Ini memang bukan bangunan tertinggi di Batam. Tapi keberadaannya di pusat kota Batam cukup menarik perhatian. Selain bentuk gerbangnya yang mengadopsi bentuk gerbang dari Masjid Nabawi di Madinah, dua menara tinggi menjulang yang mengapit setiap gerbangnya juga cukup menarik perhatian. Tampak mencolok di birunya langit Batam. Bangunan ini dipersiapkan untuk menyambut MTQ Nasional ke-25 yang akan berlangsung tanggal 5-14 Juni 2014 nanti.
Taman ini adalah salah satu
tempat favoritku sewaktu tinggal di Singapura. Selain karena letaknya yang
tidak jauh dari tempat tinggalku di Jurong West, akses menuju taman ini juga
gampang banget. Kalau naik MRT langsung turun aja di Chinese Garden station.
Naik bus juga bisa, ada banyak bus yang lewat di depan Chinese Garden ini. Satu
lagi yang bikin aku senang, untuk masuk ke taman ini tidak dipungut biaya alias
gratis.
Finally..! Jadi juga aku menyewa sebuah box di kantor pos pusat Batam. Ini semua demi kelancaran penerimaan postcard-postcard yang ditujukan buat aku. Lah mau gimana lagi? Udah lebih dari 3 bulan sejak aku join di postcrossing.com aku belum sekali pun terima postcard official. Bukan cuma yang official, postcard-postcard hasil swap, maupun postcard-postcard hadiah GA, gak ada yang mampir ke rumahku. Rasanya sampe gemes banget kalo lihat laporan temen-temen di KPI yang nerima postcard.
Berawal dari Sebuah Komen
Berawal dari sebuah komen di
salah satu postingan tentang buku Love Journey #1: Ada Cinta di Tiap
Perjalanan, yang intinya dia berharap ada kelanjutan dari Love Journey, tapi
isinya harus lebih tebal. Karena dia merasa kurang puas hanya membaca 18 kisah
yang ada dalam Love Journey #1
Museum ini berbeda dengan museum pada umumnya, yang biasanya menyimpan benda-benda di dalam ruangan. Di museum ini, benda-benda peninggalan itu justru diletakkan di alam terbuka. Dengan Gunung Merapi sebagai latarnya. Sehingga, kesan suram dan tertutup yang mungkin biasa dirasakan bila kita berkunjung ke museum, tidak akan kita rasakan di tempat ini.
Tinggal di daerah kepulauan, membuat aku tak asing dengan pemandangan ini. Rumah apung khas kampung nelayan. Aku selalu antusias dengan sapaan khas dari kampung nelayan seperti ini. Rumah-rumah panggung yang berdinding bilah papan berjajar manis di tepi pantai. Lengkap dengan suara debur ombak yang menghantam kayu-kayu penopang rumahnya. Apabila ditambah dengan hembusan angin yang semilir dan kicau burung, maka sempurnalah sambutan dari kampung nelayan ini.