikir dan memahami tentang nilai bumi sebagai bagian integral dari alam yang berfungsi mendukung kehidupan. Bumi tercipta dan ditakdirkan sebagai penyedia seluruh kebutuhan yang dibutuhkan semua makhluk hidup di alam semesta. Semua unsur dan senyawa primer mulai dari air, udara, api, tanah, mineral nutrisi, disediakan oleh bumi demi kelangsungan hidup dan bahkan kesejahteraan manusia. Dengan kata lain, kebahagiaan hidup manusia secara langsung dipengaruhi oleh alam. Maka jangan heran jika banyak sekali manusia yang mengisi waktu senggangnya dengan mengunjungi tempat-tempat bernuansa alam seperti hutan, gunung, pantai dengan dalih mencari ketenangan dan menghilangkan penat atau stres.

Itu hanyalah sebagian kecil dari cara manusia untuk mengenal nilai bumi yang Ibu Amanda tulis dalam bukunya ini. Banyak sudut pandang untuk lebih mengenal bumi yang juga ia paparkan sebagai mukadimah buku Dalam Dekapan Zaman, yang tentu saja semua merupakan refleksi dari pengalaman serta penelitian-penelitian ilmiah yang selama ini dilaluinya sebagai tokoh yang aktif dalam memperjuangkan nasib bumi sebagai 'rumah bersama'.


Baru membaca bagian awal buku ini saja, seolah-olah telah membawaku hanyut dalam liku-liku gejolak yang dilalui sang penulis. Gaya penyampaian literasinya selalu mengajak pembacanya untuk ikut berpikir berdasarkan fakta ilmiah yang ada. Baru kali ini aku membaca perjalanan hidup seseorang yang sangat mendedikasikan diri dan hidupnya pada kelestarian lingkungan hidup. Bahkan saking pedulinya pada nasib bumi, seorang Amanda Katili Niode sampai rela meninggalkan kenyamanan hidup di kota dan memilih tinggal di pelosok demi memperjuangkan nasib tanah tandus agar bisa subur.

Kiprah dan Langkah Perjuangan Amanda Katili Niode, Ph.D. Sebagai Sosok Pegiat Harmoni Bumi

Setelah membaca sebagian kecil isi buku Dalam Dekapan Zaman - Memoar Pegiat Harmoni Bumi, kok aku malah jadi makin penasaran dan ingin tahu lebih jauh siapa sosok penulis buku ini.

Amanda Katili Niode, Ph.D. adalah seoarang Pegiat Harmoni Bumi yang aktif dalam bidang lingkungan hidup, perubahan iklim, dan keberlanjutan (sustainability). Beliau adalah wanita berdarah Gorontalo yang lahir di Bandung pada tanggal 12 Februari 1957, dengan nama asli Amanda Ruthiana Nanurani Katili, sebagai putri dari pasangan Hj. Iliana Katili Uno dan Prof. Dr. H. John Ario Katili.

Amanda Katili adalah seorang Sarjana Biologi lulusan Institut Teknologi Bandung. Jenjang pendidikannya berlanjut dalam bidang Ecology & Environmental Management di American University, Washington DC. hingga memperoleh gelar MSc. Sedangkan untuk gelar doktoral (Ph.D) beliau peroleh dari School of Environment and Sustainability, University of Michigan, Amerika Serikat

Sepanjang kiprahnya, Ibu Amanda dikenal sebagai Executive Coach dalam Sustainability Mindset serta Climate & Biodiversity. Perannya adalah untuk menggugah pemikiran dan kreativitas dalam memaksimalkan potensi individu dan kelompok dalam mengatasi masalah lingkungan, perubahan iklim, dan keberlanjutan.

Tercatat beliau juga pernah menduduki beberapa posisi di pemerintahan, antara lain sebagai Ketua Tim Ahli Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Pengendalian Perubahan Iklim sejak tahun 2015 - 2019. Selain itu beliau juga pernah menjabat sebagai Koordinator Divisi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi di Dewan Nasional Perubahan Iklim, hingga menjadi Staf Khusus Menteri Lingkungan Hidup dan Direktur The Climate Reality Project Indonesia.

Tak hanya di dalam negeri, track record Ibu Amanda di kancah Internasional pun boleh dibilang cukup panjang. Mulai menjadi anggota pendiri International Environment Communication Association dan menjadi Commissioner pada The Global Commission on Evidence to Address Societal Chalanges. Beliau juga punya keanggotaan profesi lainnya yang meliputi International Society of Sustainability Professionals, International Coaching Federation, hingga menjadi Duta World Food Travel Association untuk kawasan Wallacea (Indonesia Tengah, Timur, dan Timor Leste).


Hingga saat ini Amanda Katili masih terus mendedikasikan dirinya dalam usaha penyelamatan bumi dari dampak kerusakan dan perubahan iklim. Bahkan beliau pun turut serta melibatkan suami dan anak-anaknya untuk mendukung perjuangannya.

Hari demi hari, beliau senantiasa berada pada baris terdepan sebagai Pegiat Harmoni Bumi untuk melakukan langkah-langkah yang menginspirasi masyarakat luas melalui berbagai metode pendekatan guna membangun manusia yang sadar dan tanggap akan pentingnya pelestarian bumi.

Memoar dari Hati Seorang Amanda Katili Niode, Sebagai Sumber Inspirasi Wajib Bagi Generasi Pewaris Masa Depan Bumi

“Pendidikan dan proses belajar sangat diperlukan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan beradaptasi di tengah tantangan lingkungan yang semakin kompleks”.


Aku suka kalimat itu. Dan menurut aku, kalimat itu cocok kalau disampaikan pada generasi muda saat ini.

Karena seperti kita ketahui bersama, saat ini kita dihadapkan pada realita generasi muda yang cenderung pasif, apatis, maunya serba instan, serta krisis akan kepedulian sosial dan lingkungan. Bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, bumi akan menghadapi fase terberat dalam mendampingi hidup manusia apabila hal ini kita biarkan berkepanjangan tanpa ada yang mau peduli.

Dengan adanya buku ini, yang merupakan gabungan antara memoar dan proses pengembangan diri yang telah dilalui Ibu Amanda Katili selama 50 tahun mengkaji dan menggeluti seluk beluk permasalahan lingkungan hidup, diharapkan bisa mengajak siapa saja yang membacanya untuk berjalan melalui lorong waktu dan ruang. Memetik pelajaran dari masa lalu dan hari ini untuk menyegarkan pikiran dan menyiapkan langkah terbaik yang akan menyelamatkan masa depan bumi dengan segala keindahan dan kerapuhannya.

Melalui buku ini, beliau berupaya mengajak pembaca untuk menggali lebih dalam tentang pentingnya hidup secara berkelanjutan dan berkontribusi pada keseimbangan bumi. Tidak hanya tentang memerangi perubahan iklim atau melindungi spesies yang terancam punah, tetapi juga tentang bagaimana membangun hubungan yang lebih mendalam serta penuh empati dengan alam dan makhluk hidup lainnya.


Buku ini dapat menjadi media edukasi wajib bagi generasi muda saat ini. Karena di tangan mereka-lah nasib masa depan bumi akan bergantung. Mereka kelak yang akan menentukan apakah bumi akan semakin hancur berantakan, atau bisa tetap indah untuk waktu yang lebih lama. Generasi milenial dapat mengambil pelajaran dari perjalanan yang telah dilalui seorang Amanda Katili sebagai Pegiat Harmoni Bumi, untuk kemudian diterapkan dan dikembangkan dalam kehidupannya di masa mendatang. Agar generasi berikutnya menjadi generasi yang 'santun' terhadap bumi. Hingga esok tak ada lagi orang yang hanya menganggap bumi sebatas tempat berpijak, tempat membuang sampah dan kotoran, serta tempat untuk menggali kekayaan sebanyak-banyaknya tanpa perlu memikirkan kelestariannya.

Satu langkah kecil kebaikan yang kita lakukan untuk bumi, akan menyelamatkan kehidupan generasi yang akan datang.


Well, buku Dalam Dekapan Zaman: Memoar Pegiat Harmoni Bumi ini sungguh sebuah buku yang menarik untuk dibaca. Buat yang penasaran pengen membaca buku ini juga, silakan hubungi Penerbit Diomedia di nomor WA 0856-4376-2005. Harga buku Rp. 145.000,- belum termasuk ongkos kirim ya..


Judul Buku: Dalam Dekapan Zaman: Memoar Pegiat Harmoni Bumi
Penulis: Amanda Katili Niode, Ph.D
Penerbit: CV. Diomedia, Solo.
Cetakan: Pertama, Oktober 2024.
Jumlah Halaman: 420 Halaman.
Harga: Rp145.000,-

You Might Also Like

0 komentar