Malam Pacar di Banda Naira: Tradisi Cantik untuk Calon Pengantin
Wednesday, March 19, 2025Banda Naira bukan cuma terkenal dengan sejarah rempah dan keindahan lautnya yang magis. Di balik pesona alamnya, ada tradisi-tradisi unik yang masih lestari, salah satunya adalah Malam Pacar, sebuah prosesi yang dilakukan sebelum pernikahan untuk menghiasi tangan dan kaki calon pengantin dengan pacar atau inai.
Aku pertama kali mendengar tentang Malam Pacar saat mengobrol santai dengan Bang Lukman di penginapan Bintang Laut Guesthouse. “Kalau di Banda, sebelum nikah, biasanya ada Malam Pacar. Itu semacam ritual buat mempercantik pengantin sebelum akad nikah,” katanya sambil menyeruput kopi pala.
“Kalau mau, besok malam ikut saya. Saya ada undangan motret di acara Malam Pacar”, sebuah tawaran dari Bang Lukman yang sungguh pantang untuk dilewatkan.
Ritual yang Penuh Makna
Malam Pacar ini bukan sekadar sesi menghias tangan dan kaki dengan henna seperti yang biasa kita lihat di pernikahan adat Timur Tengah atau India. Di Banda, prosesi ini lebih dari itu. Ada makna kebersamaan, doa, dan restu yang mengiringinya.
Acara biasanya diadakan di rumah calon pengantin perempuan, di malam sebelum acara akad nikah. Keluarga, sahabat, dan para ibu-ibu sekitar datang berkumpul, membawa bahan-bahan alami seperti daun pacar yang sudah dihaluskan. Warna pacar ini merah jingga alami, yang akan semakin gelap setelah beberapa jam.
Meriah
Yang membuat suasana semakin seru, ada nyanyian dan doa-doa yang mengalun selama prosesi. Beberapa ibu tua akan melantunkan pantun-pantun tradisional, yang isinya kadang lucu, kadang berisi nasihat tentang pernikahan.
“Pacar merah di ujung jari,
Jangan lupa hati-hati,
Rumah tangga dijaga baik,
Biar bahagia sampai mati.”
Selain tangan dan kaki calon pengantin, terkadang jari-jari saudara perempuan dan sahabatnya juga ikut dihias, sebagai bentuk solidaritas dan kebersamaan.
Dari Ritual ke Ajang Sosialisasi
Pelaminan berwarna cerah khas Melayu
Malam itu suasana di tempat acara Malam Pacar sangat meriah. Pelaminan berwarna meriah khas Melayu sudah berdiri megah. Sang calon pengantin perempuan duduk di kursi pelaminan dengan gaun pengantin berwarna merah yang cantik. Senyum malu-malu tak pernah lepas dari bibirnya. Di depannya ada sebuah meja berisi peralatan berinai. Satu persatu para Ibu dan tamu undangan memakaikan pacar ke tangan dan kaki calon pengantin perempuan.
Sang calon pengantin perempuan
Meja dengan peralatan berinai
Daun pacar dan kawan2nya
Sebagai seorang tamu yang malam itu sebenarnya tak diundang, aku jadi merasa seperti bagian dari keluarga besar Banda. Ada tawa, ada cerita, dan tentu saja, ada camilan khas Banda dan kopi pala yang wangi.
Melestarikan Tradisi di Tengah Modernisasi
Seperti banyak tradisi lain di Indonesia, Malam Pacar juga menghadapi tantangan modernisasi. Beberapa pasangan muda memilih cara yang lebih praktis, seperti memakai henna instan atau melewatkan prosesi ini sama sekali. Tapi bagi sebagian besar masyarakat Banda, tradisi ini masih sakral dan tetap dijalankan.
Jadi ajang kumpul-kumpul
Di era sekarang, Malam Pacar di Banda Naira juga menjadi ajang kumpul-kumpul yang meriah. Anak muda menjadikannya kesempatan untuk ngobrol dan bercanda, sementara orang tua mengenang masa lalu dan berbagi cerita bijak.
“Ini bukan cuma soal menghias tangan, tapi soal merawat akar budaya kita,” kata Bang Lukman di tengah-tengah keriuhan acara malam pacar, malam itu.
Aku pulang dari malam itu dengan hati yang hangat dan perut yang kenyang. Tradisi ini bukan cuma tentang kecantikan luar, tapi juga tentang kebersamaan, restu, dan warisan budaya yang indah.
Jadi, kalau suatu saat kamu berkesempatan datang ke Banda Naira dan diundang ke sebuah acara Malam Pacar, jangan ragu untuk ikut. Nikmati suasananya, serap maknanya, dan siapa tahu kamu bisa pulang dengan hati yang juga ikut dihiasi oleh cerita-cerita dari Banda yang penuh warna.
0 komentar