Gajah, Sang Raksasa Penjaga Kehidupan dan Perannya di Tengah Krisis Iklim
Saturday, December 14, 2024Di dalam hutan tropis Sumatra yang lebat, di antara suara burung-burung yang bersahut-sahutan dan gemerisik daun yang tertiup angin, ada satu suara yang terdengar lebih berat dan penuh kekuatan. Suara itu berasal dari jejak kaki besar yang membekas di tanah basah. Jejak itu milik seekor gajah, salah satu makhluk terbesar dan paling menakjubkan yang menghuni bumi ini.
Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus), merupakan satu dari dua sub genus gajah yang tersisa di Indonesia. Dalam kesehariannya, mereka memainkan peran yang jauh lebih besar dalam menjaga keseimbangan alam daripada yang terlihat oleh mata manusia.
Meskipun gajah dikenal sebagai makhluk besar yang ikonik, banyak aspek dari biologi dan kehidupan mereka yang masih belum banyak diketahui orang. Dari kecerdasan luar biasa mereka hingga peran ekologis yang mereka mainkan dalam ekosistem hutan tropis, gajah bukan hanya sekadar simbol kekuatan alam. Mereka adalah penjaga keseimbangan hidup di bumi.
Namun, seiring waktu, perubahan iklim, perburuan ilegal, dan deforestasi mengancam kelangsungan hidup mereka. Untuk memahami lebih dalam, mari kita selami keajaiban biologi gajah serta tantangan yang mereka hadapi, sekaligus mengeksplorasi bagaimana mereka menjadi bagian penting dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin mengancam.
Gajah, Lebih dari Sekadar Hewan Berukuran Raksasa
Gajah dan mahout di Padang Sugihan. Dok. Pribadi
Gajah Sumatra, yang merupakan subspesies dari gajah Asia, adalah makhluk yang sangat khas. Dengan tinggi rata-rata mencapai 2,7 meter di bahu dan berat yang bisa mencapai lima ton, gajah Sumatera adalah salah satu mamalia darat terbesar di dunia. Tetapi, di balik ukuran tubuhnya yang besar, terdapat sejumlah fakta menarik yang seringkali terabaikan.
Salah satu hal pertama yang menarik adalah kemampuan gajah untuk berkomunikasi. Gajah tidak hanya menggunakan suara untuk berkomunikasi, seperti suara keras yang mereka keluarkan untuk memberi tahu kawanan mereka tentang bahaya, tetapi mereka juga mengandalkan getaran infrasonik yang tidak dapat didengar oleh manusia. Melalui getaran ini, gajah dapat mendengar atau merasakan suara yang berasal dari jarak jauh, bahkan hingga beberapa kilometer jauhnya. Getaran ini dapat merambat melalui tanah, memungkinkan mereka untuk merasakan pergerakan kawanan atau predator yang berada jauh di luar jangkauan pendengaran mereka. Komunikasi ini adalah bukti betapa kompleksnya sistem sosial mereka, yang tidak hanya berbasis pada suara, tetapi juga melalui sentuhan, bau, dan getaran.
Belalai gajah adalah salah satu organ paling multifungsi di kerajaan hewan. Selain digunakan untuk mengambil makanan, minum, dan meraih objek yang jauh, belalai gajah juga berfungsi untuk merasakan lingkungan sekitar mereka. Gajah menggunakan belalai mereka untuk mengendus udara dan mencari tahu apakah ada air di sekitar mereka, mengidentifikasi tanaman yang bisa mereka makan, atau bahkan untuk merasakan emosi dan suasana hati kawanan mereka. Belalai ini juga memungkinkan gajah untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara yang tidak dimiliki oleh hewan lain. Dalam dunia yang penuh dengan tantangan dan ancaman, belalai gajah menjadi alat penting bagi mereka untuk bertahan hidup.
Belalai gajah. Dok. Pribadi
Gajah juga memiliki ingatan yang luar biasa. Mereka bisa mengingat lokasi sumber air, makanan, dan jalur migrasi yang telah mereka lalui bertahun-tahun lalu. Ingatan ini sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka, terutama ketika sumber daya di hutan semakin terbatas akibat perubahan iklim dan deforestasi. Gajah yang lebih tua, terutama betina, adalah pemimpin dalam kelompoknya. Ia memimpin kawanannya melalui rute yang sudah dikenal, membantu mereka menemukan tempat yang aman dan sumber daya yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Ingatan dan kecerdasan ini menjadikan gajah sebagai makhluk yang sangat sosial dan terorganisir dengan baik, dengan struktur keluarga yang erat dan saling bergantung.
Namun, gajah juga merupakan herbivora yang sangat besar, memakan berbagai jenis tumbuhan, baik dari rumput hingga pohon-pohon besar. Meskipun mereka dapat mengkonsumsi banyak jenis tanaman, mereka juga memiliki preferensi khusus. Gajah Sumatra, misalnya, sering kali memangkas pohon-pohon besar dengan menggunakan gading mereka untuk mengakses bagian-bagian tanaman yang lebih sulit dijangkau oleh hewan lain. Meskipun ini mungkin tampak seperti perusakan, sebenarnya ini adalah bagian dari proses alami yang membantu menjaga kesehatan hutan. Tanpa gajah, banyak tanaman yang mungkin akan tumbuh tak terkendali, dan hutan pun bisa kehilangan keragaman hayatinya.
Seberapa Pentingkah Peranan Serta Manfaat Gajah Bagi Rantai Kehidupan di Alam?
Mungkin tak banyak dari kita yang tahu seberapa pentingkah peran kehidupan dan manfaat satwa gajah ini dalam memelihara keseimbangan alam. Seperti kita ketahui gajah hidup berkelompok dan merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari. Setiap harinya dalam sehari semalam gajah terus aktif bergerak hingga bisa mencapai 20 Km. Dari sini bisa kita bayangkan pergerakan rombongan gajah tentunya mampu melakukan perjalanan setiap hari. Hal ini dapat membuka ruang bagi sinar matahari hingga mampu tembus ke lantai hutan sehingga proses fotosintesis tumbuhan hutan bisa berjalan dan seperti halnya kita bercocok tanam maka tumbuhan akan tumbuh dengan baik.
Sistem pencernaan gajah yang buruk mengakibatkan gajah buang kotoran tiap 1 jam sekali sehingga hutan kita akan terpupuk dengan jumlah pupuk yang cukup yaitu ±5 % dari bobot tubuhnya yang mencapai 3-4 ton. Tak hanya itu, buruknya sistem pencernaan gajah ternyata juga berperan penting dalam menyebarkan biji tumbuhan. Hal ini dikarenakan gajah dapat menelan dan mengeluarkan biji tanpa berdampak kerusakan biji tersebut, bahkan memberikan pengaruh positif bagi proses pematangan serta terhadap proses perkecambahan biji. Hingga akhirnya biji-biji tersebut disebarkan dalam jumlah besar di jarak yang jauh sesuai dengan mobilitas gajah.
Kotoran gajah. Dok. Pribadi
Ketika Gajah dan Iklim Bertemu dalam Persimpangan Krisis
Infografis by: adventurose
Perubahan suhu dan pola cuaca yang semakin tidak menentu mulai mempengaruhi lingkungan tempat gajah tinggal. Kekeringan yang lebih sering dan curah hujan yang tidak menentu menyebabkan hutan tempat mereka hidup semakin terancam. Kekeringan mengurangi jumlah vegetasi yang bisa mereka makan, sementara curah hujan yang berlebihan menyebabkan banjir yang menghancurkan habitat mereka.
Selain itu, banyak dari daerah-daerah yang dahulu menjadi tempat migrasi alami gajah kini telah berubah menjadi lahan perkebunan dan pemukiman. Gajah yang biasanya bergerak bebas di hutan tropis kini terpaksa berpindah ke wilayah yang lebih sempit. Hutan yang semakin terfragmentasi membuat mereka sulit untuk menemukan tempat yang cukup luas untuk mencari makan dan berkembang biak. Mereka terjebak dalam ruang yang semakin terbatas, yang meningkatkan konflik antara manusia dan gajah. Ketika gajah mencari makanan di kebun-kebun atau ladang penduduk, mereka sering kali merusak tanaman, yang menyebabkan penduduk merasa terancam. Konflik ini semakin memuncak karena kebun kelapa sawit yang terus berkembang semakin mendekat ke habitat gajah, yang pada akhirnya memperburuk situasi.
Gajah dan mahout di Padang Sugihan. Dok pribadi
Namun, meskipun gajah terancam oleh perubahan iklim, mereka tetap memainkan peran penting dalam mengatasi krisis ini. Gajah adalah “penjaga karbon” alam yang tidak tampak oleh banyak orang. Aktivitas mereka dalam memangkas pohon dan membuka jalur di hutan memungkinkan cahaya matahari mencapai lantai hutan, yang pada gilirannya membantu tanaman kecil tumbuh dan menyerap karbon. Kehadiran mereka membantu menjaga kesehatan ekosistem dan menjaga keseimbangan karbon di atmosfer. Tanpa gajah, hutan tropis yang menjadi paru-paru dunia ini mungkin tidak dapat berfungsi secara maksimal dalam menyerap karbon dan mengatur suhu bumi.
Konservasi Gajah: Menyelamatkan Gajah, Menjaga Bumi
Infografis by: adventurose
Populasi gajah Sumatra mengalami penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Dalam artikelnya di website KEHATI, Wakil Ketua Perkumpulan Jejaring Hutan Satwa, Dr. Wishnu Sukmantoro, menuliskan bahwa estimasi perhitungan populasi gajah di tahun 2020 turun hingga di bawah 1700 individu.
Berbagai cara ditempuh pemerintah Republik Indonesia serta berbagai lembaga konservasi untuk melestarikan gajah Sumatra. Mulai dari penetapan Taman Nasional pada beberapa area hutan Sumatra yang masih belum rusak untuk dijadikan 'rumah-rumah terakhir' bagi Gajah Sumatra, serta penertiban pembalakan hutan dan perburuan liar melalui undang-undang.
Di tengah ancaman-ancaman besar ini, upaya konservasi gajah menjadi sangat penting. Berbagai organisasi, baik lokal maupun internasional, berupaya untuk menjaga kelangsungan hidup gajah dan ekosistem mereka. Restorasi habitat menjadi salah satu solusi utama. Melalui reboisasi dan perlindungan kawasan hutan, kita tidak hanya memberikan ruang bagi gajah untuk hidup, tetapi juga membantu mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin parah. Kawasan hutan yang terjaga dengan baik akan berfungsi sebagai penyerap karbon yang efektif, yang penting untuk mengatasi pemanasan global.
Gajah jinak di TNWK. Dok. Pribadi
Dan berbicara tentang konservasi gajah, tak lengkap rasanya bila tak menyebut Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang merupakan salah satu pusat konservasi gajah yang terkenal di Indonesia. TNWK tak hanya berperan untuk melindungi, tapi juga mengembangbiakkan dan melatih gajah-gajah yang ada di sana. Keberadaan taman Nasional yang ada di Lampung Timur ini sudah lama menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin melihat gajah dengan lebih dekat.
Luas TNWK mencapai 1300 km². Dan di beberapa bagian terluarnya berbatasan langsung dengan perkebunan dan pemukiman penduduk. Dalam kondisi seperti ini, bukan tidak mungkin ada gajah yang masuk ke perkampungan. Apalagi, dari sekitar 300 gajah yang hidup di kawasan TNWK, tidak semuanya tergolong gajah jinak. Untuk mengatasi konflik yang terjadi antara gajah liar dengan penduduk yang tinggal di sekitar kawasan TNWK didirikanlah Camp ERU (Elephant Respon Unit).
Saat ini ada tiga lokasi ERU yang tersebar di sekitar kawasan TNWK, yaitu ERU Bungur, ERU Tegal Yoso, dan ERU Margahayu. Di tiap-tiap Camp ERU ada pawang/mahout, polisi hutan, dan sekitar 6-7 gajah jinak. Dengan dibantu warga sekitar, bersama-sama mereka menghalau gajah-gajah liar yang masuk ke perkampungan agar kembali ke kawasan TNWK. Tujuannya jelas, untuk meminimalisir konflik yang terjadi antara gajah dengan manusia.
Selain untuk penanggulangan konflik, ERU juga mempunyai kegiatan lain seperti breeding atau pengembangbiakan gajah, patroli gajah, dan penyelamatan gajah (rescue). Singkatnya, keberadaan ERU sangat berperan terhadap kelangsungan hidup gajah-gajah dan lingkungan yang ada di sekitar TNWK.
Memandikan gajah di Camp ERU. Dok pribadi
Foto dokumentasi kegiatan di Camp ERU Margahayu. Dok. Pribadi
Menghitung Langkah Gajah, Menjaga Langkah Manusia
Langkah gajah yang meninggalkan jejak besar di tanah hutan Sumatra adalah lebih dari sekadar tanda fisik keberadaan mereka. Kehadirannya adalah simbol harapan. Sebuah harapan bahwa manusia dan alam dapat hidup berdampingan. Dan bahwa perjuangan melawan perubahan iklim tidak akan sia-sia.
Namun, harapan ini memerlukan tindakan nyata. Melindungi gajah berarti melindungi masa depan kita. Dan seperti yang diajarkan oleh gajah, tidak ada langkah kecil yang sia-sia. Setiap upaya, sekecil apa pun, adalah bagian dari langkah besar menuju bumi yang lebih seimbang dan berkelanjutan.
We work for elephant. Dok pribadi
Dengan menyelamatkan gajah, kita tidak hanya menyelamatkan spesies, tetapi juga menghidupkan kembali hutan, gambut, dan semua kehidupan yang bergantung padanya. Gajah bukan hanya bagian dari keanekaragaman hayati Indonesia. Mereka adalah penjaga bumi, harapan kita di tengah ancaman perubahan iklim.
Gajah, dengan segala kecerdasan, kemampuan beradaptasi, dan peran ekologis yang tak tergantikan, adalah penjaga alam yang luar biasa. Mereka bukan hanya makhluk besar yang menjadi penghuni hutan, tetapi juga bagian penting dari upaya kita untuk mengatasi krisis iklim.
Langkah kita untuk melindungi gajah adalah langkah kita untuk menjaga masa depan bumi. Untuk memastikan bahwa hutan akan tetap hijau, udara akan tetap segar, dan kehidupan akan tetap berkelanjutan. Karena di dunia yang penuh tantangan ini, setiap langkah gajah, yang meskipun besar dan berat, adalah langkah menuju masa depan yang lebih baik dan lebih hijau. Mari kita jaga langkah mereka, karena langkah mereka adalah langkah kita semua. Kita semua punya peran untuk melindungi sang penjaga rimba, sebelum mereka benar-benar menjadi bagian dari cerita yang hilang.
Referensi:
- Catatan perjalanan penulis ke TNWK dan Camp ERU, Lampung Timur, tahun 2017
- Catatan perjalanan penulis ke Suaka Margasatwa Padang Sugihan, Sumatra Selatan, tahun 2019
- https://programs.wcs.org/btnbbs/Berita-Terbaru/articleType/ArticleView/articleId/10838/Mengenal-Gajah-sumatera-Elephas-Maximus-sumatranus.aspx
1 komentar
Meski namanya gajah Sumatera tetapi ditemukan paling banyak hanya di Lampung ya
ReplyDelete