Beberapa tahun lalu, saya pernah merasakan serunya merayakan Idul Adha di sebuah kampung kecil di seberang Kota Krabi, Thailand. Seluruh penduduk kampung itu adalah muslim. Dan saya beruntung bisa merasakan salah satu hidangan istimewa mereka, yang katanya hanya dimasak dua kali dalam setahun. Hidangan apa itu?
Khlong Hae Floating Market namanya. Deretan sampan yang menjajakan makanan dan minuman ringan berbaris rapi di salah satu sudut sungai Khlong Hae. Penjualnya tampak seragam menggunakan topi anyaman bertepi lebar. Para pengunjung berdiri antri di tepi sungai. Hanya makanan dan minuman ringan yang dijual di atas sampan-sampan ini. Sementara souvenir khas Thailand lainnya seperti kaos dan cindera mata, dijual di sisi lain dari pasar ini.
Pak Robert mengantar kami sampai ke dermaga, kemudian kami naik ojek balik ke P Guest House. Karena disinilah kami akan dijemput oleh mobil yang akan membawa kami kembali ke Hatyai. Sekitar 10 menit kami menunggu, akhirnya datang juga sebuah kendaraan L300 berwarna putih yang selama 5 jam kedepan nanti akan menjadi tumpangan kami sampai ke Hatyai.
Perjalanan ke Hatyai lancar2 aja. Dalam perjalanan hanya sekali kami berhenti untuk beristirahat di daerah Trang. Aku cuma turun untuk beli air mineral. Selebihnya aku hanya duduk2 menikmati hawa sejuknya Trang sambil memperhatikan keadaan sekitar. Teringat omongan salah satu temanku, kalau di Thailand kita akan kesulitan untuk membedakan mana yang perempuan asli, dan mana yang perempuan ‘jadi2an’… hehehe… Karena perempuan jadi2an disini terkenal cantik2 banget. Sesekali aku dan Oke menebak2, kira2 perempuan2 yang ada disekitar kami itu asli apa enggak ya…?! Hahahaha….
Kami berjalan kaki menuju rumah Pak Robert. Menurut cerita Pak Robert, penduduk di desa itu semuanya masih ada hubungan keluarga. Jadi semua saling kenal. Rumah Pak Robert adalah sebuah rumah panggung berwarna coklat yang cukup besar. Setelah meletakkan tas, kami langsung turun dan berkenalan dengan keluarga Pak Robert yang lain. Karena besok adalah hari raya Idul Adha, jadi malam ini para ibu2 mulai sibuk memasak. Keluarga besar Pak Robert jarang yang bisa berbahasa Inggris, jadi kami berkomunikasi menggunakan bahasa universal, yaitu bahasa isyarat Pak Robert lah yang menjadi penerjemah bahasa diantara kami.
Rasanya baru aja kita bisa nikmatin tidur diatas kasur, bukan meringkuk seperti kemarin2 di dalem bis, eh alarm di HP ku sudah berbunyi. Seperti yang sudah disampaikan petugas hotel semalam, bahwa kami akan dijemput jam 8 pagi di hotel untuk kemudian dibawa ke Ao Nang, untuk kemudian naik speed boat menuju Phi phi island.
Sekitar pukul 3 bis yang kami naiki berhenti di sebuah rumah makan di daerah perbatasan antara Malaysia dan Thailand. Semua penumpang turun untuk makan, ke toilet atau sekedar melemaskan otot2 setelah sekian lama duduk di dalam bis. Sebelum turun dari bis setiap penumpang diminta untuk mengumpulkan paspor. Rupanya untuk keperluan mengisi form white card atau kartu imigrasi Thailand, jadi kita ga perlu susah2 lagi ngisi white card.
Pas lagi bongkar2 file di laptop, eh nemu cerita ini... Yang sebenernya merupakan cerita perjalananku di bulan November 2009 kemaren. Udah lama juga sih..., tapi karena belom di posting jadi aku posting sekarang aja deh...
===========================================================
Prolog : Perjalanan ini tercipta dari obrolan iseng di sebuah warung mi ayam di Panbil, Batam. Awalnya Ika yang pengen banget bisa backpackeran ke negara tetangga. Maka keluarlah ide2 gila dari kami (aku, Oke, Ika n Dayu) Akhirnya kami sepakat menjadikan Thailand sebagai tujuan kali ini. Mulai lah kami browsing berbagai info di internet. Dan setelah semua siap, tiba2 Dayu n Ika memilih gak jadi pergi. karena ada hal lain yang gak memungkinkan mereka untuk pergi.. Hal ini sempat membuat aku n Oke ragu, terus atau ikut mundur..?! Tapi karena udah terlanjur semangat n udah keburu apply cuti, akhirnya aku n Oke tetep berangkat walaupun cuma berdua aja...