Wajahnya manis. Rambut panjangnya diikat ekor kuda. Sorot matanya cerdas dan penuh rasa ingin tahu. Senyumnya malu-malu ketika pertama kali menyapa saya. Gadis manis itu bernama Putri. Gadis manis inilah yang 'menampar' saya di Pulau Akar. Darinya pula saya mendapat banyak hikmah dalam perjalanan kali ini.
Model: Hendro. Foto by: Andhi Kusuma
Good friends are hard to find, harder to leave, and impossible to forget - anonymous
Tinggal di daerah kepulauan itu banyak asiknya. Salah satunya adalah bisa sering-sering island hopping. Mau ke pulau mana aja, tinggal tunjuk. Seperti acara Fun Day Kelas Inspirasi Batam kali ini. Rencana awal mau ke Pulau Mencaras, tapi karena satu dan lain hal, akhirnya ganti tujuan ke Pulau Bali. Tapi ternyata, Pulau Bali yang sekarang bukanlah Pulau Bali yang dulu #apasiih...
Satu hal yang paling menyenangkan tinggal di daerah kepulauan itu adalah banyaknya pulau-pulau cantik yang antri menunggu giliran untuk disinggahi. Di Batam sendiri, ada sekitar 300 pulau, baik yang berpenghuni maupun pulau kosong. Dan dari 300 pulau itu, belum ada setengahnya yang sudah pernah saya kunjungi. Jadi gak heran, apabila saya selalu excited kalau ada kesempatan untuk mengunjungi pulau-pulau tersebut. Pulau Air Raja salah satunya.
Sewaktu masih berstatus sebagai
pendatang baru di Batam, saya dan temen-temen sekantor yang mayoritas berasal
dari Jawa, rajin banget cari informasi tentang tempat-tempat seru yang bisa
dikunjungi kala weekend. Kadang kami mendapat info menarik dari temen kantor
yang memang sudah lama menetap di Batam. Tapi tetep aja, cara paling mudah tentu
saja dengan browsing lewat internet.
Weekend di penghujung bulan Januari ini kami berencana
kemping-kemping cantik di Pulau Putri, Nongsa. Ini gara-gara aku ngeliat
postingan yang bersifat undangan terbuka di grup Beautiful Indonesia di
Facebook. Iseng ninggalin komen di sana, eh ternyata disambut dengan sukacita
ama teh Lina, teteh ketemu gede yang aku kenal lewat multiply. Akhirnya kami janjian untuk berangkat bareng.
Sayangnya, Chila dan bang Ical (anak dan suami teh Lina) batal ikut karena
Chila lebih memilih menghadiri acara ultah temennya, hehehe... Jadi sore itu kami
berangkat berempat saja.
Membayangkan kemping di sebuah pulau kosong yang untuk mencapainya hanya bisa menggunakan pompong, menjauh dari kebisingan dan hiruk pikuk kota, melupakan sesaat semua urusan kerja, menikmati gemuruh ombak, kicauan burung dan hembusan angin… Siapa sih yang gak mau…?!?! Dengan kekuatan tekad dan semangat 45 akhirnya perjalanan ini bisa kita wujudkan…