Weekend di penghujung bulan Januari ini kami berencana
kemping-kemping cantik di Pulau Putri, Nongsa. Ini gara-gara aku ngeliat
postingan yang bersifat undangan terbuka di grup Beautiful Indonesia di
Facebook. Iseng ninggalin komen di sana, eh ternyata disambut dengan sukacita
ama teh Lina, teteh ketemu gede yang aku kenal lewat multiply. Akhirnya kami janjian untuk berangkat bareng.
Sayangnya, Chila dan bang Ical (anak dan suami teh Lina) batal ikut karena
Chila lebih memilih menghadiri acara ultah temennya, hehehe... Jadi sore itu kami
berangkat berempat saja.
"Emang masih musim ya mbak,
kirim-kirim gituan?"
Seorang bapak yang berdiri di
depan saya melirik kepo ke arah setumpuk kartu pos di tangan saya. Saya hanya
tersenyum dan mengangguk mengiyakan.
"Pake sms lebih cepet,
mbak.. atau WhatsApp dan BBM lebih enak lagi. Bisa sambil kirim-kirim
foto." Si bapak rupanya masih belum
puas. Dan kali ini suaranya memancing reaksi beberapa pasang mata yang kebetulan
juga sedang berada di kantor pos itu.
"WhatsApp dan BBM sudah
terlalu mainstream bagi saya, pak... Lebih seru pakai kartu pos." Jawab
saya sambil tak lupa tersenyum manis kepada sekian pasang mata yang akhirnya
ikut-ikutan kepo melirik setumpuk kartu pos di tangan saya.
Dalam dekapan kabut Ranca Upas, kita berbagi tawa. Berbagi
cerita tentang mimpi dan harapan. Mimpi yang berwarna seperti tenda-tenda kita. Kebersamaan kita menghangatkan. Persahabatan
kita menyenangkan.
Hari ini 20 Januari 2015, tepat 11 tahun kebersamaan kita dalam bendera
Jejak Petualang Community. Selamat ulang tahun untuk kita. Terima kasih untuk
persahabatan dan kebersamaan yang luar biasa ini. I love you all.. Aku kangen kaliaaaan...
Diikutsertakan dalam Turnamen Foto Perjalanan Ronde 54 dengan tema Kabut.
Lokasi : Ranca UpasTiket ferry Penaga Ocean seharga Rp 110.000 sudah di tangan. Saya segera membaurkan diri dalam antrian calon penumpang yang sebagian besar adalah warga Tionghoa. Sambil senyum-senyum sendiri saya membayangkan, kira-kira apa yang akan saya lakukan sesampainya di tujuan nanti? Kejutan apa yang sudah menanti saya di sana? Dan masih sambil senyum-senyum sendiri saya mengambil paspor yang saya simpan di kantong celana dan memindahkannya ke dalam ransel. Saya tidak memerlukan paspor itu saat ini.
Rasanya udah hampir lupa, kapan terakhir kali aku mengunjungi Piayu Laut. Yang jelas udah lama banget. Dan gak tau ada angin apa, sore itu (4 Januari 2015) tiba-tiba aja pengen jalan-jalan ke sana. Kebetulan suami juga belum pernah tau yang namanya Piayu Laut ini seperti apa. Dan mumpung cuaca seharian itu sedang cerah, jadilah kami berangkat ke Piayu Laut.