Waktu pertama kali tau kalau di Surabaya ada tempat wisata mangrove ini, saya dan suami langsung excited. Bukan kenapa-kenapa sih, soalnya selama 25 tahun saya hidup dan bertumbuh di Kota Pahlawan ini, saya sedikit kesulitan untuk mencari tempat refreshing bernuansa alam. Paling deket kalo gak ke Pandaan, ya ke Malang.
Selama ini orang lebih mengenal Bintan karena wisata pantainya yang cantik mempesona. Tak heran bila wisata pantai selalu menjadi tujuan utama orang berlibur ke Bintan. Tapi jangan salah, Bintan juga punya potensi wisata pegunungan looh. Dan hal inilah yang dijadikan peluang oleh pengelola De Bintan Villa. Bertempat di kaki Gunung Bintan, De Bintan Villa hadir menawarkan suasana baru berlibur di Pulau Bintan. Nuansa alam pegunungan.
Bertemu dengan seorang teman yang selama ini hanya dikenal lewat dunia maya selalu membuat saya excited. Ya, terlebih kalau pertemanan kami di dunia maya sudah terjalin cukup lama. Pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di benak kalau mau kopdar ama temen maya adalah, apakah nanti obrolan kami bisa se-nyambung obrolan-obrolan selama ini yang terjalin di dunia maya? Apakah dia bakal seheboh postingan-postingan blog-nya? Apakah dia sekonyol komen-komennya selama ini? Semua tanya itu tak akan pernah terjawab kalau belum bertemu muka secara langsung.
Soacialite's Crib namanya. Sebuah cafe yang baru dibuka pada bulan Maret 2015 yang lalu. Dari luar, cafe ini terlihat biasa saja. Seperti cafe-cafe lain pada umumnya. Di lantai bawah ada beberapa meja dan kursi dari kayu yang penampakannya mengingatkan saya pada bar-bar dalam film koboi. Rasa penasaran gara-gara postingan beberapa teman di instagram-lah yang membuat saya akhirnya mengajak suami untuk dinner di sini.
"Aku mau jadi dokter!"
"Aku mau jadi pilot!"
"Aku mau jadi polisi!"
Riuh suara anak-anak di kelas 6C SDN 006 Batuaji itu masih membekas di benak saya. Saya tersenyum sambil mengamini dalam hati cita-cita mereka. Rekaman peristiwa di hari inspirasi itu begitu lekat hingga hari ini. Wajah-wajah polos nan bersemangat dengan berjuta cita dan impian itu tak akan pernah saya lupakan.
***
Aku menggigitnya perlahan. Menikmati setiap gigitan, hingga dia lumer sendiri di dalam mulutku. Sesekali aku mencelupkannya dalam secangkir teh yang sengaja kubuat khusus untuk menemaniku menikmati kue ini. Padahal biasanya aku lebih memilih secangkir kopi di pagi hari. Tapi tidak untuk kali ini. Kenangan yang membungkus kue ini akan lebih 'menggigit' kalau aku menikmatinya dengan secangkir teh. Ya, seperti dulu... Saat aku masih bisa menikmatinya setiap pagi..